Profil
Sjahrir
Dr. Sjahrir yang lahir di Kudus, 24 Februari 1945 adalah seorang ekonom hebat yang berasal dari Indonesia. Dia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Ma’amoen Al Rasyid dan Roesma Malik. Ayahnya bekerja sebagai pejabat pemerintah pada masa kolonial Belanda, sementara ibunya adalah pegawai Inspektorat Pendidikan Wanita di Departemen Pendidikan.
Sjahrir menerima pendidikan dasarnya di Dalton Elementary School, Amsterdam. Dia kemudian melanjutkan studinya di Canisius College, Jakarta. Di sekolah itulah Sjahrir mulai tertarik dengan ilmu ekonomi. Setelah lulus dari Canisius College, Sjahrir mulai belajar ilmu ekonomi di Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, Sjahrir aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan salah satunya adalah dengan menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA).
Aktivitas Sjahrir di IMADA membuatnya terpilih sebagai Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) Jakarta. Selain di IMADA, Sjahrir juga aktif di kegiatan kemahasiswaan tingkat kampus hingga akhirnya dia terpilih untuk Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Di tahun 1974, para mahasiswa memprotes kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan peran investasi asing di Indonesia. Demonstrasi bergejolak menjadi kerusuhan yang kemudian peristiwa ini dikenal sebagai Malari (Malapetaka 15 Januari). Sjahrir yang pada saat itu telah lulus dari Universitas Indonesia dan hendak melanjutkan pendidikan S2 di Kennedy School of Government, Universitas Harvard, USA ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman penjara 6,5 tahun atas tuduhan subversi dalam keterlibatannya pada peristiwa tersebut.
Meski dijatuhi 6,5 tahun kurungan penjara, Sjahrir hanya menghabiskan waktu di penjara selama hampir 4 tahun sebagai tahanan politik. Sekeluarnya dari penjara, Ford Foundation , lembaga yang memberikan Sjahrir beasiswa masih memberikan kesempatan kepada Sjahrir untuk mengenyam pendidikan S2-nya. Tahun 1983, Sjahrir menyelesaikan studinya di Universitas Harvard dengan gelar doktor di bidang Ekonomi Politik & Pemerintahan.
Setelah meraih gelar doktor, Sjahrir pulang ke Indonesia dan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sjahrir mendirikan lembaga pertamanya di tahun 1987. Lembaga ini diberi nama Yayasan Padi & Kapas, yang kegiatan utamanya adalah penelitian, pendidikan, dan kesehatan masyarakat. Pada bulan September 1989, Sjahrir bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah lembaga yang bernama Insititute for Economic and Financial Research (Ecfin).
Ketika krisis moneter yang mengguncang Indonesia pada tahun 1997 yang berkelanjutan menjadi krisis ekonomi dan politik, Sjahrir terdorong untuk menawarkan solusi untuk negeri ini. Pada masa Reformasi di tahun 2001, Sjahrir mendirikan Perhimpunan Indonesia Baru. Aktivitas utama perhimpunan itu adalah menyelenggarakan pengawasan terhadap keputusan-keputusan pemerintah atas kebijakan-kebijakan tertentu, dan mengumumkan hasil pengawasan itu ke masyarakat.
Tidak puas dengan proses Reformasi setelah jatuhnya Soeharto, Syahrir dan rekan-rekannya kemudian membentuk Partai Perhimpunan Indonesia Baru. Partai ini mencoba menawarkan solusi alternatif pada era Reformasi melalui partisipasi di pemilihan umum 2004. Sjahrir sendiri berkesempatan mencalonkan diri di pemilihan presiden tahun itu, namun tidak memperoleh jumlah suara yang cukup untuk maju ke tahap berikutnya.
Meski demikian, mengetahui bahwa keahlian ekonomi Sjahrir dapat bermanfaat bagi pemerintah yang baru, Presiden Republik Indonesia pertama yang dipilih langsung oleh rakyat, Susilo Bambang Yudhoyono, menunjuk Sjahrir sebagai Penasihat Ekonomi Presiden.
Tugas Sjahrir sebagai Penasihat Ekonomi Presiden termasuk menjadi duta khusus Presiden RI ke negara-negara lain, menjalankan misi kepresidenan. Tugas ini terus dilakukan Sjahrir hingga akhirnya pada tahun 2008 dia jatuh sakit. Sjahrir divonis mengidap kanker paru-paru sejak 22 Juni 2008.
Padahal sebelumnya, Sjahrir tidak pernah mengeluh ataupun batuk-batuk. Sjahrir kemudian dirawat di rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura. Tanggal 28 Juli 2008, Sjahrir menghembuskan nafas terakhirnya. Dia mengalami gagal organ karena kanker paru-paru yang dideritanya. Jenazah Sjahrir dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta pada tanggal 29 Juli 2008.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh