Ulasan Pasca Pertandingan Timnas Indonesia Melawan China: Alarm Keras Bagi Shin Tae-yong
Kekalahan pertama Timnas Indonesia usai dinodai Timnas China 1-2 pada matchday keempat R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kekalahan perdana Timnas Indonesia yang dialami saat melawan Timnas China dengan skor 1-2 pada matchday keempat R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Qingdao Youth Football Stadium seharusnya menjadi peringatan serius bagi Shin Tae-yong. Dalam pertandingan selanjutnya, pelatih asal Korea Selatan itu tidak boleh melakukan eksperimen yang dapat berujung pada penyesalan bagi Timnas Garuda dan para pendukungnya.
Dari segi penguasaan bola, skuad yang dipimpin oleh Jay Idzes jauh lebih unggul dibandingkan The Dragons. Bahkan, penampilan Timnas Indonesia kali ini lebih menarik dibandingkan dengan tiga laga sebelumnya. Namun, sayangnya, dominasi penguasaan bola tersebut tidak efektif karena alur serangan lebih banyak terfokus di sisi kiri dan kanan wilayah China.
Jarang sekali terlihat serangan langsung yang mengancam pertahanan tuan rumah. Di sisi lain, China bermain dengan sangat pragmatis dan cerdik, jarang melakukan pelanggaran. Jika terjadi pelanggaran, tendangan bebas yang dihasilkan biasanya berada pada jarak yang cukup jauh dan tidak mengancam gawang.
Mencadangkan Rizky Ridho
Kesalahan besar yang dilakukan Shin Tae-yong terletak pada pemilihan tiga bek sentral, yaitu Mees Hilgers, Jay Idzes, dan Calvin Verdonk. Sementara itu, Rizki Ridho seharusnya dipertimbangkan karena memiliki chemistry yang kuat dengan Jay Idzes. Kerjasama antara ketiga bek tersebut di babak awal terlihat tidak harmonis.
Dengan banyaknya aliran bola dari kedua sisi, keberuntungan berpihak pada Calvin Verdonk yang mampu berkolaborasi dengan Shayne Pattynama dalam mengisi area kosong. Namun, di sisi kanan, tidak ada keseimbangan antara Mees Hilgers dan Asnawi Mangkualam. Asnawi yang sering maju ke depan seringkali terlambat kembali ke posisinya saat China melakukan serangan balik. Hal ini menjadi celah bagi China untuk menembus pertahanan Indonesia.
Kesalahan Starting XI
STY nampaknya memaksa Shayne Pattynama untuk bermain, namun seharusnya Witan Sulaeman yang dicadangkan terlebih dahulu. Meskipun Witan memiliki kemampuan mengolah bola yang dapat menyebabkan banyak pelanggaran, pemain China tetap melakukan penjagaan ketat. Jika Witan tidak menjadi starter, maka trio bek tengah yang terdiri dari Hilgers, Jay Idzes, dan Rizki Ridho akan semakin solid.
Dengan demikian, Calvin Verdonk dapat lebih fokus berfungsi sebagai bek di sisi kiri untuk bekerja sama dengan Shayne Pattynama. Di sisi kanan, Asnawi bisa berkolaborasi dengan Ragnar Oratmangoen atau Rafael Struick. Penunjukan duet gelandang Ivar Jenner dan Nathan Tjoe A-On juga mengakibatkan lini tengah kekurangan kreativitas. Keduanya yang masih muda tampak terhambat oleh ego masing-masing, sehingga tidak ada sosok pemimpin yang dapat mengatur ritme dan alur permainan dari lini vital ini.
Thom Haye jadi Kunci
Situasi berubah ketika STY memasukkan Thom Haye, seorang pemain senior yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat. Kemampuan penguasaan bola Haye jauh lebih baik dibandingkan Ivar Jenner dan Nathan Tjoe A-On. Salah satu kelemahan yang terlihat jelas adalah kurangnya spesialis dalam tendangan bebas di Timnas Indonesia, sehingga strategi menyerang melalui set piece menjadi kurang efektif. Meskipun Thom Haye berusaha untuk berinovasi, tekanan yang diberikan oleh pemain China tanpa melakukan pelanggaran membuat lini depan Indonesia tampak tidak berdaya.
Di sisi lain, tim China mampu memanfaatkan situasi bola mati dengan baik, yang berujung pada gol yang mengoyak gawang Maarten Paes. Ketika lini depan Indonesia kesulitan menembus pertahanan solid China, tim tidak memiliki pemain dengan tembakan jarak jauh yang mematikan dari lini kedua. Walaupun Thom Haye berhasil mencetak gol dari jarak jauh, waktu permainan semakin menipis, membuat para pemain Timnas Indonesia semakin panik dan terburu-buru dalam usaha mengejar ketertinggalan.