Update Informasi Varian Baru Covid-19 dari WHO
Merdeka.com - Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur organisasi kesehatan dunia (WHO) Asia Tenggara 2018-2020, menjelaskan beberapa informasi terkait varian baru covid-19 dari WHO.
Menurutnya, informasi tersebut penting untuk disampaikan mengingat varian baru covid-19 seperti varian yang ditemukan di India dan Afrika Selatan sudah masuk ke Indonesia.
Informasi-informasi tersebut yakni:
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Apa saja bentuk virus? Struktur dan bentuk virus bervariasi, tergantung pada jenis asam nukleat, jumlah dan susunan protein selubung, serta adanya atau tidaknya selubung membran.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
- WHO membagi dalam dua kelompok COVID-19 varian baru, yaitu Variant of Interest (VOI) yang terdiri dari 6 varian, serta Variant of Concern (VOC) yang amat perlu jadi perhatian bersama.
VOC terdiri dari 4 varian yaitu B.1.1.7, B.1.351, B.1.617 dan B.1.1.28.1 atau P.1, tiga yang pertama sudah ada di Indonesia. Pengelompokan sebagai Variant of High Consequence (VOHC) bukanlah dibuat oleh WHO tetapi merupakan klasifikasi dari Center of Diseases Control (CDC) Amerika Serikat.
- Keempat virus kategori VOC memang menunjukkan peningkatan penularan (increase transmissibility), bahkan yang B.1.1.7 juga disebut meningkatkan secondary attack rate.
Untuk dampak beratnya penyakit, pada dasarnya belum sepenuhnya terkonfirmasi secara penuh, jelas Tjandra. Hanya memang data yang ada sejauh ini menunjukkan bahwa B.1.1.7 “mungkin” meningkatkan risiko dirawat di rumah sakit, penyakit menjadi berat serta terjadinya kematian.
“B.1.351 disebutkan mungkin meningkatkan risiko kematian ketika dalam perawatan di rumah sakit serta yang varian B.1.1.28.1 atau P.1 juga mungkin meningkatkan risiko jadi dirawat di rumah sakit,” kata Tjandra seperti yang dikutip dari Health Liputan6.com.
Sedang, untuk varian B.1.617 maka sejauh ini masih dalam penelitian (under investigation), tambah Tjandra. Penelitian di 7 negara Eropa menunjukkan peningkatan bermakna angka masuk rumah sakit dan masuk ICU pada mereka yang tertular oleh satu dari 3 VOC (B.1.1.7, B.1.351 dan P.1).
Pada aspek pemeriksaan diagnosis COVID-19, WHO menyatakan bahwa varian B.1.1.7 nampaknya ada sedikit dampak terbatas pada PCR, yaitu “S gene target failure (SGTF)” tapi tidak ada dampak pada keseluruhan pemeriksaan PCR yang menggunakan beberapa target sekaligus, seperti yang banyak dipakai di Indonesia.
“Jadi, secara umum PCR tetap bisa digunakan. Varian B.1.1.7 ini juga sejauh ini tidak berdampak pada kemampuan tes dengan rapid antigen.”
Untuk yang varian B.1.351 maka WHO menyatakan sejauh ini tidak ada dampak pada efektivitas pemeriksaan PCR dan juga rapid antigen, sementara untuk B.1.1.28.1 atau P.1 dan B.1.617 dinyatakan sejauh ini belum ada laporan ilmiah yang tersedia, tutup Tjandra.
Sumber: Liputan6.comReporter: Ade Nasihudin Al Ansori
(mdk/ttm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaWHO menaikkan status Mpox menjadi darurat kesehatan pada 14 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca Selengkapnya