Akuisisi Blok Masela, Pertamina Bakal Bayar Rp9,7 Triliun
Dalam hal ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mendapat porsi 20 persen. Sementara Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15 persen.
Dalam hal ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mendapat porsi 20 persen. Sementara Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15 persen.
Akuisisi Blok Masela, Pertamina Bakal Bayar Rp9,7 Triliun
Akuisisi Blok Masela, Pertamina Bakal Bayar Rp9,7 Triliun
PT Pertamina (Persero) dan Petronas merogoh kocek hingga USD650 juta, atau setara Rp 9,75 triliun (kurs 15.000 per dolar AS) demi mengakuisisi hak partisipasi atau participation interest (PI) Shell Upstream Overseas Services Ltd di Blok Masela.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan uang Rp9,75 triliun tersebut merupakan gabungan dari harga penjualan USD325 juta ditambah kontingen tambahan (additional contingent) sebesar USD325 juta yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir (FID) diambil. Porsi pembayarannya juga disesuaikan dengan hak partisipasi 35 persen. Dalam hal ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mendapat porsi 20 persen. Sementara Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15 persen."(Nilai investasi Pertamina dan Petronas di Blok Masela) USD650 juta, itu gabungan. Jadi kan yang diambil 35 persen yang milik Shell. Jadi Pertamina 20 persen, 15 persen,"
terang Nicke di tengah kegiatan IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (25/7).
Pasca akuisisi, Nicke melanjutkan, Pertamina harus merampungkan proses lelang pembuatan desain detil, atau Front End Engineering Design (FEED) sebelum proses FID.
"Itu kita memerlukan waktu paling lama sampai dengan FID mungkin 2026. Kita harapkan di 2026 itu sudah ditandatangan, dan langsung kita berjalan," kata Nicke.
Namun dia menambahkan, pemerintah meminta akselerasi dari semua proses. Sehingga Pertamina berkomitmen untuk mengakselerasi itu sesuai arahan. Termasuk jadwal produksi (onstream) yang dicanangkan mulai per 2029.
"Harapan pemerintah sudah mulai onstream di 2029. Itu tentu merupakan tantangan yang luar biasa, karena kalau dilihat dari schedule awal Inpex dan Shell, mereka mentargetkan di 2031-2032," kata Nicke.
"Sehingga yang harus dilakukan, kita melakukan upaya bersama dengan partner, dengan Inpex, Petronas dan pemerintah," sambung Nicke.
Maka, semua pihak harus melakukan upaya terbaiknya dalam rangka mengakselerasi proyek ini. Sehingga bisa segera mungkin bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana