Budidaya Udang di Indonesia Masih Ketinggalan Zaman, KKP Gandeng Perusahaan China
Budidaya udang di Indonesia masih pakai cara tradisional.
Budidaya udang di Indonesia masih pakai cara tradisional.
Budidaya Udang di Indonesia Masih Ketinggalan Zaman, KKP Gandeng Perusahaan China
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, cara budidaya udang di Indonesia masih ketinggalan zaman. Sebab, masih menggunakan cara yang tradisional, sehingga produksi udang secara nasional masih rendah.
Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia menjalin kerja sama dengan perusahaan asal China, Guangdong Evergreen Group guna membangun budi daya udang terintegrasi.
"Saya baru pulang dari Cina bekerjasama dengan salah satu perusahaan di China namanya Evergreen," kata Sakti Wahyu Trenggono dalam Pertemuan Nasional Pembangunan Perikanan Budidaya Berbasis Ekonomi Biru, di Jakarta, Senin (18/12/2023).
Merdeka.com
Dia menjelaskan, perusahaan asal China tersebut mampu memproduksi udangnya sangat banyak dalam setahun yakni sampai 220 ribu ton, dengan nilai omset USD 4 miliar atau setara Rp 60 triliun per tahun.
"Penjualannya perusahaan ini satu komoditi namanya udang saja 1 tahun 220 ribu ton. Dia ada beberapa komoditi, tapi yang paling besar adalah udang, lalu omset yang satu tahun USD 4 miliar kira-kira sekitar Rp 60 triliun 1 tahun," ujarnya.
Merdeka.com
Perusahaan ini berdiri tahun 1991 dan mereka sudah melakukan kerja sama riset dengan institusi perguruan tinggi.
Sehingga mereka sudah berhasil mengembangkan indukan udang vaname dengan beribu-ribu variasinya. Sementara, Indonssia belum memiliki kemampuan seperti itu, karena teknik budidayanya masih tradisional.
"Sementara, kita belum punya kemampuan seperti mereka, dan cara budidaya kita masih sangat tradisional," ujarnya.
Menurutnya, melalui kerjasama ini diharapkan bisa meningkatkan produksi nasional sekaligus memperluas jangkauan pasar udang asal Indonesia.
"Kalau udang kita pasarnya cuman ke Amerika yang paling banyak, nggak bisa ke mancanegara yang lain karena kualitasnya tidak memenuhi standar, kalau Eropa hampir sama sekali tidak ada," pungkasnya.