Bahaya yang Muncul pada Anak ketika Tak Sengaja Terpapar Sabu atau Metamfetamin
Merdeka.com - Kasus pemberian sabu-sabu pada balita di Samarinda, Kalimantan Timur beberapa waktu lalu telah menjadi perhatian publik. Kasus ini menimbulkan dampak yang sangat yang sangat berbahaya terutama karena korbannya merupakan balita berusia 3 tahun.
Pada kejadian tersebut, seorang balita laki-laki 3 tahun, diduga dicekoki narkoba jenis sabu-sabu dalam air mineral seusai bermain di rumah tetangganya, Selasa (6/6) sore. Malam harinya balita itu tidak kunjung bisa tidur dan makan, serta menjadi hiperaktif.
Sabu atau metamfetamin termasuk ke dalam jenis narkotika golongan I bukan tanaman. Dilansir dari National Institute on Drug Abuse (NIDA) Metamfetamin adalah stimulan yang sangat kuat dan adiktif yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Bentuknya berupa serbuk kristal putih yang tidak berbau dan memiliki rasa pahit, yang mudah larut dalam air atau alkohol.
-
Bagaimana metamfetamin berdampak pada kesehatan? Efek obat ini bisa menyebabkan kerusakan otak parah, atau lebih buruk lagi, kematian.
-
Di mana sabu ditemukan? “Jadi pada tanggal 5 Agustus anggota berhasil mengamankan salah satu tersangka yang menyimpan sabu di plafon sekolah dasar di Kota Jambi.“
-
Apa efek metamfetamin terhadap otak? Metamfetamin bekerja dengan meningkatkan kadar dopamin dalam otak, yang dapat menyebabkan perubahan dalam sistem dopamin.
-
Apa jenis narkoba yang diproduksi? Saat diringkus, polisi menemukan berbagai macam alat yang digunakan memproduksi ekstasi tersebut dan siap untuk diedarkan. Salah satunya yakni 416 gram serbuk warna biru (Methafetamine)
-
Siapa yang terbukti positif menggunakan narkoba? Setelah melalui uji tes, Saipul Jamil dinyatakan tidak terlibat dalam penggunaan barang haram tersebut. Sebaliknya, yang terdeteksi positif adalah asisten yang saat itu berada bersama Saipul Jamil.
-
Narkoba apa yang disita? 'Barang bukti yang disita sebanyak 16 paket sabu, bong, pipet, gunting, senjata tajam dan barang lainnya,' ujar Komandan Tim Patroli Brimob Polda Sumut Iptu Edward Sardi di Medan.
Metamfetamin dikembangkan pada awal abad ke-20 dari obat asalnya, amfetamin, dan awalnya digunakan dalam obat pelega hidung dan inhaler bronkial. Seperti amfetamin, metamfetamin menyebabkan peningkatan aktivitas dan pembicaraan, penurunan nafsu makan, dan perasaan kesejahteraan atau euforia yang menyenangkan.
Namun, metamfetamin berbeda dari amfetamin dalam hal dosis yang lebih besar masuk ke otak pada dosis yang sebanding, sehingga menjadi stimulan yang lebih kuat. Selain itu, metamfetamin memiliki efek yang lebih berkepanjangan dan lebih berbahaya pada sistem saraf pusat. Karakteristik ini membuatnya menjadi obat yang berpotensi disalahgunakan secara luas.
Secara medis, metamfetamin dapat digunakan untuk pengobatan gangguan hiperaktivitas berlebihan (ADHD) dan sebagai komponen jangka pendek dalam pengobatan penurunan berat badan, tetapi penggunaan ini terbatas dan jarang diresepkan; selain itu, dosis yang diresepkan jauh lebih rendah daripada yang umum disalahgunakan. Hal ini menjadikan lebih banyak terjadi kasus penyalahgunaan dari sabu ini.
Dampak Konsumsi Sabu pada Anak
Dilansir dari DCFS Nevada, Metamfetamin adalah stimulan kuat yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
Sangat adiktifMudah diproduksiDapat dikonsumsi dengan cara merokok, menghirup, menyuntikkan, atau menelanBertindak cepatBertahan lamaMempengaruhi suasana hati, terkadang menyebabkan periode kebingungan
Pada umumnya, risiko sabu yang sudah diteliti biasanya terjadi pada ibu yang mengonsumsi sabu saat mengandung. Dampak lain dari sabu biasanya muncul dalam bentuk paparan pabrik sekitar yang mengandung metamfetamin.
Anak-anak yang terpapar bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi metamfetamin dapat mengalami:
Irritasi pada mata, kulit, atau selaput lendirKesulitan pernapasan, mulai dari napas berat hingga kesulitan pernapasanLuka bakar kimia pada kulitBau yang tidak biasa dan tampak kotorPusing, mual, dan kelelahanTingkat metabolisme yang lebih tinggiSistem tulang dan saraf yang abnormal
Sejumlah dampak tersebut bisa dialami dampak ketika anak terpapar sabu secara tidak langsung. Pada anak yang tanpa sengaja mengonsumsi sabu secara langsung di Samarinda, dampak yang muncul bisa cukup berat.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Metamfetamin, salah satu jenis narkoba yang membahayakan bagi tubuh.
Baca SelengkapnyaKetua PP IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menyatakan bahwa gula berpotensi berbahaya karena sering kali tidak dianggap sebagai ancaman.
Baca SelengkapnyaRemaja kerap penasaran dengan berbagai hal. Kondisi ini menyebabkan mereka kerap melakukan perilaku berisiko termasuk menggunakan narkoba.
Baca SelengkapnyaKata-kata poster anti narkoba memainkan peran krusial dalam kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Baca SelengkapnyaTramadol seharusnya hanya digunakan dengan resep dokter dan tidak diperuntukkan bagi anak-anak.
Baca SelengkapnyaMenurut Prof. Siska Mayasari Lubis, seorang dokter spesialis anak, kecanduan gula dapat disamakan dengan kecanduan terhadap zat tertentu.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Marthinus Hukom menyatakan narkotika lebih dahsyat dan berbahaya dari terorisme.
Baca SelengkapnyaPenyalahgunaan narkoba merupakan salah satu momok yang mengancam remaja. Berdasar data, terjadi peningkatkan penggunaan narkoba pada anak usia sekolah.
Baca SelengkapnyaAdiksi adalah disfungsi kronis dari sistem otak yang melibatkan reward, motivasi, dan memori. Jenisnya pun beragam, bisa karena zat atau perilaku.
Baca SelengkapnyaNarkoba dianggap sebagian orang dapat menenangkan pikiran. Namun nyatanya jika dikonsumsi jangka panjang memiliki efek yang sangat membahayakan.
Baca Selengkapnya