Profil
Rini Mariani Soemarno Soewandi
Rini Mariani Soemarno, yang dulu lebih dikenal sebagai Rini Mariani Soemarno Soewandi lahir di Maryland, Amerika Serikat, pada 9 Juni 1958. Setelah bercerai dari suaminya, Didik Soewandi, Rini lebih dikenal sebagai Rini Soemarno. Pada masa kecilnya, Rini pernah berpindah Amerika Serikat, Jakarta, dan Belanda karena tugas ayahnya.
Rini mendalami studi ekonomi di Wellesley College, Masschusetts, Amerika Serikat pada tahun 1981. Setelah lulus, Rini sempat magang di Departemen Keuangan Amerika Serikat dan memulai karirnya dengan bekerja di Citibank Jakarta pada tahun 1982.
Pada tahun 1989, Rini kemudian menjabat sebagai General Manager Finance Division di PT Astra International. Karirnya terus naik pada tahun 1990 ketika Rini menjabat sebagai Komisaris Bank Universal dan kemudian menjadi Wakil presiden Komisaris di PT United Tractors pada tahun 1993. Selanjutnya pada tahun 1995 Rini menjadi komisaris Bursa Efek Jakarta dan Komisaris PT Astra Agro Lestari. Pada tahun 1995 Rini pernah mendapatkan prestasi sebagai Pemimpin Puncak terpuji dari Majalah Swa Sembada.
Sejak tahun 1998 - 2000, Rini diangkat sebagai Presiden Direktur PT Astra Internasional. Pada tahun 1998 Rini menjadi Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional dan Staf Ahli Departemen Keuangan Republik Indonesia. Pada tahun 1999, Rini dipercaya menjadi Presiden Komisaris PT Astra Agro lestari dan pada tahun 2000 Rini menjadi Komisaris PT Agrakom sekaligus Presiden Komisaris PT Semesta Citra Motorindo. Kemudian tahun 2000 hingga 2001, Rini diangkat menjadi Presiden Direktur di tempat yang sama.
Rini diangkat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong tahun 2001 hingga 2004. Pada saat yang sama, tahun 2001 hingga 2005, Rini juga menjadi presiden Direktur pada PT kanzen Motor Indonesia.
Sebelum diangkat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, nama Rini sempat diisukan terseret beberapa kasus korupsi, seperti kasus pembelian pesawat tempur Sukhoi dan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Rini juga diduga masuk dalam daftar merah KPK. Meski begitu, ini hanya sebatas dugaan dan Rini tetap terpilih sebagai menteri BUMN pada tahun 2014.
Riset dan analisis oleh: Kun Sila Ananda