Begini Cara Tepat Menghadapi Konflik antara Orangtua dan Anak
Terjadinya konflik antara orangtua dan anak perlu diselesaikan dengan tepat agar tidak berkepanjangan.
Konflik antara orangtua dan anak adalah hal yang wajar terjadi dalam hubungan keluarga. Berbagai perbedaan pandangan, kebutuhan, dan nilai yang dimiliki masing-masing generasi sering kali menjadi pemicu timbulnya permasalahan. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, konflik ini dapat berkembang menjadi masalah yang berkepanjangan dan berdampak negatif pada hubungan antara orangtua dan anak. Psikolog Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt., dari Asosiasi Profesi Produktivitas Indonesia (APPRODI), memberikan beberapa kiat penting dalam menghadapi konflik antara orangtua dan anak.
Memahami Perbedaan Cara Pandang
Salah satu penyebab utama konflik antara orangtua dan anak adalah perbedaan cara pandang. Perbedaan ini bisa timbul dari banyak hal, mulai dari perbedaan generasi hingga perbedaan nilai dan harapan yang dimiliki. Menurut Endang Retno Wardhani, atau yang akrab disapa Dhani, perbedaan tersebut tidak hanya terjadi antara orangtua dan anak, tetapi juga antar anggota keluarga lainnya seperti kakak dan adik.
-
Bagaimana orangtua bisa mengurangi konflik dengan anak? Dhani juga menjelaskan bahwa potensi konflik dalam keluarga bisa dikurangi apabila komunikasi yang positif sudah menjadi kebiasaan sejak dini.
-
Bagaimana cara orangtua menyelesaikan konflik? Cara orangtua dalam menyelesaikan perbedaan pendapat ini dapat memengaruhi anak seumur hidup.
-
Gimana cara orang tua mengajari anak mengatasi masalah? Meskipun anak tidak diberikan kebebasan sepenuhnya, mereka tetap perlu dibimbing agar tidak menyimpang. Contohnya, dengan mengajarkan cara menyelesaikan masalah dan membahas makna di balik setiap kejadian.
-
Gimana cara orangtua mengatasi tantrum anak? Pola asuh dan arahan dari orangtua menjadi kunci penting untuk mengatasi tantrum agar tidak semakin parah.
-
Bagaimana orang tua bisa membantu anak mengatasi agresivitas? Bantu anak Anda untuk belajar mengidentifikasi dan menamai emosinya, dan ajarkan mereka cara yang sehat untuk mengekspresikan perasaan mereka.
-
Bagaimana cara orang tua untuk membantu anak mengelola emosi negatifnya? Penting bagi orangtua untuk membantu mengelola dan mengarahkan emosi negatif milik anak agar tidak terlalu berdampak buruk. Penting untuk memastikan emosi tersebut terasalurkan namun dalam cara yang lebih produktif.
“Perbedaan cara pandang adalah hal yang dapat terjadi antara orangtua dengan anak, kakak dengan adik, dan anggota keluarga lainnya,” kata dilansir dari Antara.
Meski perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa memicu konflik yang berkepanjangan. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan anak untuk menyadari bahwa konflik bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus diselesaikan secara bijaksana.
Jeda Saat Emosi Memuncak
Ketika emosi memuncak dalam sebuah konflik, sering kali keputusan yang diambil menjadi tidak rasional dan justru memperburuk situasi. Dhani menyarankan agar dalam situasi emosional, baik orangtua maupun anak mengambil jeda terlebih dahulu sebelum melanjutkan diskusi. Hal ini memungkinkan keduanya untuk menenangkan diri dan kembali ke pembicaraan dengan pikiran yang lebih jernih.
“Oleh sebab itu, ketika dalam situasi emosional sebaiknya ambil jeda dan sepakati bersama untuk membicarakan kembali masalah itu dengan tenang di lain waktu,” jelas Dhani.
Dengan mengambil jeda, orangtua dan anak dapat menghindari pengucapan kata-kata atau tindakan yang tidak diinginkan yang bisa menambah luka dalam hubungan mereka.
Komunikasi Terbuka dan Keterbukaan Diri
Salah satu kunci utama dalam menyelesaikan konflik adalah komunikasi yang terbuka. Komunikasi yang baik tidak hanya terbatas pada menyampaikan apa yang dirasakan, tetapi juga mendengarkan sudut pandang satu sama lain. Dhani menekankan pentingnya keterbukaan antara orangtua dan anak dalam mencari solusi dari masalah yang dihadapi.
“Komunikasi terbuka bisa dimulai dari anak ataupun orangtua, dan perlunya keterbukaan bersama untuk mencari solusi,” kata Dhani.
Selain itu, Dhani juga menyarankan agar orangtua bersedia membuka diri dan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Orangtua tidak harus selalu merasa benar dalam setiap situasi. Sebaliknya, mereka perlu bersedia mendengarkan pendapat anak-anak mereka dan memahami apa yang mereka inginkan.
“Pendapat orangtua tidak selalu benar, oleh karenanya anak perlu mengkomunikasikan pikirannya dengan tepat agar orangtua memahami apa yang mereka inginkan,” lanjut Dhani.
Saling Memahami dan Memaafkan
Tidak ada hubungan yang sempurna, termasuk hubungan antara orangtua dan anak. Oleh karena itu, penting untuk menumbuhkan sikap saling memaafkan dalam keluarga. Setelah konflik selesai dibahas dan solusi ditemukan, langkah selanjutnya adalah saling memaafkan agar hubungan kembali harmonis.
“(Orangtua dan anak perlu) terbuka untuk saling memaafkan,” kata Dhani.
Saling memaafkan tidak hanya membantu memperbaiki hubungan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga kepada anak-anak tentang pentingnya mengakui kesalahan dan memperbaiki hubungan yang rusak.
Langkah-langkah Menghadapi Konflik
Dhani memberikan sejumlah langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orangtua dan anak ketika menghadapi konflik. Langkah pertama adalah mengajak anak untuk duduk bersama dan mendiskusikan masalah yang terjadi. Orangtua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menjelaskan sudut pandang mereka serta pengalaman yang mereka alami.
Langkah berikutnya adalah mengajak anak untuk melihat lebih kurangnya dari permasalahan yang dihadapi. Hal ini membantu anak memahami bahwa setiap masalah memiliki dua sisi yang berbeda. Setelah itu, orangtua dan anak dapat berdiskusi tentang konsekuensi dari tindakan yang diambil dalam menghadapi masalah tersebut.
Terakhir, penting bagi orangtua dan anak untuk mencapai kesepakatan mengenai langkah-langkah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Kesepahaman ini membantu anak memahami alasan di balik perbedaan yang ada dengan orangtua mereka, sehingga hubungan keluarga dapat kembali harmonis.
“Ajak anak menyepakati mana hal yang dapat diterima oleh mereka dan kesepemahaman ini dapat membantu mereka memahami alasan di balik perbedaan yang ada (dengan orangtuanya),” tutup Dhani.