Sejarah Panjang Donor Darah, dari Eksperimen Berisiko hingga Gerakan Kemanusiaan Global
Dari penemuan golongan darah sampai penemuan skrining darah, simak sejarah panjang donor darah berikut!
Donor darah adalah salah satu prosedur medis yang sangat penting dalam dunia kedokteran modern. Sejak pertama kali ditemukan hingga sekarang, donor darah telah menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia. Donor darah adalah prosedur yang bersifat sukarela dan dapat membantu menyelamatkan nyawa. Jutaan orang membutuhkan transfusi darah setiap tahunnya, baik itu selama operasi, pasca kecelakaan dan lain sebagainya. Transfusi darah hanya bisa menggunakan darah dari donor, dikarenakan tidak adanya pengganti darah manusia.
Donor darah memiliki sejarah yang panjang dan penuh dengan tantangan ilmiah. Saat Anda melakukan proses donor darah di zaman modern ini, Anda akan disambut dengan fasilitas yang bersih, yang diperiksa dengan teliti untuk menjamin keselamatan Anda dan penerima darah. Namun sejarah awal donor darah, sebetulnya cukup menakutkan serta menjijikan dan membuat bulu kuduk Anda berdiri. Sejarah ini mirip dengan banyak penemuan yang dibuat bertahun-tahun sebelum pengobatan modern diciptakan. Artikel ini akan membahas sejarah donor darah, mulai dari upaya awal manusia dalam donor darah hingga inovasi dan teknologi modern yang mendukung proses tersebut.
-
Kenapa donor darah penting? Setiap tahun, banyak orang membutuhkan transfusi darah. Proses ini sangat penting, terutama saat operasi, setelah kecelakaan, atau bagi mereka yang menderita penyakit tertentu yang memerlukan komponen darah.
-
Kenapa donor darah sangat penting? Darah adalah elemen vital dalam tubuh yang tidak dapat digantikan oleh apa pun, dan donor darah merupakan satu-satunya cara untuk memastikan ketersediaan darah bagi mereka yang membutuhkan.
-
Apa manfaat donor darah bagi pendonor? Donor darah merupakan tindakan yang tidak hanya bermanfaat bagi penerima darah, tetapi juga bagi pendonor itu sendiri. Berikut adalah beberapa manfaat donor darah yang telah terbukti melalui penelitian dan pengamatan klinis:
-
Bagaimana cara donor darah utuh dilakukan? Donasi darah utuh adalah metode yang paling dikenal oleh masyarakat, mencakup semua komponen darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih, platelet, dan plasma. Rata-rata, sekitar 500 ml darah, atau satu pint, diambil saat mendonorkan darah utuh.
-
Siapa yang bisa donor darah? Syarat utama untuk mendonor darah adalah dalam kondisi sehat, berusia minimal 16 tahun (dengan izin orang tua), dan memiliki berat badan minimal 110 pon.
-
Bagaimana cara donor darah membantu kesehatan jantung? Donor darah secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Proses donor darah membantu dalam melancarkan aliran darah dan mencegah penyumbatan arteri.
Awal Penelitian tentang Pendonoran Darah
Transfusi darah sebagai bentuk pengobatan pertama kali diselidiki pada abad ke-17. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh British Journal of Haematology, eksperimen awal dilakukan oleh Jean-Baptiste Denis pada tahun 1667. Denis, seorang dokter dari Prancis, mencoba melakukan transfusi darah dari hewan ke manusia, yang dikenal sebagai xenotransfusi.
Dalam laporannya, Denis melakukan transfusi darah domba kepada pasien manusia. Namun, seperti yang dijelaskan dalam jurnal ilmiah Transfusion Medicine Reviews, percobaan ini berisiko tinggi karena ketidakcocokan imunologis antara spesies yang menyebabkan reaksi fatal pada tubuh manusia, dan percobaan ini akhirnya dihentikan.
Meskipun percobaan awal ini gagal, upaya untuk memahami dan mengembangkan teknik transfusi darah terus dilakukan. Menurut Journal of Medical History, peneliti pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 menghadapi banyak kendala karena pengetahuan yang minim tentang golongan darah, yang menyebabkan transfusi sering kali gagal karena adanya reaksi hemolitik.
Penemuan Golongan Darah oleh Karl Landsteiner
Penemuan golongan darah A,B,O oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901 menandai tonggak penting dalam sejarah donor darah. Dalam makalah yang diterbitkan di Journal of Experimental Medicine, Landsteiner menjelaskan bahwa darah manusia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis antigen pada permukaan sel darah merah. Golongan darah A, B, AB, dan O yang ditemukannya memainkan peran penting dalam keamanan transfusi darah.
Penemuan ini juga memperkenalkan konsep kompatibilitas darah yang esensial dalam setiap prosedur transfusi. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Nature Reviews Immunology, Landsteiner menerima Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1930 atas kontribusinya yang memungkinkan transfusi darah dilakukan dengan cara yang lebih aman. Ini juga merupakan dasar bagi berbagai penelitian selanjutnya tentang imunologi dan transfusi darah.
Selain golongan darah A,B,O, Landsteiner bersama Alexander S. Wiener pada tahun 1937 menemukan faktor Rh, yang kemudian dipublikasikan di Journal of Immunology. Faktor Rh (antigen atau protein yang ada pada permukaan sel darah merah) ini, terutama RhD, memainkan peranan penting karena ketidakcocokan Rh antara donor dan penerima bisa menyebabkan komplikasi serius dalam transfusi darah, terutama pada kasus ibu hamil yang mempunyai Rh negatif.
Perkembangan Teknologi Penyimpanan Darah
Seiring dengan berkembangnya pemahaman tentang golongan darah dan faktor Rh, perhatian para peneliti beralih pada cara menyimpan darah agar bisa digunakan di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan pada awal abad ke-20, seperti yang dilaporkan dalam Transfusion Science, menunjukkan bahwa penemuan antikoagulan sodium sitrat oleh Richard Lewisohn pada tahun 1914 sangat berpengaruh. Sodium sitrat mencegah pembekuan darah, memungkinkan darah disimpan dalam waktu lebih lama.
Menurut studi yang diterbitkan di British Medical Journal, metode ini membuka jalan bagi pengembangan bank darah pertama yang didirikan oleh Dr. Bernard Fantus pada tahun 1936 di Rumah Sakit Cook County, Chicago. Fantus menggunakan sodium sitrat untuk menyimpan darah secara efisien sehingga dapat digunakan ketika dibutuhkan. Ini adalah konsep bank darah modern pertama, yang menyebar ke seluruh dunia dan menjadi elemen penting dalam sistem kesehatan global.
Transfusi Darah selama Perang Dunia
Transfusi darah mengalami perkembangan pesat selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Dalam kedua perang tersebut, transfusi darah menjadi sangat penting untuk merawat tentara yang terluka di medan perang. Teknologi untuk mengawetkan darah dan mentransfusikan darah secara massal dikembangkan dan disempurnakan selama periode ini.
Pada Perang Dunia II, kemajuan dalam penyimpanan plasma darah juga sangat signifikan. Plasma darah, yang tidak mengandung sel darah merah, lebih mudah disimpan dan digunakan dalam transfusi massal. Plasma dapat diberikan tanpa memperhatikan golongan darah, yang memudahkan proses transfusi dalam situasi darurat di medan perang. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Investigation menjelaskan bahwa pengembangan teknologi pemisahan komponen darah memungkinkan transfusi massal lebih mudah dilakukan dalam kondisi darurat.
Penemuan Skrining Darah
Penggunaan transfusi darah secara meluas membawa tantangan baru terkait dengan keamanan donor darah. Dalam beberapa kasus, penyakit menular dapat ditularkan melalui darah donor. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh komunitas medis pada akhir abad ke-20 adalah epidemi HIV/AIDS. Sebuah studi penting yang diterbitkan di The Lancet pada tahun 1984 oleh Gallo et al., menemukan korelasi antara HIV dan AIDS, yang permulaan pencarian metode deteksi yang andal untuk virus tersebut. Pada tahun 1985, pengenalan uji antibodi HIV dalam darah donor adalah tonggak sejarah dalam skrining darah. Skrining ini merupakan langkah besar dalam memastikan keamanan darah yang disumbangkan dan membantu mencegah penyebaran virus melalui transfusi darah.
Donor darah telah berkembang jauh sejak pertama kali dipraktikkan pada abad ke-17. Berkat penemuan golongan darah, pengembangan teknologi penyimpanan darah, dan inovasi dalam skrining darah, donor darah kini menjadi salah satu prosedur medis yang paling aman dan efisien. Namun, tantangan dalam memenuhi kebutuhan global akan darah masih ada, dan upaya terus dilakukan untuk memastikan setiap orang yang membutuhkan transfusi darah dapat mendapatkannya.