Bisakah Manusia Mengunggah Pikirannya ke Komputer? Ini Penjelasan Ilmuwan
Berikut penjelasan ilmuwan tentang kemungkinan manusia bisa mengunggah pikirannya dalam sebuah komputer.
Berikut penjelasan ilmuwan tentang kemungkinan manusia bisa mengunggah pikirannya dalam sebuah komputer.
Bisakah Manusia Mengunggah Pikirannya ke Komputer? Ini Penjelasan Ilmuwan
Gagasan untuk mengunggah pikiran kita ke dalam komputer mungkin terdengar seperti sesuatu dari dunia fiksi ilmiah, namun konsep ini semakin menjadi topik pembicaraan di kalangan pemikir terkemuka.Transhumanisme yang mengadvokasi penggunaan teknologi untuk meningkatkan kemampuan manusia melampaui batasan biologis, memunculkan pernyataan tentang kemungkinan mengunggah pikiran manusia ke dalam sistem digital.
Meskipun beberapa orang melihat ini sebagai langkah menuju masa depan yang cerah, banyak juga yang mengkhawatirkan dampak etis dan filosofisnya.
-
Bagaimana AI ini membaca pikiran? Alat ini nantinya bekerja dengan cara menggunakan sebuah topi yang akan merekam aktivitas listrik di otak melalui kulit kepala penggunanya, atau yang disebut dengan electroencephalogram (EEG). Mengutip Techxplore, Jumat, (15/12), gelombang EEG ini nantinya akan menangkap karakteristik dan pola tertentu dari otak manusia. Sehingga model AI yang disebut DeWave ini akan menerjemahkan EEG menjadi kata dan kalimat dari hasil mempelajari data EEG yang terekam.
-
Bagaimana otak memproses informasi? Otak manusia mampu memproses informasi dalam jumlah besar secara simultan. Misalnya, kita dapat mendengarkan musik, membaca buku, dan merasakan suhu lingkungan sekaligus.
-
Teknologi apa yang memungkinkan mesin belajar seperti manusia? AI merupakan teknologi yang memungkinkan mesin untuk belajar, menyesuaikan input baru, dan melaksanakan tugas seperti manusia. AI memiliki potensi besar dalam berbagai sektor, termasuk otomasi, pengolahan data, dan pengambilan keputusan cerdas.
-
Apa fungsi otak manusia? 'Sebagian besar otak selalu bekerja,' ungkapnya, menunjukkan bahwa hampir setiap bagian otak berperan dalam berbagai fungsi kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana otak memproses pikiran tentang seseorang? Proses ini bisa menjadi refleksi dari bagaimana otak kita bekerja dalam memproses kenangan dan perasaan terhadap orang lain, yang kadang muncul tanpa kita kehendaki.
-
Kenapa teknologi chip otak dipelajari? Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan teknologi antarmuka otak-komputer (BCI) atau menanam chip di otak yang juga dilakukan oleh para ilmuwan lain untuk mengatasi berbagai masalah, seperti kehilangan memori, gangguan bicara, hingga kelumpuhan.
Mengutip Psychology Today, Kamis (29/02), menurut ilmuwan AI, Damian K. F. Pang, banyak pemikir terkemuka tertarik pada gagasan ini sebagai jalan menuju keabadian.
Beberapa orang bahkan telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk mengawetkan tubuh mereka atau otak mereka secara kriogenik dengan harapan akan bangkit kembali di masa depan melalui teknologi.
“Namun, selain dari aspek teknisnya, ada banyak isu etis dan filosofis yang perlu dipertimbangkan,”
Ilmuwan AI, Damian K. F. Pang
Pertanyaan tentang kesetaraan, persetujuan, keamanan, identitas, dan konsekuensi yang tidak diinginkan menjadi sorotan dalam diskusi transhumanisme.
Beberapa orang melihatnya sebagai langkah maju dalam evolusi manusia, sementara yang lain khawatir bahwa ini dapat mengarah pada skenario seperti ciptaan Frankenstein yang tak terkendali.
Meskipun begitu, ada batasan yang signifikan dalam mencapai tujuan tersebut. Kompleksitas otak manusia yang luar biasa dan keterbatasan dalam pemahaman ilmu saraf masih menjadi hambatan besar.
Meskipun komputer sudah mulai bersaing dengan otak manusia dalam hal daya komputasi, masih jauh dari kemampuan untuk mensimulasikan jaringan kompleks di dalam otak manusia dengan akurat dan belum memahami sepenuhnya bagaimana kesadaran manusia bekerja.
“Dengan demikian, meskipun gagasan untuk mengunggah pikiran ke dalam komputer menarik untuk diperdebatkan, hal tersebut masih jauh dari perwujudannya. Masih banyak tantangan teknis, etis, dan filosofis yang harus diatasi sebelum dapat memahami apakah hal ini benar-benar mungkin dilakukan serta apa konsekuensinya bagi manusia,” ujar dia.