Sejarah Kode 1312 atau ACAB, Ramai di Medsos Setelah Band Punk Sukatani Klarifikasi Lagu Lirik "Bayar Polisi"
Muncul kode 1312 usai personel Sukatani memberikan klarifikasi terkait polemik lagu bayar bayar bayar. Apa artinya?

Sukatani, band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah belakangan menjadi sorotan dunia maya usai menarik lagu berjudul 'Bayar Bayar Bayar' dari seluruh platform media sosial.
Pasalnya, lagu tersebut disinyalir mencemarkan institusi Polri lantaran isi lirik yang menyinggung korupsi para oknum polisi. Dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Ufti (Alectroguy) dan Novi Chitra Indriyaki (Twister Angel) akhirnya memberikan klarifikasi terkait lagu 'bayar bayar bayar'.
Video klarifikasi tersebut sempat diunggah via akun Instagram @sukatani.band, Kamis (20/2) lalu.

Sebut Lagu Ditujukan untuk Oknum Polri
Dalam klarifikasi tersebut, keduanya menjelaskan bahwa lagu tersebut diciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan.
“Perkenalkan saya, Muhammad Syifa Al Lutfi dengan nama panggung Alectroguy selaku gitaris dan vokalis, dan saya Novi Citra Indriyati dengan nama panggung Twister Angel selaku vokalis dari grup band Sukatani, memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul lagu Bayar Bayar Bayar yang liriknya bayar polisi, yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial, dan yang pernah saya upload ke platform Spotify. Dan sebenarnya lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan,” kata Alectroguy dan Twister Angel.
Mereka pun mengaku telah mencabut lagu dari platform apapun dan meminta agar tidak menggunakan lagu itu lagi.
“Melalui pernyataan ini, saya telah mencabut dan menarik lagu ciptaan kami yang berjudul Bayar Bayar Bayar, lirik lagu bayar polisi. Dengan ini saya mengimbau kepada semua pengguna akun media sosial yang telah memiliki lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, lirik lagu bayar polisi, agar menghapus dan menarik semua video menggunakan lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar. Karena apabila ada risiko di kemudian hari, sedangkan tanggung jawab kami dari band yang menciptakan ini,” tambah keduanya.
Keduanya mengaku memberikan klarifikasi tanpa ada paksaan dari siapapun dan tulus dari hati.
“Demikian pernyataan yang kami buat ini dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak mana pun, tanpa ada paksaan dari pihak siapapun. Kami buat secara sadar dan sukarela dan dapat saya pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan yang Maha Esa,” tutup kedua personel.

Apa itu Kode 1312 Alias ACAB?
Video klarifikasi yang diunggah Sukatani justru mendapat beragam reaksi keras dari netizen. Bahkan tak sedikit yang ikut menyerang instansi Polri yang dianggap anti kritik.
Kasus ini pun membuat masyarakat banyak memberikan kode 1312 dan ACAB yang kabarnya ditujukan untuk polisi. Tapi apa itu 1312 alias ACAB?
Kode 1312 berasal dari akronim 'All Cops Are Bastards' atau dalam bahasa Indonesia 'Semua Polisi Adalah B***ngan', merupakan simbol protes yang kuat terhadap kepolisian.
Kode ini merupakan bentuk kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap tindakan polisi yang dianggap tidak etis, brutal, dan represif.
Penggunaan kode ini telah menjadi bagian dari budaya protes di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Asal-usul pasti dari kode 1312 tidak dapat dipastikan, namun banyak sumber menyebutkan kemunculannya di Inggris pada pertengahan abad ke-20.
Kode ini mencerminkan hubungan yang kompleks antara masyarakat dan aparat penegak hukum.
Salah satu teori mengenai asal usul kode ini menyebutkan bahwa pada tahun 1940-an, kode ini muncul di kalangan pekerja yang melakukan mogok kerja.
Mereka menggunakan istilah 'Copper' sebagai sebutan untuk polisi, dan dari situ lahirlah singkatan 'All Coppers Are Bastards'.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan frasa ini semakin meluas.

Sensitif di Tragedi Kanjuruhan
Kode ini mudah diingat dan dipahami oleh mereka yang memahami konteksnya, sehingga semakin memperkuat penyebarannya di kalangan aktivis dan penggiat protes.
Di Indonesia, kode 1312 juga mulai dikenal luas, pasca tragedi Kanjuruhan pada tahun 2022.
Kode ini digunakan sebagai bentuk protes masyarakat terhadap penanganan tragedi tersebut oleh pihak kepolisian.
Coretan-coretan dengan kode ini ditemukan di Stadion Kanjuruhan, Malang, sebagai ungkapan kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat atas tindakan polisi yang dianggap bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa.
Tragedi Kanjuruhan menjadi titik balik yang signifikan dalam penggunaan kode 1312 di Indonesia.
Dalam insiden tersebut, banyak pihak menilai bahwa tindakan kepolisian dalam menangani situasi tersebut sangat tidak manusiawi dan berpotensi memperburuk keadaan.
Hal ini mendorong masyarakat untuk menggunakan kode 1312 sebagai bentuk protes yang lebih terstruktur.
Setelah tragedi tersebut, banyak demonstrasi dan aksi protes yang mengangkat isu ini, di mana kode 1312 menjadi simbol utama dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kepolisian.