Penyebab Hiperaktif ADHD yang Bisa Diderita Anak, Waspadai Gejala Sejak Dini
Berikut penyebab hiperaktif ADHD dan gejala-gejalanya yang bisa diderita anak.
Hiperaktif ADHD sudah bisa dikenal sejak masih kecil. Akan tetapi, terkadang para orang tua sedikit mengabaikan gejala hiperaktif ADHD pada si kecil. Mereka justru berpikir bahwa tingkah laku si kecil yang hiperaktif tersebut adalah hal wajar bagi anak-anak.
Padahal, tingkah laku yang cukup banyak itu bisa saja karena si kecil mengidap hiperaktif ADHD. Bagi sebagian orang bertanya-tanya apa penyebab hiperaktif ADHD.
-
Apa saja yang bisa jadi penyebab anak hiperaktif? Penyebab anak hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) masih belum sepenuhnya dipahami. Meski demikian, ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi pada perkembangan kondisi ini.
-
Apa itu ADHD? Dilansir dari Healthline, ADHD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dapat menyebabkan tingkat hiperaktif dan perilaku impulsif yang tidak biasa. Biasanya penderita gangguan tersebut, perhatiannya mudah teralihkan dari satu aktivitas ke aktivitas lain dan menghambat produktivitas sehari-hari.
-
Bagaimana cara mengenali ADHD? Gejala ADHD termasuk kesulitan berkonsentrasi, sulit duduk diam, sering tergesa-gesa tanpa berpikir, dan sulit menyelesaikan tugas.
-
Kenapa ADHD muncul? ADHD disebabkan oleh faktor genetika yang memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan ini.
Selain itu, banyak pula orang bertanya-tanya apa saja gejala dari hiperaktif ADHD agar bisa menjadi kewaspadaan tersendiri terhadap orang tua.
Lantas apa saja penyebab hiperaktif ADHD dan gejala-gejalanya yang bisa diderita anak? Melansir dari halodoc, Senin (9/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Apa Itu Hiperaktif ADHD?
Sebelum mengetahui penyebab hiperaktif ADHD, sebaiknya untuk mengenal apa itu hiperaktif ADHD terlebih dahulu.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan istilah medis yang digunakan untuk gangguan mental berupa perilaku hiperaktif atau impulsif. Gejala hiperaktif ADHD mampu membuat anak-anak menjadi kesulitan untuk memusatkan perhatian dalam satu waktu pada satu hal.
Hiperaktif ADHD dikatakan lebih rentan terjadi pada anak-anak. Meski begitu, gejala yang muncul juga bisa bertahan hingga usia remaja. Bahkan juga hingga dewasa.
Hiperaktif ADHD sendiri terbagi menjadi 3 subtipe, meliputi:
a. Dominan hiperaktif-impulsif
Jenis ini biasanya muncul dengan masalah hiperaktivitas yang disertai dengan perilaku impulsif.
b. Dominan inatentif
Jenis ini mempunyai ciri-ciri yakni sulit untuk menaruh perhatian penuh pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak dapat memperhatikan dengan baik.
c. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif
Jenis ini menunjukkan ciri hiperaktif, impulsif dan tidak bisa memperhatikan dengan baik.
Penyebab Hiperaktif ADHD
Dijelaskan bahwa para ahli masih belum mengetahui secara pasti penyebab hiperaktif ADHD sampai saat ini. Akan tetapi, masalah kesehatan mental dapat muncul akibat adanya ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) dalam otak. Ahli menduga beberapa kondisi dapat memicu terjadinya hiperaktif ADHD pada anak. Berikut kondisi-kondisinya:
1. Genetika
Genetika hingga saat ini masih menjadi satu-satunya penyebab utama seseorang menderita hiperaktif ADHD. Ya, kondisi ini cenderung menurun dalam keluarga.
Pada banyak kasus, para ahli menduga bahwa gen dari salah satu atau kedua orang tua adalah faktor penting dalam berkembangnya kelainan satu ini.
2. Fungsi dan Struktur Otak
Penyebab hiperaktif ADHD yang kedua adalah pada fungsi dan struktur otak. Studi telah mengidentifikasi beberapa kemungkinan perbedaan dalam otak seseorang dengan berkembangnya ADHD dari mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut menggunakan pemindaian otak.
Hasilnya adalah area otak tertentu pada seseorang dengan ADHD mungkin memiliki ukuran lebih kecil dibanding dengan area otak lainnya.
Studi lain juga menunjukkan bahwa seseorang dengan kondisi hiperaktif ADHD mungkin memiliki ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmitter pada otak.
Dugaan lainnya juga menyatakan bahwa bahan kimia pada otak tersebut bisa jadi tidak berfungsi dengan baik.
3. Paparan Neurotoksin selama Kehamilan
Penyebab hiperaktif ADHD yang ketiga adalah kemungkinan terkena paparan neurotoksin selama kehamilan. Para ahli menduga bahwa ada keterkaitan antara hiperaktif ADHD dengan bahan kimia neurotoksin tertentu. Misalnya seperti timbal dan beberapa jenis pestisida.
Paparan timbal pada anak mampu memengaruhi tingkat pendidikan mereka. Di mana berkaitan dengan kurangnya perhatian, hiperaktif dan impulsif.
Sedangkan, paparan pestisida organofosfat juga berkaitan dengan kelainan hiperaktif ADHD. Sebagai informasi, pestisida organofosfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan pada rumput dan produk pertanian.
Studi menyebutkan bahwa bahan kimia organofosfat berpotensi memberikan efek negatif pada perkembangan saraf anak.
4. Merokok dan Mengonsumsi Alkohol selama Kehamilan
Penyebab hiperaktif ADHD berikutnya adalah akibat merokok dan mengonsumsi alkohol selama kehamilan. Ya, menjadi perokok aktif atau pasif selama kehamilan berkaitan dengan perilaku anak dengan kondisi hiperaktif ADHD.
Tahukah kalian, anak yang terpapar alkohol dan obat-obatan saat masih berupa janin dalam kandungan, lebih memungkinkan mengalami kondisi serupa.
Gejala Hiperaktif ADHD
1. Gejala ADHD pada anak
- Kesulitan untuk memperhatikan dan tetap teratur.
- Memiliki kegelisahan yang berlebihan.
- Mempunyai masalah dengan pengendalian diri atau perilaku impulsif.
Para orang tua sebenarnya dapat dengan mudah mengenali gejala hiperaktif ADHD pada anak. Khususnya dengan memperhatikan beberapa sebagai berikut:
- Anak sulit berfokus pada aktivitas dan menjadi mudah terganggu.
- Rentang perhatian yang rendah saat bermain atau mengerjakan tugas sekolah.
- Anak menjadi gelisah dan kesulitan duduk diam.
- Selalu membutuhkan gerakan atau sering berlarian.
- Berbicara berlebihan dan menyela orang lain.
2. Gejala ADHD pada remaja
Seiring bertambahnya usia, penderita hiperaktif ADHD akan menunjukkan perubahan gejala. Dalam beberapa kasus, gejala tertentu yang terlihat saat masa anak-anak mungkin akan berkurang seiring anak beranjak remaja.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan gejala baru bisa muncul seiring dengan perubahan tanggung jawab dan bertambahnya usia pada si kecil.
Adapun beberapa gejala yang ditunjukkan oleh remaja adalah sebagai berikut:
- Kesulitan fokus pada tugas sekolah atau pekerjaan lain.
- Sering melakukan kesalahan saat melakukan tugas atau pekerjaan.
- Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, terutama tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
- Memiliki masalah dengan organisasi dan manajemen waktu.
- Sering melupakan barang atau kehilangan barang pribadi.
- Kerap menghindari tugas atau pekerjaan yang melelahkan secara mental.
- Kesulitan menavigasi hubungan sosial dan keluarga.
- Mengalami peningkatan frustasi dan kepekaan emosional.
Walaupun ADHD bisa membuat remaja tampak 'tidak dewasa', gejala yang muncul sebenarnya hanyalah bagian dari ADHD alias tidak ada hubungannya dengan tingkat kedewasaan remaja itu sendiri.
3. Gejala ADHD pada Usia Dewasa
Kebanyakan orang dengan hiperaktif ADHD menerima diagnosa selama masa anak-anak. Tetapi, orang tua sering kali mengabaikan atau menyalahartikan gejala yang muncul. Selama gejala ADHD muncul sebelum usia si kecil 12 tahun, mereka masih bisa menerima diagnosa pada masa dewasa.
Pada orang dewasa, gejala ADHD bisa terlihat berbeda dibanding dengan gejala yang muncul pada masa anak-anak maupun remaja. Hal ini lantaran adanya perbedaan tanggung jawab ketika dewasa. Adapun beberapa gejala yang ditunjukkan pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
- Kesulitan menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
- Memiliki masalah harga diri dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
- Melakukan penyalahgunaan zat, terutama alkohol.
- Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan pasangan, keluarga, atau rekan kerja.
- Sering mengalami kecelakaan atau cedera.