Sepak bola telah bertransformasi menjadi sebuah industri, di mana kepentingan finansial lebih diutamakan dibandingkan pendapat para pemain.
Kevin De Bruyne secara terbuka melempar keluhannya terkait kalender sepak bola yang semakin padat.

Kevin De Bruyne dengan tegas mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap semakin padatnya jadwal kompetisi sepak bola. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa suara dan protes para pemain tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya. Gelandang Timnas Belgia ini merasa bahwa jadwal yang semakin ketat membuat para pemain hampir tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Saat ini, para pemain terus-menerus dibebani dengan jadwal yang semakin sibuk. De Bruyne menyoroti tantangan yang akan dihadapi oleh para pemain setelah Piala Dunia Antarklub 2025, yang telah diperluas menjadi 32 tim dan dijadwalkan berlangsung pada Juni 2025 di Amerika Serikat. Ia khawatir bahwa waktu persiapan yang terbatas antara akhir turnamen tersebut dan awal musim Premier League berikutnya akan menyebabkan kelelahan di kalangan pemain.
Masalah Muncul Pasca Piala Dunia Antarklub
Saat ini, situasinya belum terjadi. Namun, Kevin De Bruyne mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pada tahun 2025, para pemain akan menghadapi terlalu banyak pertandingan dengan waktu istirahat yang semakin terbatas. "Masalah yang sebenarnya akan muncul setelah Piala Dunia Antarklub. Kami menyadari bahwa hanya ada jeda tiga minggu antara final Piala Dunia Antarklub dan pertandingan pertama Premier League di musim berikutnya," ujar De Bruyne. "Dengan demikian, kami hanya memiliki waktu tiga minggu untuk beristirahat dan mempersiapkan diri menghadapi 80 pertandingan di musim selanjutnya."
Suara Atlet versus Suara Finansial.
Tahun ini memang belum ada kasus seperti itu. Namun, ada fakta bahwa mulai tahun ini, jumlah pertandingan akan meningkat. Hal yang sama juga berlaku di Liga Champions, di mana jumlah tim bertambah dan jadwal pertandingan menjadi lebih padat. "Mungkin tahun ini semuanya akan berjalan lancar, tetapi tahun depan bisa menjadi tantangan. Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional di Inggris dan asosiasi pemain lainnya telah berusaha menemukan solusi," tambah De Bruyne. "Masalahnya adalah UEFA dan FIFA terus menambah jumlah pertandingan. Kami bisa saja mengeluh, tetapi tetap saja tidak ada solusi yang muncul. Tampaknya, kepentingan finansial lebih didengar dibandingkan suara pemain," tutupnya.