Di ISF 2024, Astra Buka-bukaan Penyebab Populasi Kendaraan Listrik di Indonesia Masih Minim
Tantangan terbesar pengembangan kendaraan listrik terkait dengan infrastruktur pengisian daya yang masih sangat terbatas.
Ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 menyoroti sejumlah persoalan terkait pengembangan kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Padahal, kendaraan listrik merupakan moda angkutan masa depan untuk menggantikan kendaraan dengan bahan bakar berbasis fosil.
President Director PT Astra Otoparts Tbk dan Director PT Astra International Tbk, Hamdhani D. Salim menyebut tantangan terbesar pengembangan kendaraan listrik terkait dengan infrastruktur pengisian daya yang masih sangat terbatas.
Keterbatasan ini disebabkan oleh tingginya biaya pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU.
"Sementara tingkat pemanfaatan oleh konsumen di Indonesia juga masih rendah," kata Hamdhani dalam sesi diskusi tematik ISF 2024 di Senayan JCC, Jakarta, Jumat (6/9).
Tantangan lain pengembangan kendaraan listrik di Indonesia datang dari sisi regulasi. Misalnya proses perizinan dan kebijakan harga listrik yang perlu disesuaikan untuk mendukung keberlanjutan usaha stasiun pengisian daya.
Meskipun demikian, ia menilai tantangan ini wajar mengingat adopsi teknologi EV masih dalam tahap awal. Ia tetap optimis bahwa dengan adanya perbaikan di berbagai aspek, industri EV di Indonesia dapat tumbuh lebih pesat.
"Kita semua tahu bahwa teknologi ini masih baru bagi semua orang di seluruh dunia. Era elektrifikasi masih di tahap awal, sehingga wajar jika di Indonesia kita menghadapi situasi yang sama, di mana masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan," jelasnya.
Butuh Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Senada, CEO PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk Gilarsi W. Setijono menilai industri EV masih sangat baru di Indonesia dan tantangan terbesar terletak pada kebijakan yang ada. Mengingat, kebijakan saat ini masih didasarkan pada aturan lama.
"Sementara kita bermain dengan aturan baru. Diperlukan diskusi bersama untuk menetapkan aturan baru yang lebih relevan dengan kondisi saat ini,” ujarnya.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan BUMN dalam pengembangan infrastruktur. Semisal yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan otomotif melalui pembangunan jaringan pengisian daya di dealer-dealer mereka.
Hamdhani optimis dengan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, pertumbuhan EV di Indonesia akan semakin pesat.
"Pengembangan infrastruktur pengisian daya yang memadai akan mendorong penggunaan kendaraan listrik secara lebih luas, mengurangi emisi karbon, dan membantu Indonesia mencapai target net zero emission," tegas dia.