Cara Membedakan Ban Asli Amerika, Biar Enggak Kena Tipu Dipatok Harga Mahal
Sengitnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China membuat ban buatan Amerika kini akan semakin mahal.

Sengitnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China membuat ban buatan Amerika kini akan semakin mahal.
Dilansir dari Money Digest, harga ban produksi Goodyear, Cooper, atau bahkan Michelin dan Bridgestone (yang punya pabrik di AS) melonjak tajam. Alasannya bukan sekadar inflasi. Tarif impor 25% untuk suku cadang otomotif yang mulai berlaku 3 Mei 2025 jadi pemicu besar. Ditambah lagi dengan biaya produksi yang tinggi: mulai dari upah pekerja, standar keselamatan, hingga regulasi lingkungan yang makin ketat. Biaya tenaga kerja saja bisa memakan 25–35% dari harga akhir sebuah ban.
Namun, seperti kata pepatah, “ada harga, ada kualitas.” Banyak pengemudi tetap rela merogoh kocek lebih dalam demi ban buatan AS yang menawarkan daya tahan lebih baik, performa unggul di cuaca ekstrem, serta rasa bangga menggunakan produk dalam negeri.
Tapi, bagaimana membedakan mana yang benar-benar “Made in USA”? Jawabannya ada pada kode DOT di dinding ban.
Ban Lama, Nafas Baru: Kisah Unik TreadWright
Prosesnya tak main-main. Dengan metode mold-cure, tiap ban diuji ketat dan melalui pengikatan khusus. Meski harganya seperti Guard Dog M/T seharga USD175 (Rp3 juta) tidak murah, tetap jauh di bawah harga premium USD500 (Rp8,3 juta) dari merek besar.
Performa? Pengemudi off-road melaporkan jarak tempuh hingga 30.000 mil, bahkan di medan berat. Sekitar 95% uang dari pembelian ban ini tetap berputar di dalam negeri. Namun, pasar TreadWright masih terbatas karena produksinya skala kecil dan tak bisa bersaing dengan harga ban impor massal.
Cooper: Tradisi Kualitas Made in America
Cooper Tire punya sejarah lebih dari 100 tahun, dengan pabrik di Ohio, Mississippi, dan Arkansas. Produk andalannya seperti Discoverer AT3 4S dijual mulai Rp3,6 juta, dan Evolution Tour bisa lebih terjangkau di kisaran Rp1 juta hingga Rp2,5 juta.
Daya jual Cooper bukan hanya pada karet, tapi pada penelitian tapak ban dan pengujian kualitas ketat. Tidak heran, Ford dan GM pun mempercayakan produk mereka pada Cooper.
Namun, keteguhan pada produksi dalam negeri juga membuat Cooper rawan terkena imbas tarif bahan baku, terutama dari China. Untungnya, mereka punya fasilitas pemrosesan sendiri di Mississippi, menjaga kendali atas biaya dan kelancaran produksi.
Goodyear: Inovasi Bernilai Tinggi
Bicara soal teknologi, Goodyear mungkin yang paling ambisius. Pada 2019, perusahaan ini menggelontorkan USD800 juta untuk R&D, mengembangkan fitur seperti Kevlar sidewalls dan TripleTred Technology yang membuat ban bisa menyesuaikan dengan kondisi cuaca.
Harga produk seperti Wrangler Fortitude HT bisa mencapai hampir USD280 per ban, dan Eagle Exhilarate yang lebih sporty menyentuh hampir USD400.
Namun, kenaikan tarif dari 26% hingga 46% untuk ban impor dari Thailand, Indonesia, dan negara Asia lainnya turut membuat bahan baku seperti karet sintetis semakin mahal. Prediksi pasar menyebut harga Goodyear akan segera naik lebih jauh.