Pria Pengidap Kanker Pakai Uang Donasi Buat Beli Rumah Seharga Rp 1,6 M, Tindakannya jadi Omongan
Pria tersebut membagikan gambar apartemen barunya yang dibeli seharga 738.000 Yuan, atau setara dengan Rp 1,6 miliar.
Penggalangan dana sering kali menjadi alternatif untuk mengurangi beban dalam situasi kemanusiaan. Saat ini, berbagai platform telah mempermudah penggalangan dana. Banyak di antaranya bahkan menjadi viral dalam waktu singkat. Namun, kasus penyalahgunaan dana donasi terus muncul ke permukaan, salah satunya yang melibatkan seorang pria pengidap kanker di China. Seorang pria bernama Lan dari Yichang, Hubei, menimbulkan kontroversi setelah menggunakan uang hasil penggalangan dana untuk membeli rumah. Kampanye donasi daring yang dimulai pada 14 Oktober lalu ditujukan untuk mengumpulkan biaya pengobatan kanker langka yang dideritanya. Dalam waktu singkat, Lan berhasil mengumpulkan lebih dari 700.000 Yuan sebelum isu ini mencuat.
Kecurigaan mulai muncul pada 6 November ketika Lan memposting foto flat baru yang dibelinya dengan harga 738.000 Yuan. Tindakan tersebut membuat para donatur merasa bahwa perbuatannya tidak sesuai dengan tujuan awal penggalangan dana. Akibatnya, platform crowdfunding yang digunakan pun segera menutup salurannya sehari setelah foto tersebut viral. Investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa Lan sebenarnya menyembunyikan aset keluarganya, termasuk beberapa properti yang bernilai jutaan Yuan. Berikut ini adalah rangkuman kisah viralnya yang dilansir dari South China Morning Post pada Senin (18/11/2024).
Cerita Menyentuh Hati
Lan, pria berusia 29 tahun memulai kampanye penggalangan dana pada tanggal 14 Oktober melalui platform crowdfunding yang terkenal di Tiongkok. Ia mengungkapkan memerlukan dana sebesar 900.000 yuan (setara dengan Rp 1,9 miliar) untuk pengobatan limfoma Hodgkin, sebuah jenis kanker yang langka. Dalam waktu singkat, kampanyenya menjadi viral dan berhasil mengumpulkan lebih dari 700.000 yuan (sekitar Rp 1,5 miliar).
Kisah Lan berhasil menarik perhatian publik setelah ia membagikan latar belakangnya sebagai lulusan Universitas Nanjing. Ia juga mengaku keluarganya mengalami kesulitan finansial akibat biaya pengobatan ayahnya. Untuk meyakinkan para donatur, Lan bahkan menyertakan sertifikat medis resmi dan video dokumentasi pribadinya.
"Kampanye Lan tersebar luas di grup alumni dan media sosial. Orang-orang percaya ini adalah kebutuhan mendesak," kata seorang teman.
Akan tetapi, kepercayaan masyarakat mulai pudar setelah terungkapnya beberapa tindakan mencurigakan dari Lan. Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan para donatur mengenai keaslian kampanye yang dijalankannya.
Pamer Rumah Baru Bernilai Miliaran
Kecurigaan terhadap Lan muncul setelah ia membagikan foto apartemen barunya yang bernilai 738.000 yuan (sekitar Rp 1,6 miliar) di grup percakapan pada tanggal 6 November. Tindakan tersebut dianggap tidak sesuai dengan tujuan awal dari kampanye penggalangan dana yang telah dilakukan. Donatur yang sebelumnya menunjukkan simpati kini mulai mempertanyakan kejelasan penggunaan dana yang telah mereka berikan.
Beberapa informasi yang beredar mengungkapkan keluarga Lan sebenarnya memiliki aset properti yang nilainya mencapai jutaan yuan. Ini jelas bertentangan dengan pernyataan bahwa mereka mengalami kesulitan keuangan.
"Ini membuat kami merasa dibohongi. Orang seperti ini merusak kepercayaan publik pada penggalangan dana," kata salah satu donatur.
Menyikapi situasi ini, pihak platform crowdfunding memutuskan untuk menutup saluran donasi Lan sehari setelah foto apartemen tersebut viral. Semua dana yang telah terkumpul pun dikembalikan kepada para donatur agar tidak terjadi kerugian lebih lanjut.
Aturan Penggalangan Dana yang Menimbulkan Kekhawatiran
Kasus yang melibatkan Lan telah memicu perbincangan mengenai pentingnya transparansi dalam penggalangan dana melalui internet. Berdasarkan pengumuman resmi dari platform crowdfunding, total dana sebesar Rp 611 juta telah berhasil dipulihkan dan dikembalikan kepada para donatur. Selain itu, Lan juga dikenakan larangan permanen untuk menggunakan layanan tersebut.
"Kami memiliki aturan ketat untuk memastikan bahwa setiap kampanye bersifat transparan. Penyalahgunaan seperti ini sangat merugikan mereka yang benar-benar membutuhkan," kata juru bicara dari platform crowdfunding.
Tindakan tegas ini diambil guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem donasi daring.
Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi publik agar lebih berhati-hati dan kritis sebelum memutuskan untuk berdonasi.
"Ini alasan saya berhenti berdonasi di platform. Kita tidak pernah tahu apakah penerima benar-benar butuh atau hanya memanfaatkan belas kasihan orang," kata netizen.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat perlu lebih cermat dalam memilih platform untuk berdonasi, agar dana yang diberikan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Kesadaran akan transparansi dalam penggalangan dana online sangatlah penting untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan yang merugikan banyak pihak.