Kilas Balik Radio Rimba Raya, Berjasa Besar Siarkan Pesan-Pesan Perjuangan dari Dataran Tinggi Gayo
Sebuah stasiun radio yang berada di Kabupaten Bener Meriah ini sangat berjasa besar dalam menyiarkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebuah stasiun radio yang berada di Kabupaten Bener Meriah ini sangat berjasa besar dalam menyiarkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kilas Balik Radio Rimba Raya, Berjasa Besar Siarkan Pesan-Pesan Perjuangan dari Dataran Tinggi Gayo
Radio Rimba Raya atau disingkat dengan RRR, merupakan sebuah stasiun radio darurat yang berdiri di dataran tinggi Gayo, tepatnya di Kampung Rimba Raya, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener meriah.
RRR ini berada di bawah kendali Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi X/Aceh yang dipimpin oleh Kolonel Husein Yusuf. Siaran RRR sudah mengudara ke seluruh dunia sejak 23 Agustus hingga 2 November 1949.
(Foto: djkn.kemenkeu.go.id)
-
Mengapa radio begitu penting di masa proklamasi? Radio sangat penting bagi berlangsungnya penyiaran berita, tak terkecuali berkumandangnya naskah proklamasi Republik Indonesia yang disebarkan dari gelombang frekuensi.
-
Bagaimana peran media massa di Tegal-Brebes saat perjuangan kemerdekaan? Pada masa perjuangan kemerdekaan, banyak media pers di kawasan ini yang berperan dalam membakar semangat kemerdekaan.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Kenapa sinyal radio ini sangat penting? Selain itu, temuan ini juga menjadi parameter untuk mengukur massa pada unsur alam semesta yang sebelumnya tidak ditemukan di antara galaksi.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada RRI Padang di era Orde Baru? Di masa Orde Baru, banyak terjadi dinamika di tubuh RRI Padang. Banyak pergantian pemimpin dan sempat mendapatkan bantuan dari Pemprov Sumbar berupa mobil dinas untuk menunjang siaran pedesaan pada tahun 1980-an.Tak sampai situ, peralatan penyiaran juga terus berbenah. Salah satunya merehabilitasi dua buah studio dan menambah dua set peralatan studio atau pemancar dan AC.
Melalui siaran RRR ini tercetuslah pertemuan Konferensi Meja Budar atau KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda serta Indonesia Berdaulat. Melalui RRR juga menyebarkan semangat perjuangan bagi para pribumi untuk melawan para penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Radio ini mulai disiarkan ketika Agresi Militer Belanda I pecah hingga berakhirnya Konferensi Meja Bundar serta tentara Belanda ditarik lagi dari Indonesia.
Sejarah Singkat RRR
Mengutip beberapa sumber, dulu perangkat radio RRR ini diselundupkan oleh seorang raja penyelundup Asia. Kemudian, perangkat tersebut dibeli di Malaysia dan dibawa ke kota Bireuen.
Diam-diam, perangkat radio tersebut dibawa dengan dua speedboat. Satunya membawa perangkat radio, satunya lagi membawa bahan makanan atau kelontong yang digunakan sebagai umpan bagi tentara Belanda.
Rencana tersebut berhasil dan perangkat radio itu tiba di Aceh. Pemancarnya sempat dipindah ke Kotaraja dan sempat dirangkai komponennya pada akhir tahun 1948.
Singkat cerita, pemancar radio itu kemudian dibangun di pucuk gunung dan tersembunyi agar tidak bisa terdeteksi musuh. Sebuah rumah juga dibangun untuk tempat peralatan kelengkapan radio. Kolonel Husein Yoesoef kemudian mendirikan rumah di areal pertanian tentara pembangunan di Rime Raya.
Sampaikan Beragam Informasi
Mengutip nu.or.id, RRR bukan hanya keperluan untuk menyiarkan semangat perjuangan kemerdekaan saja, melainkan juga digunakan untuk kepentingan umum, menyiarkan pengumuman, serta instruksi bagi angkatan bersenjata.
Siaran RRR dulunya berada di tengah-tengah hutan belantara di wilayah Aceh Tengah. Para awak radio di tempat ini menggunakan lima bahasa, terdiri dari bahasa Inggris, Belanda, China, Urdu, dan Arab.
Ketika Agresi Militer Belanda II, hampir seluruh pemancar milik RRI yang berada di jumlah wilayah telah hancur dibombardir oleh Belanda. Mereka pun menyiarkan jika negara Indonesia tidak ada lagi, serta mengumumkan jika Belanda kembali menguasai Tanah Air.
Sistem komunikasi yang terputus ini pun sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Belanda. Akan tetapi, dengan menggunakan pemancar radio dari Singapura, lahirlah Radio Rimba Raya.
Peran Besar RRR
Radio Rimba Raya memiliki jasa besar terhadap kelangsungan kedaulatan Republik Indonesia ketika Belanda kembali datang untuk menguasainya. Meski beberapa saluran radio mati dan dikuasai Belanda, RRR datang dari frekuensi samar-samar yang menyatakan jika Bangsa Indonesia masih ada.
Meski frekuensi dari RRR lemah, beberapa stasiun radio yang berada di Semenanjung Melayu, Singapura, Saigon, Manila, Australia, dan bahkan Eropa bisa ditangkap dengan jelas.
Dari situlah, banyak negara yang kemudian mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Dengan siaran berita radio inilah menjadi pukulan hebat bagi pemerintah Belanda saat itu.
Dibangun Monumen
Untuk mengenang sejarah Radio Rimba Raya, kemudian dibangun sebuah monumen yang diresmikan oleh Menteri Koperasi atau Kepala Badan Urusan Logistik, Bustanil Arifin pada 1987.
Monumen itu berdiri kokoh di Kampung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Selain sebagai monumen peringatan, tempat ini juga menjadi salah satu objek wisata.
(Foto: Wikipedia)