Hasto Sambangi Keluarga Kader PDIP yang Tewas Dianiaya di Sleman, Sampaikan Salam dari Megawati
Hasto PDIP menyambangi kader PDIP yang tewas karena kekerasan dari pendukung Capres lain di Sleman.
Kehadiran Hasto untuk menyampaikan pesan duka dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Mariyah dan Reni, yang merupakan ibu dan istri Muhandi.
Hasto Sambangi Keluarga Kader PDIP yang Tewas Dianiaya di Sleman, Sampaikan Salam dari Megawati
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mendatangi kediaman keluarga almarhum Muhandi Mawarto, Sabtu (13/1).
Muhandi Mawarto atau biasa disapa Andi merupakan kader PDI Perjuangan yang tewas karena kekerasan dari oknum massa pendukung capres di Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, DIY beberapa waktu lalu.
Hasto didampingi Sekretaris DPD PDIP DIY Totok Hedi Santosa dan anggota DPR RI My Esti Wijayati mendatangi rumah korban di Jalan Kembang No 67, RT03/RW61, Kecamatan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (13/1).
Kehadiran Hasto untuk menyampaikan pesan duka dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Mariyah dan Reni, yang merupakan ibu dan istri Muhandi. Hasto pun meminta kronologi kejadian saat itu.
"Ketika kami mendengar ada korban tindak kekerasan dan menimpa Alm. Mas Andi maka kami datang untuk menyampaikan duka cita dari Ibu Megawati dan keluarga besar PDIP. Anaknya satu, dipersiapkan, dididik dengan sebaik-baiknya dengan budi pekerti dan dengan sekolah yang baik nanti PDIP memberikan beasiswa untuk dapat sekolah dengan sebaik-baiknya," kata Hasto usai pertemuan.
Menurut dia, insiden yang menewaskan Andi ini, menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Hasto mengingatkan agar tidak ada kejadian kekerasan serupa yang dilakukan oleh siapapun dan atas nama siapapun.
"Mas Andi ini bagian dari pejuang partai. Sejak dulu mendukung Pak Jokowi. Hanya sayang kali ini beliau harus meninggal dimedan juang dan berhadapan dengan orang yang dulu beliau bela dengan taruhan nyawa juga,"
ucap Hasto.
merdeka.com
Hasto mengingatkan pemimpin yang menjadi Presiden RI merupakan buah dari tetesan keringat dari rakyat. Terutama dari simpatisan di akar rumput.
Hasto mengungkapkan karena lahir dari tetesan keringat rakyat, pemimpin setelah berkuasa harus memperjuangkan kekuasaannya untuk kepentingan rakyat dan bukan untuk kepentingan keluarga.
"Pemimpin bisa jadi Presiden karena perjuangan seluruh komponen rakyat dari paling bawah. Jangan pernah melupakan tetesan keringat rakyat yang berjuang dengan ketulusan. Lalu setelah mendapatkan kekuasaan hanya untuk keluarga. Lupa bahwa kekuasaan untuk rakyat. Maka kebenaran akan ditegakkan," tegas Hasto.
Hasto memaparkan mereka yang telah duduk sebagai pemimpin harus memperjuangkan kekuasaan itu untuk rakyat dan bukan untuk keluarga.
"Karena untuk menjadi presiden itu melalui perjuangan anak ranting, ranting, PAC, simpatisan bahkan banyak juga yang menjadi korban tindak kekerasan. Bahkan Mbak Esti pun dulu juga sampai mendukung Pak Jokowi, sampai dulu ada yang menodong pistol," tegasnya.
"Ini menjadi pembelajaran untuk menjadi pemimpin bisa menjadi presiden karena perjuangan dari seluruh komponen rakyat dari yang paling bawah. Jangan pernah lupakan tetesan keringat dari anak ranting, ranting, PAC. Siapa yang melupakan tetesan keringat dari rakyat yang berjuang dengan penuh ketulusan lalu setelah mendapat kekuasaan hanya untuk keluarga lupa kekuasaan itu untuk rakyat, maka kebenaran akan ditegakkan," imbuh Hasto.