Profil 11 Panelis Debat Kedua Capres
Tema debat kedua adalah Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik.
Para panelis merupakan pakar yang memiliki latar belakang dan kompetensi yang berkaitan erat dengan isu-isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan juga politik luar negeri.
Profil 11 Panelis Debat Kedua Capres
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan 11 nama panelis debat kedua calon presiden (capres) yang digelar pada 7 Januari 2024 di Istora Senayan, Jakarta.
Tema debat kedua adalah Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik.
"Yang dapat kami update lagi itu kami sudah mendapatkan konfirmasi dan kesediaan dari 11 orang panelis," kata Anggota KPU RI August Mellaz, Jumat (5/1).
Para panelis merupakan pakar yang memiliki latar belakang dan kompetensi yang berkaitan erat dengan isu-isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan juga politik luar negeri.
Para panelis tersebut bakal menjaga sawala atau debat capres selalu berada pada alur tema yang sudah ditentukan.
Berikut profil 11 panelis:
1. Angel Damayanti
Angel Damayanti merupakan Guru Besar Bidang Keamanan Internasional Fisipol Universitas Kristen Indonesia.
Mengutip laman website damayantiangel.wordpress.com, Angel disebutkan menempuh pendidikan sarjana di Universitas Kristen Indonesia (UKI). Dia kemudian melanjutkan pendidikan master di Universitas Indonesia.
Angel juga mengambil pendidikan master bidang Strategic Studies/International Studies dan Counter Terrorism di S. Rajaratnam School of International Studies, Graduate School of Nanyang Technological University Singapore.
Setelah itu, Angel melanjutkan pendidikan Doktor di National University of Singapore pada 2013 dan Institute of Post Graduate Studies, Universiti Sains Malaysia pada 2017.
Saat ini, Angel menjadi dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKI, dan juga dosen di Program Doktoral Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK). Selain itu, dia juga peneliti senior di Center for Security and Foreign Affairs (Cesfas) UKI.
2. Curie Maharani Savitri
Berdasarkan informasi dari website ir.binus.ac.id, Curie merupakan dosen Hubungan Internasional sekaligus ahli kajian industri pertahanan dan alih teknologi Universitas Bina Nusantara (Binus).
Curie menerima gelar sarjana jurusan Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia pada 2002. Dia kemudian menempuh pendidikan S-2 dan memperoleh predikat cum laude di Institut Teknologi Bandung, Jurusan Manajemen Pertahanan pada 2007.
Selanjutnya, Curie juga menerima gelar Ph.D dalam Manajemen Pertahanan dan Kepemimpinan dari Cranfield University pada 2016.
Sebelum bergabung dengan Binus, Curie telah aktif menangani isu-isu manajemen pertahanan di Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Sekolah Kajian Internasional S. Rajaratnam.
3. Evi Fitriani
Evi Fitriani adalah Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI).
Mengutip informasi dari website Departemen Hubungan Internasional FISIP UI, Evi Fitriani disebutkan menempuh pendidikan S-1 Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.
Evi kemudian memperoleh gelar magister dari Universitas Leeds dan dari Universitas Ohio, serta gelar doktor dari Universitas Nasional Australia.
4. Hikmahanto Juwana
Dikutip dari laman Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana merupakan Guru Besar Hukum Internasional di universitas tersebut. Dia juga merupakan Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani.
Setelah meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hikmahanto kemudian memperoleh gelar magister hukum internasional dari Universitas Keio dan kemudian memperoleh gelar doktor dari Universitas Nottingham.
5. I Made Andi Arsana
I Made Andi Arsana merupakan ahli aspek geospasial hukum laut Universitas Gadjah Mada (UGM). Mengutip laman website universitas tersebut, Andi Arsana juga merupakan dosen sekaligus peneliti di Departemen Geodesi UGM.
Dia memperoleh gelar Ph.D dari Australian National Centre for Ocean Resources and Security (ANCORS) Universitas Wollongong.
6. Ian Montatrama
Ian Montatrama merupakan dosen Program Studi Hubungan Internasional Ahli Keamanan dan Pertahanan Universitas Pertamina.
Mengutip laman situs Universitas Pertamina, Ian menempuh pendidikan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1999.
Dia kemudian mengambil pendidikan Magister di European Business (M.E.B.), EDHEC Lille, Prancis pada 2000-2001, dan Program Pascasarjana dalam Strategi Perang Total (SPS) Universitas Pertahanan (Unhan).
Pada 2017, Ian memperoleh predikat cum laude atau dengan pujian saat menempuh pendidikan Program Doktor dalam Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran (UNPAD).
7. Irine Hiraswari Gayatri
Mengutip laman monash.edu, Irine merupakan peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Irine menerima gelar Magister dari Departemen Penelitian Perdamaian dan Konflik Universitas Uppsala, Swedia.
Irine juga saat ini merupakan kandidat Ph.D di Pusat Gender, Perdamaian, dan Keamanan Universitas Monash, Australia.
8. Kusnanto Anggoro
Kusnanto Anggoro merupakan pakar keamanan Universitas Pertahanan.
Dia juga Penasihat Senior Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Bidang Hubungan Internasional sekaligus Ketua Komite Pejabat Senior Komunitas Sosial Budaya ASEAN, menurut laman asean.org.
9. Marsetio
Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio merupakan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) periode 2012-2014. Dia juga Ketua Dewan Guru Besar Universitas Pertahanan.
10. Philips J. Vermonte
Philips J. Vermonte merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia. Dia juga senior fellow badan strategi Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
11. Widya Setiabudi Sumadinata
Widya merupakan Guru Besar Bidang Keamanan Global Universitas Padjadjaran (Unpad). Mengutip laman datadikti.com, disebutkan bahwa Widya memperoleh gelar sarjana dari Universitas Padjadjaran pada 1998.