Seperti Cerita Fiksi, Ilmuwan Korea Selatan Buat Teknologi Pengendali Pikiran Jarak Jauh
Ada tujuan tertentu para ilmuwan Korea Selatan membuat teknologi pengendali pikiran jarak jauh.
Para ilmuwan di Korea Selatan telah mencapai terobosan besar dalam bidang teknologi dengan mengembangkan teknologi pengendalian pikiran jarak jauh pertama di dunia.
Teknologi ini, yang dinamakan Nano-MIND (Nano-Magnetogenetic Interface for NeuroDynamics).
Mengutip DailyStar dan DailyMail, Selasa (24/7), sederhananya adalah teknologi pertama di dunia yang bisa mengontrol wilayah otak tertentu dengan bebas menggunakan medan magnet.
Teknologi ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Institute for Basic Science (IBS) dan Universitas Yonsei di Korea Selatan.
Nano-MIND menggunakan medan magnet dan nanopartikel magnetik untuk secara selektif mengaktifkan neuron tertentu di otak.
Dalam uji coba yang dilakukan pada tikus, para peneliti berhasil menginduksi perilaku keibuan pada tikus betina non-maternal dan mengontrol nafsu makan mereka.
Aktivasi neuron di area otak yang terkait dengan perilaku keibuan meningkatkan perilaku mengasuh tikus betina, sementara manipulasi neuron yang mengontrol rasa kenyang menyebabkan peningkatan atau penurunan nafsu makan secara signifikan.
-
Bagaimana AI ini membaca pikiran? Alat ini nantinya bekerja dengan cara menggunakan sebuah topi yang akan merekam aktivitas listrik di otak melalui kulit kepala penggunanya, atau yang disebut dengan electroencephalogram (EEG). Mengutip Techxplore, Jumat, (15/12), gelombang EEG ini nantinya akan menangkap karakteristik dan pola tertentu dari otak manusia. Sehingga model AI yang disebut DeWave ini akan menerjemahkan EEG menjadi kata dan kalimat dari hasil mempelajari data EEG yang terekam.
-
Siapa yang mengembangkan teknologi chip otak? 'Kami berada di ambang era baru dalam ilmu saraf manusia dan neuroterapi,' kata Kahana dikutip NYPost, Selasa (17/9).
-
Bagaimana komputer bisa mensimulasikan otak manusia? Meskipun komputer sudah mulai bersaing dengan otak manusia dalam hal daya komputasi, masih jauh dari kemampuan untuk mensimulasikan jaringan kompleks di dalam otak manusia dengan akurat dan belum memahami sepenuhnya bagaimana kesadaran manusia bekerja.
-
Siapa yang mengembangkan chip otak? Elon Musk, triliuner pemilik X (sebelumnya Twitter) dan SpaceX, adalah tokoh di balik pengembangan chip otak ini.
-
Mengapa Korea Selatan lebih maju dari Indonesia? Menyadur Liputan6.com, Profesor Seong-Kon Kim, yang pernah menjadi dekan di Seoul National University memberikan penjelasan tentang kunci sukses ekonomi Korsel.
-
Kenapa Korea Utara mengembangkan rudal hipersonik? Tak puas hanya dengan rudal balistik, Pyongyang juga mengembangkan rudal hipersonik jenis baru.
Dr. Cheon Jinwoo, Direktur IBS Center for Nanomedicine, menjelaskan bahwa teknologi ini diharapkan akan digunakan secara luas dalam penelitian untuk memahami fungsi otak, mengembangkan jaringan saraf buatan yang canggih, teknologi antarmuka otak-komputer dua arah, dan menemukan pengobatan baru untuk gangguan neurologis.
“Kami berharap teknologi ini dapat digunakan secara luas dalam penelitian untuk memahami fungsi otak, jaringan syaraf tiruan yang canggih, teknologi antarmuka otak-komputer dua arah, dan pengobatan baru untuk gangguan neurologis,” ujar Cheon.
Meskipun terdengar seperti fiksi ilmiah, penggunaan medan magnet dalam teknologi medis bukanlah hal baru. Medan magnet telah lama digunakan dalam pencitraan medis, seperti MRI, serta dalam terapi stimulasi otak non-invasif.
Teknologi Nano-MIND menawarkan alternatif non-invasif untuk stimulasi otak dalam yang biasanya memerlukan implan elektroda ke dalam otak..
Para peneliti berharap dapat terus mengembangkan teknologi ini untuk tidak hanya mengaktifkan, tetapi juga menghambat jalur neurologis tertentu untuk memahami lebih dalam tentang fungsi kognitif tingkat tinggi, pengambilan keputusan, dan perilaku manusia. Studi lengkap mengenai teknologi ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Nanotechnology.