APBN 2024 Defisit Rp507,8 Triliun, Sri Mulyani: Sangat Impresif
Realisasi sementara pendapatan negara sepanjang tahun 2024 tumbuh 2,1 persen.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat desifit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sepanjang tahun 2024 sebesar Rp507,8 triliun atau setara 2,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Defisit di Rp507,8 triliun, ini sangat inpresif, karena tidak lebih rendah dari laporan semester," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalan konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (6/1).
Meski begitu, Sri Mulyani menjelaskan realisasi sementara pendapatan negara sepanjang tahun 2024 mencapai Rp2.842,5 triliun atau tumbuh 2,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari outlook laporan semester Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Apabila dirincikan, penerimaan perpajakan Rp2.842,5 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp597,5 triliun dan hibah Rp30,3 triliun.
"Jadi ini tiga pendapatan negara kita dalam situasi yang begitu rentan, masih terjga, sehingga pendapatan negara Rp2.842,5 triliun itu artinya kita masih tumbuh dibandingkan tahun 2023," paparnya.
Selain itu di periode yang sama, untuk belanja negara tercatat Rp3.350,3 triliun atau tumbuh 7,3 persen yoy. Lalu untuk kesimbangan primer defisit sebesar Rp19,4 triliun atau 118,9 persen yoy.
Bendahara negara itu menjelaskan kesimbangan primer defisitnya hanya Rp19,4 triliun, jika dibandingkan dengan outlool laporan semester sebesar Rp110,8 triliun, ternyata realisasinya bisa lebih rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan APBN awal sebesar Rp25,5 triliun.
Lebih lanjut realisasi sementara untuk pembiayaan anggaran sebesar Rp553,2 triliun. Sedangkan untuk sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA) tercatat Rp45,4 triliun.
"Kita mengalami SILPA Rp45,5 triliun," tutup Sri Mulyani.