WHO Resmi Golongkan Bedak Talkum Mungkin Bersifat Karsinogen pada Manusia
Bedak tabur atau bedak talkum baru digolongkan oleh WHO karena mungkin besifat karsinogen pada manusia.
Bedak tabur atau bedak talkum baru digolongkan oleh WHO karena mungkin besifat karsinogen pada manusia.
-
Kenapa bedak tabur berbahaya untuk bayi? Meskipun memiliki manfaat, bedak tabur juga mengandung risiko yang dapat membahayakan kesehatan bayi. Kulit bayi yang sensitif dan masih dalam tahap perkembangan memerlukan perlindungan tambahan, dan penggunaan bedak tabur yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
-
Kenapa bedak tabur bahaya untuk bayi baru lahir? Bedak tabur, yang sering digunakan oleh orang tua setelah memandikan bayi, ternyata memiliki potensi bahaya yang serius bagi kesehatan bayi baru lahir.
-
Bagaimana bedak tabur bisa membahayakan pernapasan bayi? Bedak tabur berbentuk serbuk kecil yang mudah berterbangan di udara. Karena ukurannya yang kecil dan sulit dilihat dengan mata telanjang, bedak ini bisa dengan mudah terhirup oleh bayi, terutama saat bayi menangis atau membuka mulutnya. Partikel bedak yang terhirup bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
-
Siapa yang mengingatkan bahaya bedak tabur? Dokter spesialis anak konsultan, dr. Attila Dewanti Poerboyo, Sp.A(K), yang merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkapkan bahwa penggunaan bedak tabur dapat menyebabkan bayi kesulitan bernapas.
-
Apa dampak bedak tabur terhadap pernapasan bayi? Menurut dr. Attila, penggunaan bedak tabur bisa memberikan dampak buruk yang berkepanjangan bagi kesehatan bayi. Dampak tersebut meliputi batuk yang terus-menerus, gangguan konsentrasi, hingga kesulitan dalam proses belajar di sekolah.
-
Apa saja risiko penggunaan bedak tabur jangka panjang? Dalam kondisi tertentu, paparan berlebihan terhadap talc dapat berkaitan dengan masalah kesehatan jangka panjang, termasuk gangguan pernapasan yang serius.
WHO Resmi Golongkan Bedak Talkum Mungkin Bersifat Karsinogen pada Manusia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) telah resmi menggolongkan bedak talkum sebagai "mungkin bersifat karsinogenik" bagi manusia.
Pengumuman ini didasarkan pada bukti terbatas bahwa talkum dapat menyebabkan kanker ovarium pada manusia, bukti yang cukup menunjukkan keterkaitannya dengan kanker pada tikus, dan bukti mekanistik kuat yang menunjukkan tanda-tanda karsinogenik pada sel manusia.
Talkum adalah mineral alami yang ditambang di berbagai bagian dunia dan sering digunakan untuk membuat bedak bayi serta kosmetik. Menurut IARC, sebagian besar orang terpapar talkum dalam bentuk bedak bayi atau produk kosmetik. Namun, paparan paling signifikan terjadi saat talkum ditambang, diproses, atau digunakan dalam pembuatan produk.
Beberapa studi menunjukkan peningkatan tingkat kanker ovarium pada wanita yang menggunakan talkum pada area genital mereka. Namun, IARC tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa talkum dalam beberapa studi tersebut terkontaminasi dengan asbes yang bersifat karsinogenik.
"Peran kausal untuk talkum tidak dapat sepenuhnya ditegakkan," menurut temuan yang dipublikasikan di The Lancet Oncology.
Kevin McConway, seorang ahli statistik di Open University di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, memperingatkan bahwa evaluasi IARC seharusnya tidak langsung diartikan sebagai bukti kuat bahwa penggunaan talkum menyebabkan peningkatan risiko kanker.
"Tidak ada bukti kuat bahwa penggunaan talkum menyebabkan risiko kanker yang meningkat," tambahnya.
Sebuah rangkuman studi yang dipublikasikan pada tahun 2020, yang mencakup 250.000 wanita di Amerika Serikat, tidak menemukan hubungan statistik antara penggunaan talkum pada area genital dan risiko kanker ovarium. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran, bukti yang ada belum cukup kuat untuk mengkonfirmasi hubungan langsung antara penggunaan talkum dan kanker.
Selain itu, pada hari yang sama, IARC juga menggolongkan akrilonitril, suatu senyawa kimia yang digunakan untuk membuat polimer, sebagai "karsinogenik bagi manusia," tingkat peringatan tertinggi mereka. IARC mengutip bukti yang cukup yang mengaitkan akrilonitril dengan kanker paru-paru.
Polimer yang dibuat dengan akrilonitril digunakan dalam berbagai produk konsumen, mulai dari serat pakaian hingga karpet dan plastik. Peringatan ini menyoroti pentingnya kesadaran dan perhatian terhadap bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta perlunya penelitian lebih lanjut untuk memastikan keselamatan produk yang beredar di pasaran.
Dengan penggolongan baru ini, WHO mengajak masyarakat dan industri untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan dan paparan terhadap talkum. Kesadaran akan potensi risiko kesehatan ini diharapkan dapat mendorong langkah-langkah pencegahan dan pengawasan yang lebih ketat dalam penggunaan talkum dan bahan kimia lainnya yang mungkin bersifat karsinogenik.