Berapa Persen Sebenarnya Otak Manusia Digunakan? Benarkah Hanya 20 Persen?
Banyak orang percaya bahwa otak manusia hanya digunakan sebesar 20 persen. Walau begitu, benarkah hal ini?
Selama bertahun-tahun, mitos bahwa manusia hanya menggunakan 10 hingga 20 persen otaknya telah menyebar luas, bahkan diterima secara umum oleh sebagian besar masyarakat. Mitos ini sering kali didukung oleh buku, film, hingga acara televisi yang menggambarkan potensi tersembunyi otak manusia jika bisa digunakan sepenuhnya. Namun, apakah benar kita hanya menggunakan 10 hingga 20 persen otak kita?
Dilansir dari Medical News Today, menurut penelitian, kenyataannya jauh berbeda. Sebuah survei pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa sekitar 65 persen orang Amerika percaya bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen otaknya. Namun, para ilmuwan dan ahli saraf secara konsisten membantah klaim tersebut.
-
Berapa berat otak manusia? Otak manusia rata-rata memiliki berat sekitar 1,4 kilogram dan terdiri dari hampir 60% lemak, menjadikannya organ yang paling 'berlemak' dalam tubuh kita.
-
Dari mana otak manusia dikumpulkan? Tim peneliti yang dipimpin Alexandra Morton-Hayward dari Universitas Oxford meninjau literatur ilmiah dan menghubungi arkeolog di seluruh dunia. Mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 4.400 otak manusia yang diawetkan dari 213 sumber yang berbeda di semua benua kecuali Antartika.
-
Bagaimana mengetahui otak bekerja efisien? Bagaimana cara mengetahui apakah otakmu bekerja secara efisien? Salah satu penandanya adalah kamu terlibat percakapan atau pekerjaan namun kamu tidak sepenuhnya memerhatikan, walau begitu kamu tetap bisa menangkap intinya dan tidak tertinggal.
-
Kenapa otak manusia dikumpulkan? Penelitian ini menekankan pentingnya mempelajari pengawetan jaringan lunak manusia, karena informasi yang diperoleh dapat memberikan wawasan tentang evolusi manusia, kesehatan dan penyakit purba, serta kondisi neurodegeneratif seperti Alzheimer.
-
Mengapa kapasitas otak manusia dianggap tak terbatas? Dengan lebih dari 86 miliar neuron yang saling terhubung melalui triliunan sinapsis, kapasitas otak manusia sering kali dianggap tak terbatas.
-
Kenapa ukuran otak manusia diperkirakan mengecil? Analisis mereka menunjukkan bahwa penurunan ukuran otak baru-baru ini mungkin disebabkan eksternalisasi pengetahuan dan keuntungan pengambilan keputusan di tingkat kelompok.
Barry Gordon, seorang ahli saraf, dalam wawancaranya dengan Scientific American menjelaskan bahwa sebagian besar otak manusia hampir selalu aktif, bahkan ketika seseorang sedang beristirahat atau tidur. "Sebagian besar otak selalu bekerja," ungkapnya, menunjukkan bahwa hampir setiap bagian otak berperan dalam berbagai fungsi kehidupan sehari-hari.
Mengapa Mitos Ini Begitu Populer?
Sumber mitos ini tidak sepenuhnya jelas, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskannya. William James, seorang psikolog dan penulis ternama, pernah menyatakan dalam sebuah artikel di Science pada tahun 1907 bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuan mentalnya. Namun, ia tidak menyebutkan persentase tertentu. Seiring berjalannya waktu, pernyataan ini berkembang menjadi gagasan bahwa kita hanya menggunakan 10 persen otak kita.
Mitos ini juga diperkuat oleh penulis How to Win Friends and Influence People yang merujuk pada perkataan profesornya tentang hal ini. Selain itu, ada juga keyakinan di kalangan ilmuwan bahwa neuron, sel yang bertanggung jawab mengirim informasi dalam otak, hanya terdiri dari sekitar 10 persen dari total sel otak. Keyakinan ini kemungkinan turut menyumbang pada mitos 10 persen yang masih beredar hingga saat ini.
Penelitian Modern dan Pemahaman Ilmiah
Teknologi modern seperti pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) telah memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari aktivitas otak secara lebih rinci. Dengan fMRI, para peneliti dapat melihat bagian-bagian otak yang aktif ketika seseorang melakukan berbagai aktivitas, bahkan saat mereka hanya duduk diam atau tidur. Hasilnya, hampir semua bagian otak terlibat dalam aktivitas tersebut. Setiap bagian otak memiliki fungsi yang berbeda, dan bahkan tindakan sederhana seperti menggerakkan jari atau mengingat nama seseorang membutuhkan keterlibatan dari berbagai area otak.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Human Neuroscience, para ilmuwan membuktikan bahwa otak manusia bekerja hampir sepenuhnya, bahkan ketika kita sedang tidak aktif secara fisik. Mitos 10 persen tidak lagi memiliki tempat dalam ilmu pengetahuan modern, karena setiap tindakan yang kita lakukan, mulai dari berbicara hingga bernapas, melibatkan sebagian besar otak kita.
Otak dan Gaya Hidup
Selain membongkar mitos, para peneliti juga menemukan bahwa fungsi otak sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Makan dengan baik, olahraga teratur, dan menjaga otak tetap aktif adalah cara-cara penting untuk meningkatkan kesehatan otak. Diet seimbang yang kaya akan buah, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan berlemak dapat mendukung fungsi kognitif.
Olahraga seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang dapat menurunkan risiko penurunan fungsi otak dan demensia. Selain itu, latihan otak seperti permainan yang merangsang otak atau kegiatan yang melibatkan pemecahan masalah dapat membantu menjaga ketajaman mental seiring bertambahnya usia.
Sebuah studi selama 10 tahun pada 2017 menemukan bahwa latihan otak secara teratur dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Latihan-latihan ini fokus pada meningkatkan kecepatan pemrosesan informasi dan kemampuan otak untuk memahami data yang kompleks dengan cepat.
Mitos Lain Tentang Otak
Selain mitos 10 persen, ada beberapa mitos lain yang perlu diluruskan. Salah satu yang populer adalah gagasan bahwa orang cenderung lebih mendominasi otak kiri atau kanan, di mana orang yang dominan di otak kiri lebih logis, sementara yang dominan di otak kanan lebih kreatif. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kedua belahan otak bekerja sama secara seimbang.
Walaupun memang ada tugas-tugas spesifik yang dilakukan oleh masing-masing belahan otak — misalnya, otak kiri lebih terlibat dalam pemrosesan bahasa dan otak kanan lebih terlibat dalam pengolahan emosi — ini tidak berarti bahwa satu sisi lebih dominan daripada yang lain.
Mitos lain yang sering kita dengar adalah alkohol membunuh sel-sel otak. Sebenarnya, kerusakan otak akibat alkohol lebih kompleks dari sekadar "membunuh" sel. Konsumsi alkohol berlebihan, terutama selama kehamilan, memang dapat mempengaruhi perkembangan otak janin dan menyebabkan sindrom alkohol janin.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang otak, kita kini tahu bahwa mitos tentang penggunaan hanya 10 hingga 20 persen otak adalah salah. Teknologi modern telah menunjukkan bahwa otak manusia berfungsi hampir sepenuhnya setiap saat, bahkan dalam keadaan istirahat.