Profil
Ristia Bintang Mahkotasejati
PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS) adalah real estate dan perusahaan kontraktor yang didirikan pada tahun 1985. Perusahaan ini merupakan pengembang properti yang memilih mengembangkan lahan kecil dibandingkan lahan dengan luas puluhan hingga ratusan hektare (ha). Sejak Februari 1994, RBMS mulai kegiatan operasional secara komersial. Proyek pertama dimulai dengan proyek perumahan yang dikembangkan perusahaan antara lain perumahan Bintang Metropole di Bekasi seluas 20 hektare, kemudian disusul perumahan Mahkota Simprug di Ciledug seluas 45 hektare, perumahan di Cipondoh Tangerang seluas 15 hektare serta sejumlah perumahan di Daan Mogot, Jakarta Barat.
Pada bulan Februari tahun 1996, dalam mengembangkan bisnisnya, RBMS mengakuisisi PT Royal Oak Development Asia Tbk.
Pada tahun 2012, (RBMS) melakukan feasibility study untuk melakukan penambahan lahan di Karawang Timur, Jawa Timur. Perusahaan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 75 miliar yang sebagian besar akan digunakan untuk pembebasan lahan tersebut. Perusahaan merencanakan pembangunan proyek di atas lahan baru akan dilakukan tahun 2013, karena fokus perusahaan tahun 2012 kemarin adalah menyelesaikan proses pembebasan lahan dari masyarakat. Proyek perumahan yang akan ditawarkan di Karawang menyasar kalangan menengah hingga atas dengan kisaran harga jual Rp 150 juta sampai Rp 450 juta per unit.
Pada 2012 perusahaan menargetkan pendapatan sebesar Rp 50 miliar yang akan ditopang dari penjualan proyek eksisting perseroan. Selain dari laba yang didapat perseroan dari kepemilikan saham di perusahaan lain. Perusahaan ini mengaku memiliki saham di PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA). Pada 30 Agustus 2012, terjadi peningkatan harga kumulatif saham dari RBMS sebanyak 135,63% dari awal hingga akhir bulan Agustus. Sehingga, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham RBMS.
Dengan meningkatkan kinerja perusahaan, Ristia berusaha mencapai target laba bersih sepenuhnya dengan penjualan dari perumahan tahun depan akan meningkat sebanyak 20%. Selain itu, Perusahaan tahun ini tidak membagikan dividen akibat kerugian yang diderita. Sepanjang 2011 perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp 13,960 miliar. Pada 2010 perusahaan mencatat laba sebesar Rp 469 juta.
Riset dan Analisis oleh Kustin Ayuwuragil D.