Perjalanan Shin Tae-yong Selama Jadi Pelatih Timnas Indonesia hingga Akhirnya Dipecat
Di antara berbagai pelatih asing yang pernah melatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mungkin menjadi yang paling menarik perhatian.
Di antara berbagai pelatih asing yang pernah melatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mungkin adalah yang paling mencolok. Hal ini terlihat dari prestasi yang diraihnya serta kepribadiannya yang menarik perhatian. Pelatih asal Korea Selatan ini sering menjadi perbincangan hangat di media sosial. STY pun akhirnya dipecat dari kursi pelatih Timnas indonesia.
Shin Tae-yong menjadi sosok yang mendapat pujian sekaligus kritik dari para penggemar sepak bola Indonesia, terutama warganet yang aktif berkomentar di platform-platform sosial. Jumlah penggemar dan pengkritiknya tampak seimbang, bahkan banyak yang berpendapat bahwa masyarakat terpecah dalam pandangan mereka terhadap pria berusia 54 tahun ini.
Pada akhir tahun 2024 dan awal 2025, situasi ini mencapai puncaknya. Kegagalan Shin Tae-yong dalam memimpin Timnas Indonesia U-22 di Piala AFF 2024 menjadi alasan kuat bagi banyak orang untuk mendesak agar mantan pemain Timnas Korea Selatan ini mundur dari jabatannya.
Sebagai catatan, Shin Tae-yong mulai berkarier di Indonesia pada masa kepemimpinan PSSI di bawah Ketua Umum Iwan Bule. Ratu Tisha adalah sosok yang merekomendasikan pelatih asal Korea Selatan ini untuk menangani Timnas Indonesia.
Dengan latar belakang yang kuat dan pengalaman di dunia sepak bola, Shin Tae-yong diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi tim nasional. Namun, perjalanan kariernya di Indonesia tidak selalu mulus, karena banyaknya harapan yang dibebankan kepadanya.
Pada 28 Desember 2019, Shin Tae-yong secara resmi diangkat sebagai pelatih baru menggantikan Simon McMenemy dengan durasi kontrak selama empat tahun. Tugas pertamanya adalah mempersiapkan Timnas Indonesia U-20 yang seharusnya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Namun, acara tersebut dibatalkan karena salah satu peserta adalah Timnas Israel. Pembatalan ini lebih didasari oleh faktor politik, mengingat Pemerintah Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Zionis tersebut. Untuk menghindari malu di hadapan FIFA dan dunia internasional, Presiden Jokowi mengutus Erick Thohir untuk melobi Presiden FIFA, Gianni Infantino, agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17.
Karena Piala Dunia U-17 tidak termasuk dalam klausul kontrak PSSI dengan Shin Tae-yong, maka Bima Sakti ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia U-17. Meskipun demikian, kontrak dan status Shin Tae-yong tetap sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Tugas pertama mantan pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu tidak berjalan mulus, di mana Timnas Indonesia gagal pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022. Namun, setelah awal yang kurang baik tersebut, dia masih diberikan kepercayaan untuk membawa Timnas Indonesia mencapai final Piala AFF 2020. Ketika kepemimpinan PSSI beralih kepada Erick Thohir, pelatih yang pertama kali menangani timnas di luar negaranya ini tetap dipercaya untuk memegang kendali utama Timnas Indonesia.
Dituduh memiliki sifat serakah
PSSI memberikan mandat kepada Shin Tae-yong untuk melatih Timnas Indonesia U-23 yang akan berkompetisi di Kualifikasi Piala Asia U-23. Sejak saat itu, publik mulai melontarkan kritik kepada Shin Tae-yong, menilai dia sebagai pelatih yang terlalu ambisius.
Meskipun ia belum berhasil membawa Timnas Indonesia Senior meraih prestasi, dia tetap bersedia mengasuh Timnas U-23. Namun, Shin Tae-yong berhasil menjawab semua kritik tersebut dengan membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023. Keberhasilan ini menandai akhir dari penantian selama 16 tahun bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi empat tahunan tersebut. Bahkan, pencapaian Timnas Indonesia yang mencapai babak 16 besar merupakan yang pertama kali bagi negara ini.
Selanjutnya, Shin Tae-yong juga sukses membawa Timnas U-23 lolos ke Piala Asia U-23 AFC 2024 dan mencapai semifinal dengan menduduki peringkat keempat. Sayangnya, upaya Shin Tae-yong untuk mengantarkan Timnas Indonesia U-23 ke Olimpiade Paris 2024 tidak berhasil.
Namun, berkat serangkaian prestasi tersebut, kontraknya pun diperpanjang hingga tahun 2027. Pada bulan Juni 2024, ia menciptakan sejarah baru dengan membawa Indonesia lolos ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 (AFC) dan secara otomatis berhak untuk berpartisipasi di Piala Asia AFC 2027 tanpa harus melalui kualifikasi. Saat ini, Timnas Indonesia tengah berjuang untuk meraih tiket ke Piala Dunia 2026 yang akan berlangsung di AS, Kanada, dan Meksiko tahun depan.
Pengalaman yang dimiliki
Prestasi yang diraih Shin Tae-yong dalam sepakbola Indonesia bukanlah hasil dari kebetulan atau keberuntungan semata. Semua pencapaian tersebut berlandaskan pengalaman dan prestasi yang telah diraihnya bersama Timnas Korea Selatan. Antara tahun 2014 hingga 2018, Shin Tae-yong menjabat sebagai pelatih untuk berbagai level Timnas Korsel, mulai dari U-20, U-23, hingga tim senior. Dengan latar belakang yang kaya tersebut, tidak mengherankan jika ia berani menangani hampir semua level Timnas Indonesia.
Pada Agustus 2014, Shin Tae-yong, yang saat itu menjabat sebagai asisten pelatih Uli Stielike, berhasil mengantarkan Timnas Korsel ke final Piala Asia 2015, yang merupakan pencapaian pertama dalam 27 tahun. Di saat yang sama, ia juga melatih Timnas Korsel U-23 yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Panas 2016. Korsel berhasil menjadi juara grup dengan tujuh poin setelah bersaing melawan Jerman, Meksiko, dan Fiji, meskipun langkah mereka harus terhenti oleh Honduras di babak perempatfinal.
Selanjutnya, pada 22 November 2016, Shin diangkat sebagai pelatih Timnas Korsel U-20 untuk mempersiapkan Piala Dunia U-20 FIFA 2017 yang diselenggarakan di Korea Selatan. Dengan keputusan ini, ia harus meninggalkan tim senior untuk fokus pada tim U-20. Puncak karirnya terjadi ketika ia ditunjuk oleh KFA untuk menggantikan Uli Stielike yang gagal dalam Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018. Di bawah kepemimpinannya, Timnas Korsel berhasil meraih tiket ke putaran final Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia, dan mencatatkan rekor mengesankan dengan mengalahkan juara bertahan Jerman 2-0.
Namun, pada dua pertandingan berikutnya, Korsel mengalami kekalahan, yaitu 0-1 dari Swedia dan 1-2 dari Meksiko. Ketika Shin Tae-yong dan Timnas Korsel tiba di bandara setelah turnamen, mereka disambut dengan lemparan tomat busuk oleh para penggemar yang kecewa. Hal ini menunjukkan betapa tingginya ekspektasi yang ada terhadap tim, meskipun mereka telah menciptakan momen bersejarah dalam sepakbola Korea Selatan.