Sentilan-Sentilan Anies dari Kandang Banteng, Sindir Jargon Jokowi hingga Jateng Bukan Cuma PDIP
Anies dan Cak Imin kampanye di Jawa Tengah yang menjadi kandang banteng
Anies meyakini Jawa Tengah bukan lagi kandang banteng.
Sentilan-Sentilan Anies dari Kandang Banteng, Sindir Jargon Jokowi hingga Jateng Bukan Cuma PDIP
Calon Presiden nomor urut satu, Anies Baswedan melakukan kampanye di kandang 'banteng' PDIP, di Jawa Tengah.
Pada perjalanannya ini, Anies meyakini Jawa Tengah bukan lagi kandang banteng. Ia mengaku merasakan nuansa perubahan yang kuat di Jawa Tengah. Mantan gubernur DKI Jakarta ini yakin bakal mendapatkan dukungan yang besar.
"Saya rasa nuansa perubahan itu semakin terasa. Menginkan perubahan. Dan itu kemudian menonjol,"
kata Anies usai acara Istighosah Kubro Masyayich & Alumni Pondok Pesantren di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/12).
merdeka.com
Menurut Anies, Jawa Tengah bukan lagi hanya milik PDIP saja. Karena PKB yang juga partai pendukungnya, memiliki kekuatan yang cukup besar di Jawa Tengah.
"Bukan satu Provinsi didominasi oleh satu partai. PKB ini punya kekuatan yang tidak kalah besar di Jateng. Jadi kami makin optimis dalam beberapa perjalanan hari ini bahwa perubahan itu kuat sekali," kata Anies.
Hal serupa juga disampaikan wakilnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin ketika berkeliling bertemu dengan warga. Banyak warga Jawa Tengah yang menginginkan perubahan.
"Dan ini mas, Jawa itu cenderung kalau hidupnya susah enggak protes, menerima nrimo ing pandum (menerima segala bentuk pemberian)," kata Cak Imin.
"Tapi begitu dikasih tahu perubahan ya maksudnya itu. Artinya apa? Silent hope, harapan yang diam ini hari ini mulai muncul di mana mana. Jawa Tengah ini insya Allah harapan perubahan mulai kelihatan sudah tidak dilihat partai apapun," pungkas Cak Imin.
Sindir Jokowi
Saat kampanye di Jawa Tengah, Anies Baswedan kerap menyindir jargon yang dipopulerkan Presiden Joko Widodo yaitu kerja, kerja, kerja dan Revolusi Mental. Anies menilai dua hal itu tidak berjalan dengan baik.
Pertama, Anies mengkritik pemerintah yang tidak menjaga demokrasi dengan baik. Demokrasi harusnya memberikan ruang atas gagasan.
“Karena dibalik karya ada narasi, di balik narasi ada gagasan, kalau karya tanpa narasi gagasan ujungnya hanya ‘Kerja-kerja-kerja’ saja yang belum tentu ada gagasannya belum tentu ada narasinya,” kata dia.
“Dan ketika ditanya mengapa dikerjakan, jawabannya enggak ada. Biasanya yang begitu tidak tahan dengan kritik, karena tidak dibangun dengan gagasan, segala yang dibangun dengan gagasan dia sanggup berhadapan dengan kritik,” tambahnya.
Kritik Revolusi Mental
Sementara, Cak Imin mengkritik jargon Revolusi Mental yang digaungkan Jokowi sejak periode pertama. Ketua umum PKB ini menilai Revolusi Mental tidak berjalan baik selama 10 tahun pemerintahan.
Tadi pada teriak selepet, kenapa saya ngomong slepet karena kalau mau jujur sebenarnya yang lebih tepat itu apa revolusi sebenarnya. Tapi kata-kata revolusi agak kacau, sejak revolusi mental gagal dijalankan dengan baik,” kata dia.
“Jadi Terpaksa kasih istilah lebih mudah dan kemudian tidak mengganggu. Karena 10 tahun revolusi mental jadi revolusi mental nah itu. Karena itu saya gunakan istilah slepet,”
tambahnya.