Ilmuwan Ungkap Misteri Keanehan Cara Kerja Kecerdasan Buatan yang Bikin Tercengang
Merdeka.com - Para peneliti mulai mengungkap salah satu misteri terbesar di balik model bahasa artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang memberdayakan alat penghasil teks dan gambar seperti DALL-E dan ChatGPT.
Dilansir dari laman Vice, Senin (13/2), untuk sementara waktu, pakar dan ilmuwan pembelajaran mesin telah memperhatikan sesuatu yang aneh tentang model Large Language Models (LLM) seperti GPT-3 dari OpenAI dan LaMDA buatan Google.
Ilmuwan mempertanyakan mengapa model bahasa itu begitu pandai melakukan tugas yang belum dilatih secara khusus untuk mereka lakukan sampai pada akhirnya mampu mengerjakan pekerjaan dengan mulus laiknya manusia.
-
Bagaimana Google Bard AI mensimulasikan percakapan? Sama seperti rivalnya ChatGPT, Google membuat Google Bard AI ini untuk mensimulasikan percakapan manusia secara alami.
-
Apa kemampuan Google Bard AI yang baru? Baru Ditambah Bahasa Indonesia Google Bard AI baru saja ditambahkan kemampuannya untuk bisa memahami perintah menggunakan bahasa Indonesia.
-
Siapa yang membuat Google Bard AI? Google Bard merupakan mesin chatbot bertenaga AI yang dirancang dan dikeluarkan oleh Google.
-
Apa yang diterjemahkan dengan bantuan AI? Ilmuwan berhasil menerjemahkan huruf paku yang ada di prasasti kuno menggunakan alat kecerdasan buatan (AI).
-
Kapan Google Bard AI diluncurkan? Google Bard merupakan mesin chatbot bertenaga AI yang dirancang dan dikeluarkan oleh Google. Google Bard baru saja dirilis pada 21 Maret 2023 dan aplikasi ini sudah dapat digunakan di 180 negara.
-
Siapa yang mengembangkan AI ini? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
Bagi ilmuwan, ini adalah pertanyaan yang membingungkan. Sulit jawaban itu bisa ditemukan secara cepat. Para ilmuwan dari Institut Teknologi Massachusetts, Universitas Stanford, dan Google mengeksplorasi fenomena ‘misterius’ ini yang disebut ‘in-context learning’.
Menurut para ilmuwan, biasanya untuk menyelesaikan tugas baru, sebagian besar model pembelajaran mesin perlu dilatih ulang pada data baru, sebuah proses yang biasanya mengharuskan peneliti memasukkan ribuan poin data untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Pekerjaan semacam ini, akan begitu membosankan dan memakan waktu.
Namun dengan model ‘in-context learning’ ini, sistem dapat belajar untuk melakukan tugas baru dengan andal hanya dari beberapa contoh, yang pada dasarnya mempelajari keterampilan baru dengan cepat. Setelah diberi prompt, model bahasa dapat mengambil daftar input dan output serta membuat prediksi baru yang seringkali benar tentang tugas yang belum dilatih secara eksplisit.
Perilaku semacam ini menjadi pertanda sangat baik untuk penelitian terkait pembelajaran mesin AI. Mengungkap bagaimana mengapa hal itu bisa terjadi dan dapat menghasilkan wawasan yang tak ternilai tentang bagaimana model bahasa mempelajari serta menyimpan informasi.
"Kami menunjukkan bahwa model ini dapat belajar dari contoh dengan cepat tanpa pembaruan parameter apa pun yang kami terapkan pada model," kata Ekin Akyürek, mahasiswa doktoral dari MIT.
Dengan demikian, lanjut Akyürek, model tersebut tidak hanya menyalin data pelatihan, tetapi kemungkinan juga membangun pengetahuan sebelumnya. Para peneliti tidak menguji teori mereka dengan ChatGPT atau alat pembelajaran mesin populer lainnya yang membuat publik begitu terpikat akhir-akhir ini.
Sebaliknya, tim Akyürek bekerja dengan model yang lebih kecil dan tugas yang lebih sederhana. Ilmuwan melakukan eksperimen mereka dengan memberikan model data sintetik atau meminta program yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Meskipun demikian, model bahasa mampu menggeneralisasi dan kemudian mengekstrapolasi pengetahuan dari mereka. Hal ini membuat tim berhipotesis bahwa model AI yang menunjukkan pembelajaran dalam konteks sebenarnya membuat model yang lebih kecil di dalam dirinya sendiri untuk mencapai tugas baru. (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keterbatasan AI dalam memahami konsep dasar seperti huruf dan suku kata menunjukkan bahwa meski canggih, AI belum berpikir seperti manusia.
Baca SelengkapnyaGoogle mengetahui keinginan pengguna, sehingga menyajikan informasi yang diperlukan bagi pengguna.
Baca SelengkapnyaPenelitian ini diklaim bisa membaca pikiran manusia.
Baca SelengkapnyaDialek misterius nenek moyang kita akhirnya dapat diuraikan sepenuhnya berkat kecerdasan buatan.
Baca SelengkapnyaBerikut prediksi teknologi berbasis AI yang akan berubah menyeramkan di 2024.
Baca SelengkapnyaAI ini disebut menggunakan teknologi dari Google. Sehingga diklaim informasinya tidak bias.
Baca SelengkapnyaIlmuwan melatih AI untuk memandu cacing menuju target menggunakan pembelajaran reinforcement, menunjukkan kolaborasi antara jaringan saraf buatan dan biologis.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah hasil penelitian dari seorang ilmuwan yang. mengklaim tahu bahasa ayam.
Baca SelengkapnyaElon musk selalu mengampanyekan bahaya keberadaan AI. Tapi itu dulu. Sekarang lain hal.
Baca SelengkapnyaSebuah penelitian menyebutkan AI lebih lucu dibandingkan pelawak.
Baca SelengkapnyaSotheby’s akan melelang karya seni robot humanoid Ai-Da untuk pertama kalinya.
Baca Selengkapnya