5 Pemain Inggris yang Pernah Dicemooh dan Jadi Bulan-bulanan Media, Termasuk David Beckham
Dalam empat tahun terakhir, Inggris telah melahirkan sejumlah pesepakbola.
Inggris, bersama dengan Prancis, Jerman, dan Italia, dikenal sebagai salah satu negara yang melahirkan talenta-talenta sepak bola yang luar biasa. Dalam empat tahun terakhir, Inggris telah melahirkan sejumlah pesepakbola berbakat seperti Harry Kane, Bukayo Saka, Cole Palmer, dan Kobbie Mainoo.
Meskipun mereka memiliki reputasi sebagai pemain bintang, banyak di antara mereka yang mengalami kritik dan bahkan kecaman dari para penggemar. Terkadang, para penggemar tampak melupakan bahwa pesepakbola adalah manusia biasa yang juga bisa melakukan kesalahan.
Kritik dan kecaman ini seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang pemain, sama halnya dengan pujian yang mereka terima saat menunjukkan performa terbaik. Dengan gaji yang tinggi dan status sebagai idola, para pemain sering kali dihadapkan pada ekspektasi yang sangat besar dari penggemar.
Mereka tidak mau menerima penurunan performa atau hasil buruk di lapangan. Hal ini juga pernah dialami oleh lima pemain Inggris, termasuk David Beckham, yang dikenal karena loyalitas dan dedikasinya kepada klub serta Timnas Inggris.
Di antara mereka, terdapat lima pemain top Inggris yang merasakan kemarahan dari penggemar dan media, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penampilan yang kurang memuaskan, biaya transfer yang tinggi, dan kepribadian yang dipertanyakan.
Jordan Henderson
Mohamed Salah, Alisson Becker, Virgil van Dijk, dan Sadio Mane adalah beberapa nama yang sering dianggap sebagai pahlawan Liverpool di bawah asuhan Jurgen Klopp. Pelatih asal Jerman ini berhasil mengakhiri penantian panjang selama 30 tahun bagi The Reds untuk meraih gelar liga pada tahun 2020, dengan membawa klub Merseyside tersebut meraih kesuksesan di Liga Primer.
Jordan Henderson, sebagai kapten, mengangkat trofi dengan cara yang sama seperti ia telah membentuk tim selama bertahun-tahun. Meskipun penampilan pemain internasional Inggris ini tidak terlalu mencolok, ia merupakan inti dari filosofi permainan intens Klopp, yang bekerja keras sementara rekan-rekannya sering kali mendapatkan pujian.
Saat ini, pemain yang sebelumnya membela Ajax ini menjadi sosok yang kontroversial, terutama setelah kepindahannya yang menuai banyak perhatian ke Liga Pro Saudi setelah meninggalkan Anfield. Meskipun kemampuannya sering dipertanyakan, ia tetap menjadi sosok penting di tim Klopp yang meraih gelar serta tim Three Lions yang bangkit di bawah Gareth Southgate pada akhir 2010-an hingga awal 2020-an.
Harry Maguire
Salah satu sosok yang sering menjadi kambing hitam dalam dunia sepak bola Inggris adalah Harry Maguire. Ia membayar harga yang sangat tinggi untuk bergabung dengan Manchester United, dengan biaya rekor dunia sebesar 73,3 juta untuk seorang bek pada tahun 2019.
Selama di Leicester City, nilai jualnya meningkat pesat, bahkan sempat ada pembicaraan mengenai ketertarikan Pep Guardiola dari Manchester City untuk membawanya ke Etihad. Namun, kariernya di Old Trafford tidak berjalan mulus, dan ia sering menjadi sasaran cemoohan dari publik. Pelecehan yang diterimanya sudah berada di luar batas wajar, hingga ibunya pun merasa perlu untuk menyerukan diakhirinya 'komentar kasar' yang ditujukan kepada putranya yang merupakan seorang pemain Inggris yang berbakat.
Bukan hanya penggemar yang memberikan kritik tajam. Roy Keane, mantan kapten United, baru-baru ini mengakui bahwa ia telah bersikap terlalu keras dalam beberapa komentarnya sebagai analis. Keane bahkan telah meminta maaf kepada Maguire atas kata-kata yang mungkin menyakitkan.
Di tengah semua kesulitan itu, Maguire harus rela melepas ban kapten yang diembannya, setelah mengalami masa sulit dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, ia sempat mendapatkan pengakuan dengan masuk dalam Tim Terbaik Turnamen Piala Dunia 2022. Kini, Maguire berbicara dengan penuh kebanggaan mengenai bagaimana ia mampu bangkit dari masa-masa sulit tersebut dan memperlihatkan ketahanan mentalnya sebagai seorang atlet profesional.
David Beckham
Waktu yang menghentikan napas setiap penggemar sepak bola Inggris terjadi ketika David Beckham diusir dari lapangan saat menghadapi Argentina di Piala Dunia 1998. Harapan seluruh bangsa terletak pada pemain nomor 7 dari Three Lions tersebut, namun insiden emosional ketika ia menendang Diego Simeone membuat publik Inggris berbalik membencinya.
Beckham, yang sebelumnya menjadi pahlawan, mendadak menjadi musuh utama di Inggris, mencerminkan betapa rapuhnya dukungan dalam dunia sepak bola. Kadang, tingkat kebencian yang ditujukan kepada pemain sayap berusia 23 tahun itu terasa sangat berlebihan. Sebuah pub bahkan menggantungkan patungnya, sementara manajernya, Glenn Hoddle, menyalahkannya karena dianggap telah 'merugikan' tim nasional, membuat Beckham mengalami 'depresi klinis'.
Untungnya, Beckham berhasil bangkit dari masa-masa kelam tersebut dan sepak bola Inggris pun beruntung memiliki sosoknya kembali. Ia kini dikenal sebagai pesepakbola paling terkenal dalam sejarah Inggris, namanya selalu disebut oleh penggemar di seluruh dunia. Beckham menjadi megabintang yang setara dengan selebritas Hollywood saat bermain di klub-klub besar seperti Madrid, LA Galaxy, AC Milan, dan PSG.
Namun, ketenaran yang diraihnya tidak datang tanpa harga yang mahal, dan status selebritas pemilik bersama Inter Miami seringkali membuat penggemar lupa akan kehebatannya di lapangan. Kemampuan Beckham dalam melakukan umpan silang adalah yang terbaik, dan sebagai eksekutor bola mati, ia menjadi sosok pemimpin yang mampu menginspirasi rekan-rekannya di tim.
Emile Heskey
Evolusi media sosial telah menjadi faktor penting dalam menyampaikan suara para penggemar sepak bola, meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Banyak akun 'meme' di X/Twitter yang dengan cepat merespons momen-momen buruk pemain dengan gambar atau klip viral.
Saat ini, beberapa pemain yang menjadi sasaran kritik di Liga Primer adalah Maguire, Mykhailo Mudryk, dan Darwin Nunez. Emile Heskey juga sering menjadi objek 'olok-olok' bagi penggemar sepak bola Inggris selama kariernya. Ia kerap 'dijadikan meme', bahkan disebut 'Chuck Norris-nya sepak bola' dalam sebuah lagu oleh YouTuber KSI.
Lelucon semacam itu terkadang terasa ringan, tetapi bisa dianggap tidak adil mengingat kontribusi Heskey yang signifikan terhadap timnya. Ia membentuk kemitraan yang kuat dengan pemenang Ballon d'Or, Michael Owen, saat bermain untuk Liverpool dan Inggris. Sebagai mantan penyerang Leicester City, Heskey dikenal sebagai seorang target man yang tangguh, mampu membantu pemain lain berkontribusi. Meskipun tidak menjadi penyerang tengah yang paling produktif, gaya bermainnya yang tidak egois sering kali diabaikan.
Rekan-rekannya selalu memuji kepribadian baik Heskey, yang menjadi sosok penting dalam tim Three Lions selama masa kariernya. Namun, hal ini sering kali disambut dengan sindiran dari penggemar yang skeptis terhadap pilihannya.
Heskey pernah mengungkapkan tentang kritik yang diterimanya: "Saya tidak akan membiarkan hal itu (menimpanya) karena saya tahu nilai saya dan saya tahu apa yang saya bawa. Selain itu, saya benar-benar menjauhkan diri darinya. Sekarang sulit karena Anda memiliki media sosial dan itu selalu ada di saku Anda dan selalu ada."
Raheem Sterling
Raheem Sterling seharusnya mendapatkan pengakuan yang layak dari negaranya, mengingat catatan 20 gol dan 27 assist dalam 82 pertandingan bersama tim nasional Inggris, termasuk tiga gol di Euro 2020. Pemain sayap yang cepat ini tidak hanya menunjukkan performa yang luar biasa di level internasional, tetapi juga mencatatkan prestasi gemilang saat bermain untuk Liverpool dan menjadi salah satu pemain kunci di era Guardiola di Manchester City.
Namun, meskipun telah menghabiskan 12 tahun kariernya yang penuh trofi, Sterling sering kali menjadi sasaran kritik dalam sepak bola Inggris. Ia dicemooh karena beberapa penampilan buruk, sementara kontribusinya yang besar sering kali diabaikan. Di usia 29 tahun, ia telah meraih semua trofi domestik dan memiliki peran penting dalam kesuksesan tim, dengan mencetak 131 gol dalam 339 pertandingan di Etihad Stadium.
Sayangnya, kritik terhadap Sterling terkadang berlebihan, bahkan ia harus menghadapi pelecehan rasial yang sangat tidak pantas dari beberapa penggemar dan penilaian negatif dari media.
Meskipun demikian, ia tetap berjuang melawan upaya media yang berusaha merusak reputasinya dan reputasi pemain lainnya. Ada alasan mengapa klub-klub besar seperti Arsenal, Chelsea, Manchester City, dan Liverpool merekrut Sterling sepanjang kariernya. Ketika ia berada dalam performa terbaik, ia adalah salah satu penyerang paling berbakat di Eropa dan pantas mendapatkan pujian yang setimpal.