Tekanan Darah Bawah Tinggi? ini Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya Agar Tidak Berisiko Komplikasi
Berikut penyebab, gejala dan cara mengatasi tekanan darah bawah tinggi.

Tekanan darah merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kesehatan jantung dan pembuluh darah seseorang. Dalam pengukuran tekanan darah, terdapat dua angka yang menjadi acuan yaitu tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah bawah tinggi yang juga dikenal sebagai hipertensi diastolik adalah kondisi di mana tekanan darah diastolik (angka bawah pada pengukuran tekanan darah) berada pada level yang lebih tinggi dari normal.
Tekanan darah diastolik menunjukkan tekanan pada pembuluh darah arteri saat jantung berada dalam fase relaksasi atau istirahat di antara detak jantung. Pada pengukuran tekanan darah, angka diastolik ditunjukkan oleh angka yang lebih rendah dan biasanya ditulis di bawah atau setelah garis miring.
Misalnya, jika hasil pengukuran tekanan darah seseorang adalah 120/90 mmHg, maka 90 mmHg adalah nilai tekanan darah diastoliknya. Secara umum, tekanan darah diastolik dianggap tinggi jika nilainya mencapai 90 mmHg atau lebih.
Tekanan diastolik yang tinggi mencerminkan resistensi pembuluh darah perifer yang meningkat dan kemampuan arteri yang menurun untuk kembali ke ukuran normalnya setelah mengembang akibat tekanan sistolik.
Nilai diastolik yang normal menunjukkan bahwa pembuluh darah memiliki elastisitas yang baik dan dapat mengakomodasi aliran darah dengan efisien.
Apa saja penyebab, gejala dan cara mengatasi tekanan darah bawah tinggi? Melansir dari berbagai sumber, Jumat (14/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Penyebab Tekanan Darah Bawah Tinggi
Tekanan darah bawah tinggi atau hipertensi diastolik dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa penyebab utama meliputi:
1. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, termasuk tekanan darah diastolik yang tinggi.
2. Gaya Hidup Tidak Sehat: Beberapa kebiasaan hidup yang dapat meningkatkan risiko hipertensi diastolik antara lain:
- Konsumsi garam berlebihan
- Kurangnya aktivitas fisik
- Merokok
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Pola makan tidak seimbang dengan tinggi lemak jenuh
3. Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, termasuk tekanan diastolik.
4. Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, termasuk tekanan diastolik.
5. Penyakit Ginjal: Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan retensi cairan dan natrium, yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.
6. Gangguan Endokrin: Beberapa kondisi endokrin seperti hipertiroidisme atau sindrom Cushing dapat menyebabkan hipertensi, termasuk peningkatan tekanan diastolik.
7. Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat seperti pil KB, obat flu, dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dapat meningkatkan tekanan darah, termasuk tekanan diastolik.
8. Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, meskipun tekanan diastolik cenderung stabil atau menurun setelah usia pertengahan.
9. Kondisi Medis Lain: Penyakit seperti sleep apnea, diabetes, dan penyakit arteri perifer dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah, termasuk tekanan diastolik.
10. Konsumsi Kafein Berlebihan: Meskipun efeknya bervariasi pada setiap individu, konsumsi kafein yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang, termasuk tekanan diastolik.
Gejala Tekanan Darah Bawah Tinggi
Tekanan darah bawah tinggi atau hipertensi diastolik, seperti halnya hipertensi pada umumnya, sering disebut sebagai “silent killer” karena biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Banyak orang dengan hipertensi diastolik tidak menyadari kondisi mereka sampai terdeteksi melalui pemeriksaan rutin atau ketika komplikasi mulai muncul. Namun, dalam beberapa kasus, terutama jika tekanan darah sangat tinggi, beberapa gejala mungkin muncul:
- Sakit Kepala: Terutama di bagian belakang kepala, sering terjadi di pagi hari. Sakit kepala ini biasanya persisten dan tidak mudah hilang dengan obat pereda nyeri biasa.
- Pusing atau Vertigo: Sensasi berputar atau ketidakseimbangan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Penglihatan Kabur: Perubahan pada penglihatan yang dapat disebabkan oleh tekanan pada pembuluh darah mata. Ini bisa berupa penglihatan yang tidak fokus atau melihat bintik-bintik.
- Telinga Berdenging (Tinnitus): Suara berdengung atau berdesing di telinga yang tidak berasal dari sumber eksternal.
- Kelelahan: Rasa lelah yang tidak biasa atau berkurangnya energi, bahkan setelah istirahat yang cukup.
- Sesak Napas: Terutama saat melakukan aktivitas fisik yang sebelumnya tidak menimbulkan masalah.
- Nyeri Dada: Meskipun jarang, nyeri dada bisa menjadi tanda tekanan darah yang sangat tinggi atau komplikasi jantung. Nyeri ini bisa berupa rasa tertekan atau terbakar di dada.
- Detak Jantung Tidak Teratur: Sensasi jantung berdebar atau berdetak cepat yang tidak normal.
- Mimisan: Meskipun jarang, beberapa orang dengan hipertensi berat mungkin mengalami mimisan yang lebih sering atau sulit dihentikan.
- Kemerahan pada Wajah: Wajah yang memerah tanpa sebab yang jelas, terutama di area pipi dan leher.
Komplikasi Tekanan Darah Bawah Tinggi
Tekanan darah bawah tinggi atau hipertensi diastolik, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Beberapa komplikasi utama yang dapat timbul akibat hipertensi diastolik yang tidak terkontrol meliputi:
1. Penyakit Jantung Koroner:
Hipertensi diastolik dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan arteri koroner, mengurangi aliran darah ke jantung. Ini dapat menyebabkan angina (nyeri dada) atau serangan jantung.
2. Gagal Jantung:
Tekanan darah tinggi yang terus-menerus membuat jantung bekerja lebih keras, yang dapat menyebabkan pembesaran dan pelemahan otot jantung. Seiring waktu, ini dapat mengakibatkan gagal jantung, di mana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif.
3. Stroke:
Hipertensi diastolik meningkatkan risiko stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah). Stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, dan defisit neurologis lainnya.
4. Penyakit Ginjal Kronis:
Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal, mengganggu kemampuannya untuk menyaring darah secara efektif. Ini dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis dan bahkan gagal ginjal.
5. Kerusakan Mata:
Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di retina, menyebabkan retinopati hipertensif. Ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan.
6. Disfungsi Ereksi:
Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah yang memasok darah ke organ reproduksi, menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.
7. Aneurisma:
Tekanan darah tinggi yang terus-menerus dapat melemahkan dinding pembuluh darah, menyebabkan pembengkakan atau aneurisma. Jika pecah, aneurisma dapat mengancam nyawa.
8. Aterosklerosis:
Hipertensi dapat mempercepat pembentukan plak di arteri (aterosklerosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan dan mengurangi aliran darah ke berbagai organ.
9. Gangguan Kognitif dan Demensia:
Tekanan darah tinggi jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif dan demensia, termasuk penyakit Alzheimer.
10. Komplikasi Kehamilan:
Pada wanita hamil, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti preeklamsia, yang dapat membahayakan ibu dan janin.
Pengobatan Tekanan Darah Bawah Tinggi
Pengobatan tekanan darah bawah tinggi atau hipertensi diastolik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang aman dan mengurangi risiko komplikasi. Pendekatan pengobatan biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup dan, jika diperlukan, terapi obat-obatan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang opsi pengobatan:
1. Perubahan Gaya Hidup
Langkah pertama dalam pengobatan hipertensi diastolik biasanya melibatkan modifikasi gaya hidup:
- Diet Sehat: Mengurangi asupan garam (tidak lebih dari 5 gram per hari), meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, serta membatasi lemak jenuh. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) sering direkomendasikan.
- Olahraga Teratur: Minimal 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda.
- Manajemen Berat Badan: Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan atau obesitas. Penurunan berat badan dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah.
- Pembatasan Alkohol: Membatasi konsumsi alkohol atau berhenti sama sekali. Bagi yang masih mengonsumsi, batasi hingga satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas per hari untuk pria.
- Berhenti Merokok: Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung. Berhenti merokok dapat membantu menurunkan tekanan darah.
- Manajemen Stres: Melalui teknik relaksasi, meditasi, atau yoga. Stres kronis dapat berkontribusi pada hipertensi.
2. Terapi Obat-obatan
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif, dokter mungkin meresepkan obat-obatan. Beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk hipertensi diastolik termasuk:
- Diuretik: Membantu ginjal mengeluarkan natrium dan air, mengurangi volume darah dan tekanan pada pembuluh darah.
- ACE Inhibitor: Melebarkan pembuluh darah dengan menghambat produksi angiotensin II, hormon yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
- ARB (Angiotensin Receptor Blocker): Bekerja mirip dengan ACE Inhibitor tetapi dengan mekanisme yang berbeda, memblokir efek angiotensin II pada pembuluh darah.
- Calcium Channel Blocker: Melebarkan pembuluh darah dan mengurangi detak jantung, efektif untuk menurunkan tekanan diastolik.
- Beta Blocker: Memperlambat detak jantung dan mengurangi output jantung, membantu menurunkan tekanan darah.
3. Kombinasi Terapi
Dalam beberapa kasus, kombinasi dari dua atau lebih obat mungkin diperlukan untuk mengontrol tekanan darah secara efektif, terutama jika hipertensi diastolik sulit dikendalikan.
4. Pengobatan Kondisi Penyerta
Jika hipertensi diastolik disebabkan oleh kondisi medis lain (hipertensi sekunder), pengobatan akan difokuskan pada mengatasi penyebab dasarnya, seperti penyakit ginjal atau gangguan endokrin.
5. Pemantauan Rutin
Pengobatan hipertensi diastolik memerlukan pemantauan rutin untuk memastikan efektivitas terapi dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan. Ini mungkin melibatkan pemeriksaan tekanan darah reguler dan tes laboratorium berkala.
6. Pendekatan Holistik
Beberapa orang mungkin memilih untuk menggabungkan pengobatan konvensional dengan pendekatan komplementer seperti akupunktur atau herbal, namun ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.