Perjuangan bule cantik salat sembunyi di ruang ganti mal

Merdeka.com - Menjadi seorang mualaf, Siti Malikah Feer (29) sadar hal pertama yang harus dia pelajari adalah salat. Saat itu, tantangan dan cobaan mempelajari salat pun mulai datang bertubi-tubi.

Di Belanda tahun 2003, masih jarang referensi tentang salat dalam bahasa Belanda. Dia tidak punya pilihan selain belajar dari teman-temannya yang berasal dari Turki.

"Teman-teman saya dari pabrik tidak bisa menjelaskan salat, mereka tidak tahu bahasa Belanda dan saya tidak tahu bahas Turki banyak, jadi hanya bahasa tubuh tapi saya mengerti," kata mahasiswa berparas cantik ini kepada merdeka.com di Universitas Indonesia, Kamis (11/6).

Namun saat temannya mempraktikkan dan membacakan ayat-ayat dalam salat, Malikah sontak menangis. "Saya bilang saya tidak bisa, tidak bisa. untung ada kaset saya selalu mengulangi Al Fatiha dan Al-Ikhlas dan surat kecil dan buku yang ditulis mualaf juga," tutur wanita bermata abu-abu ini.

Dari situ, Malikah berusaha mempraktikkan salat. Sambil membaca, Malikah salat dimana saja, di waktu salat tiba.

"Saya harus baca buku untuk mengerti apa yang Allah suruh untuk saya. Saya belajar salat dimana-dimana, di rumah, di kereta dimana-mana saya bisa duduk sambil membaca," tukas wanita berjilbab ini.

Tak jarang banyak orang memperhatikan dirinya saat salat. Namun Malikah bersyukur warga Belanda tidak sampai mengintimidasinya.

"Di Belanda ada little room atau saya buat sajadah atau mungkin duduk di stasiun atau duduk di ruang ganti, saya solat tidak kelihatan karena gorden panjang. yang di stasiun banyak lihat tapi mereka tidak tanya sesuatu," tukas Malika.

Kini Malikah tengah belajar bahasa Indonesia dan berniat tinggal serta berdakwah di Indonesia. Salah satu alasannya tak lain demi kenyamanan beribadah. (mdk/rep)