Pertolongan Pertama Atasi Hipotermia di Gunung, Wajib Diketahui Para Pendaki
Dua pendaki tewas akibat hipotermia di Cartenz, pelajari cara mencegah dan mengatasi hipotermia di gunung untuk keselamatan pendakian.

Dua pendaki gunung bernama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono dikabarkan meninggal dunia di Puncak Carstensz atau juga dikenal dengan Puncak Jaya di Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Keduanya diduga mengalami hipotermia atau kedinginan ekstrem.
Hipotermia sendiri adalah kondisi di mana suhu tubuh turun drastis di bawah normal. Kondisi tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dan mengancam jiwa, terutama di lingkungan pegunungan yang ekstrem. Kejadian ini terjadi karena suhu ekstrim dan kondisi cuaca yang tidak terduga di pegunungan.
Kasus meninggalnya dua pendaki akibat hipotermia tersebut menjadi pengingat pentingnya selalu memprioritaskan keselamatan dan mempersiapkan diri secara matang sebelum melakukan pendakian. Simak ulasan selengkapnya:
Mengenali dan Mencegah Hipotermia di Gunung
Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat dihasilkannya, sehingga menyebabkan suhu tubuh turun di bawah 35°C. Di gunung, kondisi ini diperparah oleh suhu udara rendah, angin kencang, dan kelembapan tinggi.
Gejala Awal Hipotermia :
- Menggigil hebat
- Kebingungan
- Bicara cadel
- Kelelahan
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi penurunan kesadaran, denyut nadi lemah, dan bahkan kematian. Pencegahan merupakan langkah terpenting untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, seperti:
- Pastikan kondisi fisik prima sebelum mendaki
- Kenali kondisi cuaca
- Persiapkan perlengkapan yang memadai, termasuk pakaian berlapis-lapis (hindari katun), sleeping bag berkualitas, dan sumber panas portabel.
- Bawa cukup makanan dan minuman hangat untuk menjaga energi dan suhu tubuh.
- Pantau kondisi tubuh dan rekan pendaki secara berkala.
Penting untuk memilih jalur pendakian yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman. Jangan ragu untuk membatalkan pendakian jika kondisi cuaca memburuk. Komunikasi yang baik antar pendaki juga sangat krusial untuk memastikan keselamatan bersama.
Langkah-Langkah Mengatasi Hipotermia
Jika terjadi hipotermia, segera bertindak cepat. Berikut langkah-langkah penanganan yang perlu dilakukan:
- Jangan panik: Tenangkan diri dan korban. Panik akan mempercepat penurunan suhu tubuh.
- Cari tempat berteduh: Lindungi korban dari angin, hujan, dan salju.
- Ganti pakaian basah: Pakaian basah mempercepat hilangnya panas tubuh. Ganti dengan pakaian kering dan hangat, atau peras pakaian basah sebisa mungkin.
- Hangatkan tubuh korban: Lakukan kontak kulit ke kulit jika memungkinkan, gunakan selimut atau sleeping bag (hindari katun), dan manfaatkan sumber panas eksternal (api unggun, kompor portabel, atau botol air hangat) dengan hati-hati.
- Beri minuman dan makanan hangat: Berikan minuman dan makanan hangat (hindari alkohol dan kafein). Sup, teh herbal hangat, atau makanan berkalori tinggi sangat dianjurkan.
- Lakukan gerakan ringan: Gerakan ringan dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menghasilkan panas tubuh, tetapi hindari aktivitas berlebihan.
- Ajak korban berbicara: Menjaga korban tetap sadar dapat membantu menjaga suhu tubuh.
- Segera cari bantuan medis: Hipotermia adalah kondisi serius. Segera hubungi tim penyelamat atau turun gunung untuk mendapatkan perawatan medis profesional.
Prosedur penanganan hipotermia dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Ikuti pelatihan pertolongan pertama dan bawa perlengkapan medis yang memadai. Keamanan dan keselamatan Anda adalah prioritas utama.
Kesimpulannya, tragedi Cartenz harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pendaki. Dengan memahami risiko hipotermia serta menerapkan langkah-langkah penanganan yang tepat, kita dapat meminimalisir risiko dan memastikan keselamatan selama pendakian.
Persiapan yang matang, pengetahuan yang memadai, dan tindakan cepat saat terjadi hipotermia adalah kunci untuk menikmati keindahan alam pegunungan dengan aman.