Begini Cara Otak Manusia Melakukan Proses Pemulihan Diri
Walaupun manusia mampu menyembuhkan luka pada kulit dengan menghasilkan sel kulit baru, proses serupa tidak terjadi pada cedera otak.
Sebagian besar organisme memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa, seperti kemampuan untuk menumbuhkan kembali kaki dan ekor. Beberapa spesies ikan dan salamander bahkan dapat menghasilkan sel otak baru untuk memperbaiki bagian otak yang mengalami kerusakan.
Kemampuan ini membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan yang sulit dan menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Namun, mamalia, termasuk manusia, memiliki keterbatasan dalam kemampuan regenerasi, terutama dalam hal perbaikan jaringan otak.
-
Bagaimana otak memperbaiki kerusakan? Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antarneuron untuk mengembalikan fungsi yang hilang.
-
Kenapa otak manusia mampu memperbaiki dirinya? Setiap sel otak memiliki ribuan koneksi yang berbeda, dan otak memiliki kemampuan untuk melakukan perutean ulang yang cukup luas. Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antarneuron untuk mengembalikan fungsi yang hilang. Ini adalah bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia.
-
Apa fungsi otak manusia? 'Sebagian besar otak selalu bekerja,' ungkapnya, menunjukkan bahwa hampir setiap bagian otak berperan dalam berbagai fungsi kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana otak manusia diawetkan? Beberapa mekanisme pengawetan yang ditemukan termasuk dehidrasi, pembekuan, penyabunan, dan penyamakan.
-
Bagaimana amusia memengaruhi otak? Pemindaian otak menunjukkan bahwa otak orang yang mengalami amusia menerima dan merespons informasi nada, tetapi informasi tersebut tidak sampai ke kesadaran. Neuron-neuron merespons perbedaan nada yang tidak dapat mereka bedakan sendiri.
-
Bagaimana otak memproses informasi? Otak manusia mampu memproses informasi dalam jumlah besar secara simultan. Misalnya, kita dapat mendengarkan musik, membaca buku, dan merasakan suhu lingkungan sekaligus.
Menurut laman Science Fokus yang dikutip pada Rabu (23/10), hewan vertebrata lainnya mampu mengganti neuron secara terus-menerus sepanjang hidup mereka, sedangkan mamalia mengalami penurunan kemampuan ini seiring bertambahnya usia.
Meskipun manusia dapat memperbaiki luka pada kulit dengan menumbuhkan sel-sel kulit baru, proses serupa tidak terjadi pada cedera otak. Lalu, bagaimana cara otak manusia memperbaiki dirinya setelah mengalami kerusakan?
Setiap sel otak memiliki ribuan koneksi yang berbeda, dan otak mampu melakukan perutean ulang yang cukup luas. Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antara neuron, sehingga fungsi yang hilang dapat dipulihkan.
Ini merupakan salah satu bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia. Dalam kasus cedera otak yang parah, perubahan bentuk yang dramatis dapat terjadi, bahkan hingga seluruh fungsi dialihkan ke bagian otak yang lain.
Misalnya, fungsi pendengaran bisa diambil alih oleh korteks visual, dan sebaliknya. Fenomena ini mencerminkan bagaimana otak manusia berusaha mempertahankan fungsinya meskipun mengalami kerusakan.
Proses Neuroplastisitas
Proses neuroplastisitas terjadi ketika manusia belajar keterampilan baru. Neuroplastisitas ini sangat bergantung pada sel saraf dan sel pendukung yang dikenal sebagai sel glial.
Sel glial memiliki peran krusial dalam menciptakan koneksi baru serta memperbaiki myelin, yaitu lapisan pelindung yang mengelilingi serat saraf dan berfungsi untuk mempercepat impuls saraf.
Tanpa myelin yang sehat, komunikasi antar sel saraf terganggu, yang dapat berdampak pada fungsi otak secara keseluruhan. Selain itu, akson yang membawa sinyal memiliki kemampuan untuk menumbuhkan cabang baru, asalkan badan utama sel saraf tetap utuh.
Hal ini menambah potensi otak untuk beradaptasi dan memperbaiki diri akibat pengalaman baru atau kerusakan. Tidak hanya kulit, beberapa bagian tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk melakukan regenerasi.
Hati, misalnya, memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbaiki diri. Organ ini dapat menghasilkan jaringan sel baru meskipun sebagian jaringannya telah mati, asalkan tidak mengalami penyakit sirosis atau kanker hati. Kemampuan regeneratif hati menjadikannya organ vital yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh.
Selain itu, tubuh manusia juga mampu melakukan perluasan arteri jika terjadi penyumbatan. Proses ini dikenal sebagai angiogenesis, yang memungkinkan pembentukan arteri baru agar aliran darah dapat kembali normal.
Namun, angiogenesis tidak terjadi pada semua individu; hanya mereka yang memiliki tubuh sehat dengan kadar kolesterol rendah yang dapat melakukannya. Jika kadar kolesterol tinggi, proses pembesaran serta pembentukan arteri baru dapat terhambat karena sel darah mungkin tersumbat.