Terungkap! ini Penyebab Tersembunyi Tekanan Darah Diastolik Tinggi yang Wajib Anda Tahu
Berikut penyebab tekanan darah diastolik tinggi yang wajib diketahui.

Tekanan darah diastolik merupakan salah satu komponen penting dalam pengukuran tekanan darah. Tekanan diastolik menunjukkan tekanan darah pada pembuluh arteri saat jantung berada dalam fase relaksasi atau istirahat di antara detak jantung.
Pada saat ini, jantung tidak sedang aktif memompa darah. Melainkan sedang mengisi kembali ruang-ruangnya dengan darah untuk dipompa pada siklus berikutnya.
Dalam pengukuran tekanan darah, angka diastolik ditunjukkan oleh angka yang lebih rendah dan biasanya ditulis di bawah atau setelah garis miring. Misalnya, jika hasil pengukuran tekanan darah seseorang adalah 120/80 mmHg, maka 80 mmHg adalah nilai tekanan darah diastoliknya.
Tekanan diastolik mencerminkan resistensi pembuluh darah perifer dan kemampuan arteri untuk kembali ke ukuran normalnya setelah mengembang akibat tekanan sistolik. Nilai diastolik yang normal menunjukkan bahwa pembuluh darah memiliki elastisitas yang baik dan dapat mengakomodasi aliran darah dengan efisien.
Tekanan darah diastolik dianggap tinggi jika nilainya melebihi 80 mmHg. Tekanan diastolik yang tinggi dapat mengindikasikan adanya masalah pada sistem kardiovaskular dan meningkatkan risiko berbagai komplikasi kesehatan.
Apa saja penyebab tekanan darah diastolik tinggi yang wajib diketahui? Melansir dari berbagai sumber, Senin (17/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Penyebab Tekanan Darah Diastolik Tinggi
Tekanan darah diastolik yang tinggi atau hipertensi diastolik dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
1. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi. Gen tertentu yang diturunkan dari orang tua dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah.
2. Gaya Hidup Tidak Sehat: Beberapa kebiasaan hidup yang dapat meningkatkan risiko hipertensi diastolik antara lain:
- Konsumsi garam berlebihan
- Kurangnya aktivitas fisik
- Merokok
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Pola makan tidak seimbang dengan tinggi lemak jenuh
3. Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lemak berlebih juga dapat menyebabkan peradangan kronis yang mempengaruhi pembuluh darah.
4. Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Stres memicu pelepasan hormon yang dapat meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
5. Penyakit Ginjal: Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan retensi cairan dan natrium, yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah.
6. Gangguan Endokrin: Beberapa kondisi endokrin seperti hipertiroidisme atau sindrom Cushing dapat menyebabkan hipertensi. Ketidakseimbangan hormon dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah.
7. Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat seperti pil KB, obat flu, dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dapat meningkatkan tekanan darah. Efek samping dari obat-obatan ini perlu diperhatikan.
8. Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, meskipun tekanan diastolik cenderung stabil atau menurun setelah usia pertengahan. Perubahan struktur pembuluh darah seiring usia dapat mempengaruhi tekanan darah.
9. Kondisi Medis Lain: Penyakit seperti sleep apnea, diabetes, dan penyakit arteri perifer dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Kondisi-kondisi ini sering berkaitan dengan gangguan kardiovaskular.
10. Konsumsi Kafein Berlebihan: Meskipun efeknya bervariasi pada setiap individu, konsumsi kafein yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang. Kafein dapat menyebabkan peningkatan detak jantung dan penyempitan pembuluh darah.
Penting untuk diingat bahwa seringkali, hipertensi disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor ini. Identifikasi dan penanganan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan langkah penting dalam mengelola tekanan darah tinggi.
Gejala Tekanan Darah Diastolik Tinggi
Tekanan darah diastolik tinggi, seperti halnya hipertensi pada umumnya, sering disebut sebagai “silent killer” karena biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Banyak orang dengan hipertensi tidak menyadari kondisi mereka sampai terdeteksi melalui pemeriksaan rutin atau ketika komplikasi mulai muncul. Namun, dalam beberapa kasus, terutama jika tekanan darah sangat tinggi, beberapa gejala mungkin muncul:
- Sakit Kepala: Terutama di bagian belakang kepala, sering terjadi di pagi hari. Sakit kepala ini biasanya persisten dan tidak mudah hilang dengan obat pereda nyeri biasa.
- Pusing atau Vertigo: Sensasi berputar atau ketidakseimbangan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pusing ini bisa terjadi saat perubahan posisi tubuh yang tiba-tiba.
- Penglihatan Kabur: Perubahan pada penglihatan yang dapat disebabkan oleh tekanan pada pembuluh darah mata. Hal ini bisa berupa penglihatan ganda atau area gelap dalam pandangan.
- Telinga Berdenging (Tinnitus): Suara berdengung atau berdesing di telinga yang tidak berasal dari sumber eksternal. Tinnitus dapat mengganggu konsentrasi dan kualitas tidur.
- Kelelahan: Rasa lelah yang tidak biasa atau berkurangnya energi, bahkan setelah istirahat yang cukup. Kelelahan ini bisa mempengaruhi produktivitas sehari-hari.
- Sesak Napas: Terutama saat melakukan aktivitas fisik yang sebelumnya tidak menyebabkan masalah. Sesak napas bisa terjadi bahkan saat melakukan aktivitas ringan.
- Nyeri Dada: Meskipun jarang, nyeri dada bisa menjadi tanda tekanan darah yang sangat tinggi atau komplikasi jantung. Nyeri ini bisa terasa seperti tekanan atau rasa berat di dada.
- Detak Jantung Tidak Teratur: Sensasi jantung berdebar atau berdetak cepat yang tidak normal. Hal ini bisa disertai dengan rasa tidak nyaman di dada.
- Mimisan: Meskipun jarang, beberapa orang dengan hipertensi berat mungkin mengalami mimisan yang lebih sering atau sulit dihentikan.
- Kemerahan pada Wajah: Wajah yang memerah tanpa sebab yang jelas, terutama di area pipi dan leher.
Diagnosis Tekanan Darah Tinggi
Diagnosis tekanan darah tinggi atau hipertensi melibatkan beberapa langkah dan pertimbangan. Berikut adalah proses umum yang digunakan oleh profesional kesehatan untuk mendiagnosis hipertensi:
1. Pengukuran Tekanan Darah Berulang:
- Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.
- Dokter biasanya akan melakukan pengukuran tekanan darah setidaknya dua kali dalam kunjungan yang berbeda.
- Pengukuran dilakukan dalam kondisi istirahat dan pada waktu yang berbeda sepanjang hari.
2. Riwayat Medis:
- Dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan pribadi dan keluarga.
- Informasi tentang gaya hidup, pola makan, dan kebiasaan seperti merokok atau konsumsi alkohol juga akan ditanyakan.
3. Pemeriksaan Fisik:
- Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk mendengarkan detak jantung dan suara paru-paru.
- Pemeriksaan mata, tiroid, dan abdomen juga mungkin dilakukan.
4. Tes Laboratorium:
- Tes darah untuk memeriksa kadar kolesterol, gula darah, dan fungsi ginjal.
- Analisis urin untuk menilai fungsi ginjal dan mencari tanda-tanda diabetes.
5. Elektrokardiogram (EKG):
- Untuk memeriksa aktivitas listrik jantung dan mendeteksi tanda-tanda pembesaran jantung atau penyakit jantung lainnya.
6. Pemantauan Tekanan Darah di Rumah:
- Dokter mungkin menyarankan pemantauan tekanan darah di rumah untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang tekanan darah sehari-hari.
7. Pemantauan Tekanan Darah Ambulatori:
- Alat yang dipakai selama 24 jam untuk mengukur tekanan darah secara berkala, memberikan gambaran fluktuasi tekanan darah sepanjang hari dan malam.
8. Tes Tambahan (jika diperlukan):
- Ekokardiogram untuk menilai struktur dan fungsi jantung.
- Tes stres jantung untuk menilai respon jantung terhadap aktivitas fisik.
- Ultrasonografi ginjal atau CT scan untuk memeriksa kondisi ginjal dan arteri ginjal.