Apakah Wudhu Dalam Keadaan Telanjang Bulat Sah? ini Jawabannya
Keabsahan wudhu dalam situasi tertentu sering kali menjadi perhatian bagi umat Islam.
Keabsahan wudhu dalam situasi tertentu sering kali menjadi perhatian bagi umat Islam. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah apakah wudhu sah ketika dilakukan dalam keadaan telanjang.
Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang berwudhu setelah mandi. KH Yahya Zainul Ma'arif, yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya, memberikan penjelasan mendalam mengenai masalah ini dalam salah satu kajiannya. Buya Yahya merupakan Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang terletak di Cirebon.
-
Bagaimana cara wudhu yang benar? Tata Cara Wudhu 1. Membaca Niat 2. Setelah membaca doa, wudhu bisa diawali dengan mengucap basmalah.3. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.4. Berkumur tiga kali.5. Menghirup air ke dalam hidung sebanyak tiga kali.6. Membasuh seluruh bagian wajah yang terlihat sejumlah tiga kali. 7. Membasuh kedua tangan hingga siku, mulai dari yang kanan, sebanyak tiga kali.8. Mengusap kepala tiga kali.9. Membasuh kedua telinga tiga kali, dengan diawali yang kanan.10. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki tiga kali, juga dimulai dari kanan.11. Membaca doa setelah wudhu.
-
Bagaimana cara melakukan wudhu yang benar? Tata Cara Berwudhu 1. Membaca Niatنَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَىNawaitul whuduua liraf'il hadatsil asghari fardal lillaahi ta'aalaa.Artinya: Saya niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil fardu karena Allah Taala.2. Setelah membaca doa, wudhu bisa diawali dengan mengucap basmalah.3. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.4. Berkumur tiga kali.5. Menghirup air ke dalam hidung sebanyak tiga kali.6. Membasuh seluruh bagian wajah yang terlihat sejumlah tiga kali.7. Membasuh kedua tangan hingga siku, mulai dari yang kanan, sebanyak tiga kali.8. Mengusap kepala tiga kali.9. Membasuh kedua telinga tiga kali, dengan diawali yang kanan.10. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki tiga kali, juga dimulai dari kanan.11. Membaca doa setelah wudu.
Dalam kajian tersebut, ia membahas hukum wudhu dalam kondisi yang dianggap sensitif oleh sebagian orang. Penjelasan ini diambil dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, di mana Buya Yahya menjawab pertanyaan mengenai sah atau tidaknya wudhu dalam keadaan telanjang.
Salah satu pertanyaan dari jemaah adalah, "Apakah wudhu tanpa busana itu sah?" Menurut Buya Yahya, wudhu tetap sah meskipun dalam kondisi tersebut dianggap makruh.
"Berwudhu dalam keadaan telanjang bulat itu sah secara hukum. Namun, makruh karena ada risiko tertentu, seperti menyentuh bagian tubuh yang dapat membatalkan wudhu" kata Buya Yahya.
Makruh dalam konteks ini merujuk pada kekhawatiran bahwa seseorang mungkin merasa was-was saat melaksanakan sholat setelah berwudhu dalam keadaan tersebut. Kekhawatiran ini dapat mengurangi kekhusyukan dalam beribadah.
"Jika Anda merasa ragu apakah tangan menyentuh bagian tubuh yang membatalkan wudhu, itu bisa menjadi was-was saat sholat. Oleh karena itu, ulama menganggap kondisi ini makruh," katanya.
Dengan demikian, meskipun wudhu tersebut sah, disarankan untuk menghindari melakukannya dalam keadaan telanjang demi menjaga kekhusyukan saat beribadah.
Hindari Menyentuh Bagian Tubuh yang Dapat Membatalkan Wudhu
Apabila seseorang dapat memastikan bahwa wudhunya dilakukan dengan tepat tanpa menyentuh bagian tubuh yang dapat membatalkan wudhu, maka wudhu tersebut tetap dianggap sah tanpa perlu diragukan.
"Jika Anda yakin mampu menjaga agar tidak menyentuh bagian tubuh yang membatalkan wudhu, maka tidak ada masalah. Wudhu Anda tetap sah," tegas Buya Yahya.
Ia juga memberikan ilustrasi mengenai situasi di mana wudhu tanpa busana sulit dihindari, seperti saat mandi di sungai atau kolam yang tertutup.
"Kadang seseorang mandi di sungai atau kolam yang jauh dari tempat wudhu. Dalam situasi seperti ini, wudhu tetap sah, asalkan aurat tertutup jika memungkinkan," jelasnya lebih lanjut.
Buya Yahya menambahkan bahwa menjaga adab saat berwudhu tetap sangat dianjurkan. Sebisa mungkin, gunakan kain atau pakaian meskipun dalam keadaan mendesak.
"Adab dalam berwudhu juga penting. Jika memungkinkan, gunakan kain atau pakaian. Ini lebih baik untuk menjaga kehormatan diri dan adab sebagai Muslim," pesannya dengan penuh perhatian.
Ia juga mengingatkan bahwa rasa was-was dapat diminimalkan dengan memastikan wudhu dilakukan dengan benar sejak awal. Hal ini menjadi penting untuk menjaga ketenangan saat melaksanakan sholat.
Buya Yahya mengajak umat Islam untuk memahami hukum fiqih secara mendalam agar dapat menjalani ibadah dengan lebih yakin dan tenang. Pemahaman yang baik akan membantu menghilangkan keraguan dalam beribadah.
Kebersihan Jasmani dan Rohani Merupakan Bagian dari Iman
Menurut pandangannya, Islam selalu menawarkan solusi yang seimbang dalam berbagai keadaan. Hukum yang ditetapkan bertujuan untuk mempermudah umat, bukan untuk menyulitkan mereka.
"Islam adalah agama yang memudahkan. Semua aturan memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk menjaga kebaikan umat," ujarnya.
Penjelasan ini menjadi pengingat penting bagi umat Islam bahwa menjaga kebersihan, baik fisik maupun spiritual, merupakan bagian dari iman. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan tersebut adalah dengan melakukan wudhu.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa menjaga kekhusyukan saat beribadah merupakan hal yang sangat penting. Dengan melakukan wudhu secara benar, ibadah yang dilakukan akan terasa lebih bermakna dan khusyuk.
Kajian ini juga menyoroti pentingnya kehadiran dalam majelis ilmu untuk memahami aturan agama dengan lebih baik. Dengan pemahaman yang memadai, umat dapat menjalani ibadah dengan lebih tenang dan nyaman.
Buya Yahya menutup kajian dengan menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian diri. Hal ini merupakan bagian dari persiapan untuk melaksanakan ibadah dengan baik.
"Semoga kita semua dapat menjaga kesucian diri, baik fisik maupun spiritual, sehingga ibadah kita diterima dan penuh berkah," tutupnya.
Kajian ini memberikan pedoman yang jelas bagi umat Islam mengenai tata cara wudhu dalam berbagai kondisi. Dengan pemahaman yang tepat, umat dapat melaksanakan ibadah dengan lebih percaya diri dan terarah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul