Benarkah Limbah BAB dari Toilet Kereta Api Dibuang Langsung ke Rel?
Dalam toilet ramah lingkungan, kotoran akan ditampung dalam fasilitas bak penampungan yang dilengkapi dengan bio bakteri pengurai kotoran.
PT KAI telah mengganti toilet konvensional dengan toilet ramah lingkungan sejak 12 September 2010 silam. Saat itu, Kereta Api Argo Lawu menjadi yang pertama menggunakan fasilitas tersebut.
Benarkah Limbah BAB dari Toilet Kereta Api Dibuang Langsung ke Rel?
Benarkah Limbah BAB dari Toilet Kereta Api Dibuang Langsung ke Rel?
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akhirnya menjawab rasa penasaran masyarakat terkait proses pembuangan limbah buang Air Besar (BAB) dari toilet kereta api. Mengingat, tak sedikit masyarakat yang menganggap limbah BAB akan dibuang langsung ke rel.
VP Public Relations KAI, Joni Martinus memjelaskan bahwa PT KAI telah mengganti toilet konvensional dengan toilet ramah lingkungan sejak 12 September 2010 silam. Saat itu, Kereta Api Argo Lawu menjadi yang pertama menggunakan fasilitas tersebut.
"Mulai tahun 2013 hingga saat ini, toilet ramah lingkungan telah diaplikasikan ke seluruh jenis kereta penumpang, termasuk kereta jarak jauh, jarak menengah, jarak dekat, dan kereta api lokal," kata Joni.
Joni menjelaskan, cara kerja toilet konvensional dan toilet ramah lingkungan sangatlah berbeda. Pada toilet konvensional, ketika kloset digunakan untuk buang air besar (BAB), kotoran akan langsung dibuang ke jalur/rel kereta api.
Sedangkan, dalam toilet ramah lingkungan, kotoran akan ditampung dalam fasilitas bak penampungan yang dilengkapi dengan bio bakteri pengurai kotoran.
Pada tangki penampungan, terdapat dua jenis proses pengolahan.
Pertama adalah proses penghancuran kotoran oleh bakteri pada filter utama, dan yang kedua adalah proses pemurnian air pada filter lanjutan.
Dalam partisi filter utama ini, bahan zeolite digunakan sebagai tempat hidup mikroba yang bertugas menghancurkan atau mengurai kotoran sebelum dialirkan ke filter lanjutan.
Untuk menjaga agar box penampungan toilet ramah lingkungan tetap berfungsi dengan optimal, diperlukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala oleh petugas. Setiap tiga bulan, dilakukan pengurasan serta pemberian bahan pengurai kotoran (bio bakteri).
Nantinya, limbah hasil dari proses pengolahan ini akan dibuang ke septic tank yang tersedia di area stabling cuci kereta untuk memastikan keamanan lingkungan. Dengan ini, diharapkan kereta api akan terus menjadi pilihan transportasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
"Toilet ramah lingkungan merupakan solusi cerdas dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama dalam konteks transportasi publik seperti kereta api," pungkas Joni.
merdeka.com