Apa Penyebab Darah Tinggi: Faktor Risiko dan Cara Mengatasinya
Berikut ini adalah penyebab darah tinggi dan cara mengatasinya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum ditemui di masyarakat. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasi hipertensi sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yang dapat terjadi.
Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam pembuluh arteri meningkat secara kronis. Tekanan darah normal orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Seseorang didiagnosis hipertensi jika tekanan darahnya berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih.
Tekanan darah terdiri dari dua angka:
- Tekanan sistolik (angka atas): menunjukkan tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh
- Tekanan diastolik (angka bawah): menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara detak
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis:
- Hipertensi primer: penyebabnya tidak diketahui secara pasti, umumnya berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun
- Hipertensi sekunder: disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu
Gejala Hipertensi
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas, terutama pada tahap awal. Banyak orang tidak menyadari memiliki tekanan darah tinggi sampai terdeteksi saat pemeriksaan rutin atau ketika sudah timbul komplikasi.
Meski demikian, beberapa gejala yang mungkin muncul pada hipertensi meliputi:
- Sakit kepala, terutama di bagian belakang kepala
- Pusing atau vertigo
- Penglihatan kabur
- Telinga berdenging (tinnitus)
- Detak jantung tidak teratur
- Sesak napas, terutama saat beraktivitas
- Nyeri dada
- Kelelahan yang tidak biasa
- Mimisan (pada kasus hipertensi berat)
Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu berarti seseorang mengalami hipertensi. Sebaliknya, banyak penderita hipertensi tidak mengalami gejala sama sekali. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting untuk deteksi dini.
Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat bervariasi tergantung jenisnya. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penyebab hipertensi primer dan sekunder:
Penyebab Hipertensi Primer
Hipertensi primer, yang merupakan jenis paling umum, tidak memiliki penyebab tunggal yang jelas. Namun, beberapa faktor yang diduga berperan dalam perkembangan hipertensi primer antara lain:
- Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang sama.
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia karena pembuluh darah menjadi kurang elastis.
- Gaya hidup tidak sehat: Termasuk pola makan tinggi garam dan lemak jenuh, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, dan merokok.
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan perubahan hormonal yang berkontribusi pada hipertensi.
- Stres kronis: Stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, yang berperan dalam regulasi tekanan darah.
- Resistensi insulin: Kondisi ini, yang sering terkait dengan diabetes tipe 2, dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Penyebab Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Beberapa penyebab hipertensi sekunder meliputi:
- Penyakit ginjal kronis: Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan retensi cairan dan natrium, yang meningkatkan tekanan darah.
- Gangguan endokrin: Seperti hipertiroidisme, sindrom Cushing, atau feokromositoma, yang dapat mempengaruhi produksi hormon yang mengatur tekanan darah.
- Penyakit pembuluh darah: Seperti stenosis arteri renal, yang dapat mengganggu aliran darah ke ginjal dan memicu peningkatan tekanan darah.
- Sleep apnea: Gangguan tidur ini dapat menyebabkan fluktuasi kadar oksigen dalam darah, yang mempengaruhi tekanan darah.
- Penggunaan obat-obatan tertentu: Termasuk pil KB, dekongestan, obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), dan beberapa obat resep lainnya.
- Konsumsi alkohol berlebihan: Dapat meningkatkan tekanan darah secara langsung dan juga berkontribusi pada obesitas.
- Penggunaan obat-obatan terlarang: Seperti kokain dan amfetamin, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang signifikan.
Memahami penyebab hipertensi sangat penting dalam menentukan strategi pengobatan yang tepat. Untuk hipertensi primer, fokus utama adalah pada modifikasi gaya hidup dan pengobatan farmakologis. Sementara untuk hipertensi sekunder, penanganan kondisi yang mendasarinya menjadi kunci dalam mengontrol tekanan darah.
Faktor Risiko Hipertensi
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipertensi. Faktor-faktor risiko ini dapat dibagi menjadi dua kategori: yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Pria cenderung mengalami hipertensi setelah usia 45 tahun, sementara wanita setelah usia 55 tahun.
- Jenis kelamin: Pria memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi pada usia muda. Namun, setelah menopause, risiko pada wanita meningkat.
- Riwayat keluarga: Jika orangtua atau saudara kandung memiliki hipertensi, risiko seseorang juga meningkat.
- Ras: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan latar belakang etnis tertentu, seperti Afrika-Amerika, memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi.
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan perubahan metabolisme yang berkontribusi pada hipertensi.
- Pola makan tidak sehat: Konsumsi tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat dapat meningkatkan risiko hipertensi.
- Kurang aktivitas fisik: Gaya hidup sedentari berkontribusi pada peningkatan berat badan dan risiko hipertensi.
- Merokok: Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
- Konsumsi alkohol berlebihan: Minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan kerusakan jantung.
- Stres: Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan mendorong perilaku tidak sehat yang meningkatkan risiko hipertensi.
- Diabetes: Penyakit ini sering berhubungan dengan hipertensi dan dapat meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular.
- Kolesterol tinggi: Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah, meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung.
Memahami faktor risiko ini penting untuk mengidentifikasi individu yang mungkin memerlukan pemantauan lebih ketat dan intervensi dini. Bagi mereka dengan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, perubahan gaya hidup dapat memainkan peran kunci dalam mencegah atau mengelola hipertensi.
Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi melibatkan beberapa tahapan dan pemeriksaan untuk memastikan kondisi tekanan darah tinggi yang persisten. Berikut adalah proses diagnosis hipertensi secara umum:
1. Pengukuran Tekanan Darah
Langkah pertama dalam diagnosis hipertensi adalah pengukuran tekanan darah yang akurat. Ini biasanya dilakukan menggunakan sfigmomanometer (alat pengukur tekanan darah) oleh profesional kesehatan. Beberapa poin penting dalam pengukuran tekanan darah:
- Pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat setidaknya 5 menit
- Pasien tidak boleh minum kopi, merokok, atau berolahraga 30 menit sebelum pengukuran
- Posisi duduk dengan punggung bersandar dan kaki menyentuh lantai
- Lengan yang diukur harus setinggi jantung
- Pengukuran dilakukan minimal dua kali dengan selang waktu 1-2 menit
2. Konfirmasi Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Dokter biasanya akan meminta pasien untuk melakukan pengukuran berulang dalam beberapa kunjungan atau melakukan pemantauan tekanan darah di rumah (home blood pressure monitoring) selama beberapa hari atau minggu.
3. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, dan penggunaan obat-obatan. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mencari tanda-tanda kerusakan organ akibat hipertensi atau kondisi yang mungkin menyebabkan hipertensi sekunder.
4. Tes Laboratorium
Beberapa tes laboratorium mungkin diperlukan untuk menilai kondisi umum pasien dan mencari penyebab atau komplikasi hipertensi:
- Tes darah lengkap
- Tes fungsi ginjal (kreatinin, ureum)
- Elektrolit darah (natrium, kalium)
- Profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida)
- Gula darah puasa
- Analisis urin
5. Tes Tambahan
Tergantung pada hasil pemeriksaan awal, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan untuk menilai kerusakan organ atau mencari penyebab hipertensi sekunder:
- Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai aktivitas listrik jantung
- Ekokardiogram untuk melihat struktur dan fungsi jantung
- Tes fungsi tiroid
- Ultrasonografi ginjal
- Tes sleep apnea jika dicurigai adanya gangguan tidur
6. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan hasil pengukuran, hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Normal: < 120/80 mmHg
- Elevasi: 120-129/< 80 mmHg
- Hipertensi Tahap 1: 130-139/80-89 mmHg
- Hipertensi Tahap 2: ≥ 140/90 mmHg
- Krisis Hipertensi: > 180/120 mmHg
Diagnosis yang akurat sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat. Hipertensi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah rutin sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko hipertensi.