Mengenal Ular Piton Afrika, Ular Raksasa Berukuran Leher Jerapah yang Videonya Jadi Sorotan di Media Sosial
Ular piton Afrika berjenis Python sebae mendadak viral di media sosial karena ukurannya yang sangat besar.

Sebuah video di media sosial baru-baru ini memperlihatkan seekor ular piton Afrika raksasa, yang oleh beberapa warganet awalnya disangka seekor jerapah karena ukuran dan warnanya yang menyerupai kulit jerapah.
Video tersebut diunggah akun Instagram @arrivealive.co.za dan telah ditonton jutaan kali.
Ular piton Afrika, khususnya subspesies Python sebae, merupakan salah satu ular terbesar di dunia, menghuni wilayah Afrika Sub-Sahara dan memainkan peran penting dalam keseimbangan ekosistem.
Mereka hidup di dekat sumber air seperti sungai dan rawa, memanfaatkan lingkungan tersebut untuk berburu dan berkembang biak. Sebagai predator puncak, ular piton Afrika memiliki peran ekologis yang krusial.

Ciri-ciri Ular Piton Batu Afrika
Piton batu Afrika (Python sebae) adalah salah satu ular terbesar di Afrika dan salah satu spesies ular piton terbesar di dunia.
Ular ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang lebih dari 6 meter, bahkan beberapa spesimen dilaporkan mencapai 7 meter atau lebih. Berat ular ini bisa melebihi 90 kilogram.
Seperti jenis piton lain di dunia, ular piton batu memiliki pola warna yang bervariasi, biasanya terdiri dari warna cokelat, zaitun, dan pola bercak-bercak yang tidak teratur.
Pola ini berfungsi sebagai kamuflase yang efektif di habitatnya. Secara morfologi, ular ini memiliki kepala berbentuk segitiga. Otot ular ini dikenal kuat terutama untuk melilit.
Ular piton batu memangsa antelop, babi hutan, dan bahkan buaya kecil. Meski tidak berbisa, kekuatan rahang mereka mampu membunuh dan meremukkan tubuh mangsanya.
Ular piton Afrika berkembang biak dengan bertelur, biasanya 20-100 butir, yang dierami oleh betina selama 2-3 bulan.
Predator Puncak di Afrika Sub-Sahara
Ular piton Afrika tersebar luas di wilayah Afrika Sub-Sahara, dengan habitat yang beragam, mulai dari sabana hingga hutan hujan. Mereka adalah hewan nokturnal, lebih aktif berburu di malam hari.
Perilaku alami mereka meliputi berjemur di bawah sinar matahari untuk mengatur suhu tubuh, dan kemampuan mereka untuk berenang dengan baik. Mereka sering ditemukan di dekat sumber air, karena mangsa mereka juga cenderung berkumpul di daerah tersebut.
Sebagai predator puncak, ular piton Afrika membantu mengontrol populasi hewan herbivora, mencegah terjadinya overgrazing dan menjaga keseimbangan ekosistem. Keberadaan mereka memastikan kesehatan dan keanekaragaman hayati di habitatnya. Namun, peran penting ini terancam oleh berbagai faktor.
Ular piton betina bertelur antara 20 hingga 100 butir, yang kemudian dierami selama 2-3 bulan. Anak ular yang baru menetas sudah mampu mencari makan sendiri, meskipun tetap rentan terhadap predator lain. Siklus hidup mereka yang panjang dan reproduksi yang relatif lambat membuat mereka rentan terhadap penurunan populasi.
Populasi Terancam Akibat Deforestasi
Sayangnya, populasi ular piton Afrika menghadapi ancaman serius. Kerusakan habitat akibat deforestasi dan urbanisasi mengurangi area jelajah dan sumber makanan mereka.
Perburuan untuk diambil kulitnya juga menjadi ancaman besar, karena kulit ular piton banyak digunakan dalam industri fashion.
Permintaan yang tinggi terhadap kulit ular piton mendorong perburuan ilegal yang semakin intensif. Hal ini menyebabkan penurunan populasi yang signifikan di beberapa wilayah.
Selain itu, konflik dengan manusia juga menjadi masalah, karena ular piton terkadang memangsa ternak atau bahkan menyerang manusia, meskipun hal ini jarang terjadi.
Video viral tersebut, meskipun menarik perhatian publik terhadap keberadaan ular piton Afrika, juga menyoroti pentingnya konservasi spesies ini.
Upaya pelestarian habitat dan penegakan hukum terhadap perburuan ilegal sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup ular piton Afrika di alam liar.