Ciri-ciri Darah Tinggi, Ketahui Gejala dan Cara Mengelolanya
Berikut ini adalah ciri-ciri darah tinggi dan cara mengelolanya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum ditemui di masyarakat. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali ciri-ciri darah tinggi serta cara mengelolanya. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang hipertensi, mulai dari definisi, gejala, penyebab, hingga cara pencegahan dan pengobatannya.
Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam pembuluh arteri meningkat secara persisten melebihi batas normal. Tekanan darah diukur dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (angka atas) dan tekanan diastolik (angka bawah). Tekanan sistolik menunjukkan tekanan saat jantung berkontraksi untuk memompa darah, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan tekanan saat jantung berelaksasi di antara detak.
Menurut standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang dinyatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya secara konsisten berada pada level 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Namun, beberapa ahli kesehatan kini menganjurkan ambang batas yang lebih rendah, yaitu 130/80 mmHg, untuk diagnosis hipertensi.
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” atau pembunuh diam-diam karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi hingga kondisi tersebut sudah mencapai tahap lanjut atau bahkan telah menyebabkan komplikasi serius.
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia, jenis kelamin, genetik, gaya hidup, dan kondisi kesehatan lainnya. Penting untuk memahami bahwa tekanan darah normal dapat bervariasi sepanjang hari, tergantung pada aktivitas fisik, tingkat stres, dan faktor lainnya. Oleh karena itu, diagnosis hipertensi biasanya dilakukan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang konsisten tinggi dalam beberapa kali pemeriksaan.
Gejala Hipertensi
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena pada tahap awal, banyak penderita tidak merasakan gejala yang signifikan. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin tingginya tekanan darah, beberapa gejala mungkin mulai muncul. Berikut adalah beberapa ciri-ciri darah tinggi yang perlu diwaspadai:
- Sakit kepala: Terutama di bagian belakang kepala atau tengkuk, yang sering terjadi di pagi hari.
- Pusing atau vertigo: Sensasi berputar atau ketidakseimbangan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Penglihatan kabur: Gangguan pada pembuluh darah mata dapat menyebabkan perubahan penglihatan.
- Mimisan: Meskipun tidak selalu terkait dengan hipertensi, mimisan yang sering terjadi bisa menjadi tanda peningkatan tekanan darah.
- Telinga berdenging (tinnitus): Suara berdengung atau berdesing di telinga tanpa sumber suara eksternal.
- Kelelahan yang tidak biasa: Merasa lelah secara berlebihan meskipun tidak melakukan aktivitas berat.
- Detak jantung tidak teratur: Palpitasi atau sensasi jantung berdebar-debar yang tidak normal.
- Sesak napas: Kesulitan bernapas, terutama saat melakukan aktivitas fisik ringan.
- Nyeri dada: Rasa tidak nyaman atau nyeri di dada, terutama di bagian kiri.
- Mual dan muntah: Terutama jika disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala parah.
- Keringat berlebih: Berkeringat lebih dari biasanya tanpa alasan yang jelas.
- Perubahan suasana hati: Mudah marah, cemas, atau depresi tanpa sebab yang jelas.
Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan adanya hipertensi, dan sebaliknya, seseorang dengan hipertensi mungkin tidak mengalami gejala sama sekali. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting untuk deteksi dini dan pengelolaan hipertensi yang efektif.
Pada kasus hipertensi yang parah atau krisis hipertensi (tekanan darah di atas 180/120 mmHg), gejala yang lebih serius dapat muncul, seperti:
- Sakit kepala yang sangat parah
- Kebingungan atau perubahan kesadaran
- Kejang
- Pandangan ganda atau kehilangan penglihatan
- Kesulitan berbicara
- Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh
- Nyeri dada yang parah
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera cari bantuan medis karena ini bisa menjadi tanda-tanda kondisi darurat yang mengancam jiwa seperti stroke atau serangan jantung.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan seringkali merupakan kombinasi dari beberapa penyebab. Secara umum, hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya:
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer, juga dikenal sebagai hipertensi esensial, adalah jenis hipertensi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% kasus. Penyebab pastinya tidak diketahui, namun beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:
- Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang sama.
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
- Jenis kelamin: Pria cenderung lebih berisiko mengalami hipertensi pada usia muda, sementara wanita lebih berisiko setelah menopause.
- Gaya hidup: Pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, dan merokok dapat meningkatkan risiko hipertensi.
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat mempengaruhi tekanan darah.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Meskipun lebih jarang (sekitar 5-10% kasus), penyebabnya lebih mudah diidentifikasi. Beberapa penyebab hipertensi sekunder meliputi:
- Penyakit ginjal kronis
- Gangguan kelenjar adrenal (seperti sindrom Cushing atau feokromositoma)
- Gangguan tiroid (hipertiroidisme atau hipotiroidisme)
- Penyakit pembuluh darah (seperti stenosis arteri renal)
- Obat-obatan tertentu (seperti pil KB, obat flu, dekongestan, dan beberapa obat resep)
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Obstructive sleep apnea (gangguan tidur)
- Kehamilan (hipertensi gestasional)
Faktor Risiko Hipertensi
Memahami faktor risiko hipertensi sangat penting untuk pencegahan dan pengelolaan kondisi ini. Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama: faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
Ini adalah faktor-faktor yang dapat diubah atau dikendalikan melalui perubahan gaya hidup dan perawatan medis:
- Pola Makan Tidak Sehat:
- Konsumsi garam berlebihan (lebih dari 5 gram per hari)
- Diet tinggi lemak jenuh dan lemak trans
- Kurangnya asupan buah dan sayuran
- Konsumsi makanan olahan tinggi
- Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari meningkatkan risiko obesitas dan hipertensi
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung
- Konsumsi Alkohol Berlebihan: Lebih dari 1-2 gelas per hari dapat meningkatkan tekanan darah
- Merokok: Nikotin dalam rokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah
- Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat mempengaruhi tekanan darah
- Kurang Tidur: Tidur kurang dari 6 jam per malam dapat meningkatkan risiko hipertensi
- Kadar Kolesterol Tinggi: Dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah
- Diabetes: Meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular termasuk hipertensi
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Ini adalah faktor-faktor yang tidak dapat diubah, namun penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan kewaspadaan:
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 65 tahun
- Jenis Kelamin: Pria lebih berisiko pada usia muda, wanita lebih berisiko setelah menopause
- Riwayat Keluarga: Memiliki orang tua atau saudara dengan hipertensi meningkatkan risiko
- Etnis: Beberapa kelompok etnis memiliki risiko lebih tinggi (misalnya, orang Afrika-Amerika)
- Genetik: Beberapa variasi genetik dapat meningkatkan kerentanan terhadap hipertensi
- Kondisi Medis Bawaan: Seperti penyakit ginjal bawaan atau kelainan pembuluh darah
Faktor Risiko Tambahan
Beberapa faktor risiko lain yang perlu diperhatikan:
- Penggunaan Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat seperti pil KB, obat flu, dan steroid dapat meningkatkan tekanan darah
- Kehamilan: Beberapa wanita mengalami hipertensi gestasional selama kehamilan
- Penyakit Ginjal Kronis: Dapat menyebabkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah
- Sleep Apnea: Gangguan tidur ini dapat meningkatkan risiko hipertensi
- Paparan Polusi Udara: Penelitian menunjukkan hubungan antara polusi udara dan peningkatan risiko hipertensi
Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi melibatkan beberapa tahap dan metode untuk memastikan akurasi dan menentukan tingkat keparahan kondisi. Berikut adalah proses umum dalam mendiagnosis hipertensi:
1. Pengukuran Tekanan Darah
Langkah pertama dan paling penting dalam diagnosis hipertensi adalah pengukuran tekanan darah yang akurat. Ini biasanya dilakukan menggunakan sfigmomanometer (alat pengukur tekanan darah) dan stetoskop, atau dengan alat pengukur tekanan darah digital otomatis.
- Pengukuran dilakukan setidaknya dua kali dengan jeda beberapa menit.
- Pasien harus dalam keadaan istirahat selama minimal 5 menit sebelum pengukuran.
- Pengukuran sebaiknya dilakukan pada posisi duduk dengan punggung bersandar dan kaki menyentuh lantai.
- Lengan harus berada pada posisi setinggi jantung.
2. Klasifikasi Tekanan Darah
Berdasarkan hasil pengukuran, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
- Normal: Kurang dari 120/80 mmHg
- Prehipertensi: 120-139/80-89 mmHg
- Hipertensi Tahap 1: 140-159/90-99 mmHg
- Hipertensi Tahap 2: 160/100 mmHg atau lebih tinggi
- Krisis Hipertensi: Lebih dari 180/120 mmHg
3. Anamnesis (Riwayat Medis)
Dokter akan menanyakan tentang:
- Riwayat kesehatan pribadi dan keluarga
- Gaya hidup, termasuk pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok atau minum alkohol
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
- Gejala yang mungkin terkait dengan hipertensi
4. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk:
- Memeriksa denyut nadi dan irama jantung
- Mendengarkan suara jantung dan paru-paru
- Memeriksa pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki
- Memeriksa mata untuk melihat tanda-tanda kerusakan pembuluh darah
5. Tes Laboratorium
Beberapa tes laboratorium mungkin diperlukan untuk menilai kondisi umum dan mencari penyebab atau komplikasi hipertensi:
- Tes darah lengkap
- Tes fungsi ginjal
- Tes elektrolit
- Tes kolesterol dan trigliserida
- Tes gula darah
- Analisis urin
6. Tes Tambahan
Tergantung pada hasil pemeriksaan awal, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan seperti:
- Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa aktivitas listrik jantung
- Ekokardiogram untuk melihat struktur dan fungsi jantung
- Tes stress jantung
- Ultrasonografi ginjal
- Pemindaian CT atau MRI jika dicurigai ada penyebab sekunder
7. Pemantauan Tekanan Darah di Rumah
Dokter mungkin menyarankan pemantauan tekanan darah di rumah untuk:
- Mengonfirmasi diagnosis hipertensi
- Memeriksa efektivitas pengobatan
- Mendeteksi hipertensi jas putih (tekanan darah tinggi hanya di klinik)
8. Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM)
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan ABPM, di mana pasien mengenakan alat pengukur tekanan darah portabel selama 24 jam untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang variasi tekanan darah sepanjang hari.