Jejak Politik Keluarga Jokowi
Bergabungnya Kaesang ke PSI menambah daftar panjang keluarga Jokowi masuk dunia politik.
Nyaris semua keluarga Jokowi terjun ke dunia politik.
Jejak Politik Keluarga Jokowi
Berkemeja kotak-kotak dengan celana hitam, Kaesang Pangarep tiba di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (25/9) malam. Senyumnya lebar. Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu datang bersama istrinya, Erina Gudono.
Di Djakarta Theater, Kaesang didapuk menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dia menggantikan Giring Ganesha yang ditunjuk menjadi Anggota Dewan Pembina DPP PSI. Teriakan dukungan kader PSI untuk Kaesang menggema.
"Mari kita sambut dengan penuh semangat ketua baru kita Kaesang Pangarep," kata Wakil Ketua Dewan Pembina DPP PSI Grace Natalie.
"Bro Kaesang," pekik suara kader PSI meneriakan Kaesang.
Bergabungnya Kaesang ke PSI menambah daftar panjang keluarga Jokowi masuk dunia politik. Sebelum Kaesang, sang kakak Gibran Rakabuming Raka dan iparnya Bobby Nasution sudah terlebih dahulu masuk gelanggang politik.
Lantas bagaimana perjalanan politik keluarga Jokowi?
Jokowi terjun ke dunia politik pada 2004. Saat itu, dia memilih PDIP. Pria kelahiran 21 Juni 1961 itu langsung menduduki posisi pengurus DPC PDIP Solo.
Pada tahun yang sama, Jokowi mengenal sosok FX Hadi Rudyatmo yang telah lebih dahulu bergabung dengan PDIP. Pada 2005, Jokowi dan FX Rudy maju sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo. Keduanya diusung PDIP dan PKB.
Setelah melakukan kampanye secara totalitas, Jokowi dan FX Rudy berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraup suara 36,62 persen. Kepemimpinan Jokowi dan FX Rudy kemudian berjalan. Masyarakat Solo merasa puas.
Jokowi dan FX Rudy melakukan pembenahan secara besar-besaran. Mulai dari membenahi infrastruktur, penataan pedagang kaki lima, pengembangan ekonomi, hingga pelayanan kesehatan.
Karena mendapatkan dukungan besar dari warga Solo, pada 2010, Jokowi dan FX Rudy kembali maju sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Hasilnya, kembali menang dengan perolehan suara yang fantastis yakni 90,09 persen.
Usai kemenangan tersebut, sosok Jokowi mulai dilirik tokoh nasional. Jokowi dikenal sebagai tokoh yang sederhana, jujur, dan santun dalam berpolitik.
Pada 2012, PDIP dan Gerindra mendorong Jokowi bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Jokowi menerima tantangan tersebut.
Dia maju bersama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Jokowi menerima banyak kritikan kala itu. Sebab, dia dinilai tidak menuntaskan jabatannya sebagai Wali Kota Solo.
Pertarungan Jokowi dan Ahok di Pilgub DKI tak mudah. Keduanya harus melawan enam pasangan calon, salah satunya Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Namun, Jokowi dan Ahok keluar sebagai pemenang.
Belum setahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, nama Jokowi diseret dalam survei elektabilitas calon presiden jelang Pilpres 2014. Elektabilitas Jokowi berada di atas puncak.
Dukungan mengalir deras. Pada 2014, Jokowi memutuskan meninggalkan kursi Gubernur DKI Jakarta. Dia memilih maju Pilpres 2014 bersama Jusuf Kalla.
Lagi-lagi, nasib baik berpihak kepada Jokowi. Alumni Fakultas Kehutanan UGM ini mengantongi kemenangan dengan perolehan suara 53,15 persen. Jokowi dan Jusuf Kalla berhasil menumbangkan rivalnya Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Setelah lima tahun memimpin Indonesia, Jokowi maju lagi sebagai calon presiden di Pilpres 2019. Kali ini, Jokowi berduet dengan Ma’ruf Amin. Keduanya berhadapan dengan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Dukungan masyarakat Indonesia terhadap Jokowi rupanya masih menguat. Terbukti, Jokowi dan Ma’ruf Amin mengantongi suara 55,50% pada Pilpres 2019. Keduanya menang atas Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Gibran Jadi Wali Kota Solo
Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka rupanya ingin mengikuti jejak sang ayah. Dia memutuskan bergabung dengan PDIP pada Senin, 23 September 2019.
Bergabungnya Gibran ditandai dengan pendaftaran sebagai kader melalui ranting Manahan, bagian dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) Banjarsari, Surakarta.
Setelah memenuhi persyaratan dari pengurus ranting dan anak cabang, Gibran mendatangi Kantor DPC PDIP Kota Surakarta, di Jalan Hasanudin Nomor 26, Purwosari, Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Gibran lalu dinyatakan resmi menjadi kader PDIP.
Pada Juli 2020, PDIP mengusung Gibran maju Pilkada Solo. Gibran dipasangkan dengan Teguh Prakosa yang pernah menjabat ketua DPRD Solo. Keduanya melakukan kampanye secara masif untuk mendulang suara.
Perjuangan keduanya tak sia-sia. Gibran dan Teguh Prakosa memenangkan Pilkada Solo dengan perolehan suara 86,5 persen. Dengan kemenangan itu, praktis Gibran langsung menjadi orang nomor satu di Solo.
Menantu Jokowi Jadi Wali Kota Medan
Tak lama setelah Gibran gabung PDIP, menantu Jokowi Bobby Nasution terjun ke dunia politik. Suami Kahiyang Ayu itu mengikuti kiprah Jokowi dan Gibran, bergabung dengan PDIP.
Pada 12 Maret 2020, Bobby mengisi formulir pendaftaran sebagai kader di kantor DPD PDIP Sumut di Medan. Beberapa bulan kemudian, PDIP berkoalisi dengan Gerindra, PAN, Golkar, NasDem, PSI, Hanura, dan PPP mengusung Bobby maju Pilkada Medan. Bobby berpasangan dengan Aulia Rachman.
Di tengah pertarungan Pilkada Medan, isu dinasti politik Jokowi menguat. Sebab, Gibran dan Bobby kompak maju sebagai wali kota. Namun, Bobby membantah tuduhan tersebut.
“Ya bukan dinastilah,”
tegas Bobby di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/2).
merdeka.com
Bobby mengatakan, keputusannya maju Pilkada Medan semata untuk membangun tanah kelahiran. Bukan karena nafsu politik.
Bobby dan Aulia Rachman kemudian gencar melakukan kampanye saat Pilkada 2020. Kerja keras membuahkan hasil.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan mengumumkan Bobby dan Aulia Rachman sebagai pemenang Pilkada Medan. Keduanya mendulang 393.327 suara. Unggul dari rivalnya Akhyar Nasution-Salman Alfarisi yang hanya memperoleh 342.580 suara.
Kaesang Gabung PSI Langsung Jadi Ketum
Putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep seakan tak mau ketinggalan. Dia memutuskan ikut terjun ke dunia politik lewat PSI.
Pada Sabtu (23/9), Kaesang resmi bergabung dengan PSI, ditandai dengan penyerahan kartu tanda anggota (KTA).
KTA PSI tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Umum PSI, Giring Ganesha di depan kediaman Presiden Joko Widodo di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Kota Surakarta.
Dua hari berselang, Kaesang langsung didapuk menjadi Ketua Umum PSI. Giring mengatakan keinginan Kaesang menjadi Ketum PSI juga atas dorongan dari semua kader PSI. Meski tak lazim kursi Ketum berganti, namun menurut Giring pemilihan Kaesang adalah bagian strategi PSI.
"Mungkin tidak lazim, di tengah banyak partai yang posisi tertinggi partainya tidak berganti-ganti. Tapi faktanya di PSI begitu, struktur itu soal bagaimana kita mencapai tujuan bersama, bisa rombak sesuai kebutuhan strategi partai. Jadi selalu relevan dengan semangat zaman,"
kata Giring.
merdeka.com
Saat menyampaikan pidato perdana, Kaesang mengaku masuk ke dunia politik karena ingin mengikuti jejak sang ayah. Kaesang pun menyadari ayahnya bukan manusia sempurna.
Namun, Kaesang mengaku mengambil banyak pelajaran dari sosok Jokowi. Sang ayah tak pernah merasa lelah mengurus rakyat. Justru, rakyat menjadi vitamin bagi Jokowi.
“Obat capeknya (pak Jokowi) adalah bersalaman dengan masyarakat. Vitamin lelahnya adalah senyum kebahagiaan masyarakat yang beliau temui. Susternya kata beliau memutuskan kebijakan yang tepat bagi masyarakat Indonesia," kata Gibran.
Sementara Jokowi mengakui Kaesang sudah meminta restu sebelum menjadi Ketua Umum PSI. Jokowi pun merestui langkah Kaesang memimpin PSI.
“Ya minta doa restu orang tua. Ya saya restui,” ucap Jokowi.