Benarkah di Negara Ini Bebas Nyamuk? Konon Hanya Ada 1 yang Diawetkan
Islandia dikenal dengan banyaknya sungai yang mengalir deras, sumber mata air panas geothermal, serta danau-danau yang memiliki suhu rendah.
Islandia adalah negara kepulauan di wilayah Nordik yang terletak di Samudra Atlantik Utara. Uniknya, Islandia dikenal sebagai satu-satunya negara yang tidak memiliki nyamuk. Sementara itu, negara-negara tetangganya seperti Greenland, Skotlandia, dan Denmark memiliki populasi nyamuk yang cukup tinggi.
Berdasarkan informasi dari laman World Atlas pada Selasa (10/12), Islandia mengalami suhu ekstrem yang dapat turun hingga -38 derajat Celsius pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah ini mengakibatkan air di Islandia membeku, sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak.
-
Dimana nyamuk tidak ada? Nyamuk ditemukan di hampir setiap negara di dunia, kecuali Islandia dan Antartika.
-
Berapa jumlah nyamuk di dunia? Dalam buku The Mosquito: A Human History of Our Deadliest Predator yang ditulis Timothy C. Winegard memperkirakan bahwa ada sekitar 110 triliun nyamuk di seluruh dunia.
-
Apa saja dampak positif jika nyamuk punah? Kabar baiknya, kualitas hidup negara-negara yang menjadi korban penyakit yang ditularkan oleh nyamuk akan menjadi lebih baik. Anak-anak akan menjadi lebih sehat dan beban sistem kesehatan akan berkurang.
-
Apa yang bikin Islandia unik? The Land of Fire and Ice Islandia dijuluki sebagai The Land of Fire and Ice karena wilayahnya sendiri ditutupi oleh gletser dan lava yang mendingin. Masing-masing menutupi sekitar sepersepuluh dari keseluruhan total luas negara.
-
Apa yang membuat Islandia aman? Letaknya yang terpencil dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan sumber daya, berkat cadangan air tawar, sumber daya laut, dan energi terbarukan, membuat Islandia tidak perlu bergantung pada negara lain.
-
Bagaimana nyamuk membantu menjaga alam? Seperti di hutan hujan tropis. Jika keberadaan nyamuk hilang, mungkin saja banyak wilayah alam yang akan mengalami kerusakan akibat dikunjungi manusia.
Setiap tahun, Islandia mengalami proses pembekuan dan pencairan yang signifikan, menciptakan kondisi yang tidak stabil bagi kelangsungan hidup nyamuk. Proses ini menghambat perkembangan larva nyamuk yang memerlukan suhu stabil dan genangan air dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, iklim laut yang bervariasi dan ekstrem di Islandia juga berkontribusi dalam mencegah keberadaan nyamuk. Suhu rata-rata tahunan di negara ini berkisar antara 0 hingga 10 derajat Celsius, yang tidak cocok untuk nyamuk. Iklim yang dingin dan lembap membuat kehidupan serangga menjadi sangat menantang.
Nyamuk memerlukan air tergenang di tempat-tempat seperti kolam dangkal, rawa, atau badan air lainnya untuk bertelur. Telur nyamuk yang menetas akan menjadi larva, yang memerlukan lingkungan air yang stabil untuk bisa makan dan berkembang menjadi pupa.
Pupa kemudian akan menyelesaikan siklus hidupnya dan berubah menjadi nyamuk dewasa. Namun, di Islandia, tidak ada genangan air yang cukup lama atau cukup hangat untuk mendukung siklus hidup ini.
Selain faktor suhu dan ketidakstabilan lingkungan, ada teori lain yang menyatakan bahwa komposisi kimia air di Islandia juga tidak mendukung kehidupan nyamuk.
Kandungan mineral dan tingkat keasaman air di Islandia tidak cocok untuk larva nyamuk. Negara ini memiliki banyak sungai deras, mata air panas geothermal, serta danau-danau bersuhu rendah yang menciptakan habitat yang tidak bersahabat bagi serangga tersebut.
Satu-satunya Nyamuk yang Diawetkan
Menariknya, satu-satunya nyamuk yang pernah ditemukan di Islandia adalah spesimen yang diawetkan di laboratorium Icelandic Institute of Natural History.
Nyamuk tersebut disimpan dalam botol berisi alkohol setelah ditangkap pada tahun 1980-an oleh seorang ahli biologi dari University of Iceland, Gilsi Mar Gislason, di dalam kabin pesawat Islandia.
Nyamuk itu kemungkinan besar terbawa dari daerah lain dan tidak mampu bertahan hidup di lingkungan Islandia. Fenomena bebas nyamuk di Islandia menjadi salah satu daya tarik tersendiri dan menarik perhatian para ilmuwan untuk mempelajari bagaimana kondisi lingkungan yang ekstrem dapat memengaruhi keberadaan serangga dan organisme lainnya.