Punya Desa Adat Megalitikum Unik, Intip Sejarah Pulau Nias yang Jarang Diketahui
Merdeka.com - Pulau Nias mempunyai catatan sejarah dan warisan sejarah yang hingga saat ini masih bisa kita temui. Bagi sebagian orang mungkin belum mengetahui sejarah Pulau Nias, mulai dari keadaan sosial hingga budayanya.
Selain peninggalan sejarah yang beragam, Pulau Nias juga memiliki banyak budaya asli leluhur yang sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat asli Nias.
Pulau Nias terkenal dengan keindahan alam yang luar biasa, tentunya bisa menjadi opsi destinasi wisata. Selain itu, terdapat desa-desa adat yang masyarakatnya masih menjalankan tradisi dan adat leluhur.
-
Dimana lokasi Pulau Nias? Pulau Nias, yang terletak di barat daya Sumatera Utara, adalah surga bagi para peselancar.
-
Dimana letak geografis Pulau Nias? Letak Geografis Pulau Nias terletak sangat dekat dengan garis khatulistiwa sehingga menyebabkan curah hujan di sana sangatlah tinggi setiap tahunnya.
-
Dimana sejarah bisa ditemukan? Masalahnya, banyak orang sering merasa sejarah adalah hal yang jauh dan tidak relevan. Padahal, sejarah tidak hanya hidup di buku atau museum.
-
Di mana situs batu panjang Ciamis berada? Terletak persis di Dusun Cimara, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, situs batu panjang merupakan peninggalan masa megalitikum yang masih tersisa.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Nias? Selain kaya akan keindahan alam dan lautnya, Pulau Nias juga memiliki makanan tradisional yang cukup terkenal, yaitu Lehedalo Nifange.
-
Apa keunikan musik tradisional Nias? Tak hanya tarian, musik dan alat-alat musik tradisional Nias juga beragam dan unik.
Simak sejarah Pulau Nias yang jarang diketahui melansir dari beberapa sumber.
Asal Usul Keturunan
Terdapat beberapa versi cerita yang berbeda terkait leluhur di Pulau Nias, tetapi ada dua pendapat mengenai asal usul Pulau Nias, yaitu berasal dari Mongoliden dan dari suku Naga dan Khassi di Assam Burma. Keduanya ini dipengaruhi dari anatomi sebagian suku Ononiha dan bangunan megalitiknya yang diperkirakan tiba di Pulau Nias pada 3000 atau 2000 tahun lalu.
Namun, beberapa ahli sejarah meyakini bahwa nenek moyang Ononiha berasal dari Persia. Fakta sejarah ini disanggah oleh ahli sejarah dan budaya dari Nias yang menyatakan bahwa leluhur pertama Ononiha (Suku Nias) berasal dari negeri yang bernama Teteholi'ana'a atau dari semenanjung Indocina-Vietnam sekarang pada tahun 2000-1000 sebelum masehi.
Mereka terdiri dari 5 orang yang disebut Si Lima Borodanomo (Lima Induk Puak) yang datang secara bertahap dalam waktu relatif singkat. Mereka berasal dari satu keluarga yaitu keluarga Raja Balungu Sirao, Raja Negeri Teteholi'ana'a yang mempunyai empat orang cucu yang kemudian menetap di kecematan Gomo. Dari situlah, penyebaran penduduk di Pulau Nias dan mendiami beberapa daerah pedalaman.
Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda, Pulau Nias sempat diduduki pada tanggal 1 Januari 1800 atas dasar bangkrutnya VOC pada tahun 1799. Belanda tidak berhasil menjajah seluruh wilayah Nias dan tidak terstruktur karena kekalahan Belanda dari inggris pada tahun 1821.
Setelah 4 tahun, Inggris menyerahkan kekuasaan Indonesia termasuk Pulau Nias kembali ke Belanda. Namun, karena kurangnya pasukan Belanda, akhirnya Pulau Nias tidak tersentuh dan dibiarkan saja. Pada 1864, Pulau Nias merupakan bagian wilayah Residentil yang termasuk dalam lingkungan Goovernement Westkus van Sumatras.
Pada zaman penjajahan Jepang, Pulau Nias tidak mengalami perubahan, sama seperti masa penjajahan Belanda dan hanya terdapat perubahan nama saja. Adapun peraturan pemerintahan yang diatur bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum, dan undang-undang dari pemerintah Hinda Belanda untuk sementara bersifat sah asal tidak bertentangan dengan aturan Pemerintahan Jepang.
Terdapat Desa Adat
Pulau Nias juga mempunyai desa adat cukup terkenal bernama Desa Bawomataluo di Kecamatan Fanayama, Telukdama, Kabupaten Nias Selatan.
Disini masih terdapat sebuah bangunan bernama rumah raja yang memiliki arsitektur unik dan pastinya masih tradisional. Rumah ini juga kental dengan ukiran-ukiran khas di setiap sudut bangunannya. Terdapat sebuah lambang bernama Holo-Holo yaitu tanda kebesaran rumah raja.
Melansir dari merdeka.com, Desa Bawomataluo sudah ada sejak abad ke-18. Letak desa ini berada di kaki bukit pada ketinggian 270 meter di atas permukaan laut yang tentunya aman dari gelombang tsunami.
Dalam kompleks Desa Bawomataluo ini terdapat salah satu peninggalan sejarah Pulau Nias di masa lampau yaitu Peninggalan Megalitik. Batuan itu berada di pintu gerbang rumah raja yang diapit 2 meja batu berbentuk perahu dengan ukuran panjang 346 cm, lebar 194 cm, tebal 39 cm dan berornamen bunga, sulur daun, dan badan manusia dalam posisi telungkup. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pulau Nias merupakan kabupaten yang ada di Sumatra Utara dan menjadi pulau terbesar di antara pulau-pulau di bagian pantai Barat Sumatra.
Baca SelengkapnyaWae Rebo berada di ketinggian 1.100 mdpl. Dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Baca SelengkapnyaSampai sekarang belum diketahui secara pasti kisah dari bebatuan yang penuh misteri ini.
Baca SelengkapnyaKepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Baca SelengkapnyaKonon warga di sini merupakan keturunan Kerajan Galuh
Baca SelengkapnyaMenhir-menhir itu merupakan mahakarya kesenian leluhir orang Minangkabau yang diperkirakan hidup di tahun 1550 sebelum masehi.
Baca SelengkapnyaDesa ini dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang hijau dan pantai-pantai berpasir putih yang indah.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Panai, kerajaan kecil dengan banyak peninggalannya.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Muara Jambi menawarkan suasana liburan yang berbeda dari desa wisata lainnya, yaitu menyusuri cagar budaya Muara Jambi.
Baca SelengkapnyaKabupaten Kutai Timur memiliki bentang alam dan peninggalan sejarah yang mendunia.
Baca SelengkapnyaKeindahan di Desa Nagari Pariangan tidak pernah gagal dan mengecewakan sekalipun. Desa ini bahkan mirip seperti perkampungan di luar negeri.
Baca SelengkapnyaArkeolog di Prancis menemukan bekas permukiman permanen yang memberikan wawasan langka tentang struktur sosial masa lalu.
Baca Selengkapnya