Dua Startup Lokal Manfaatkan AI untuk Inovasi Geospasial & Perjalanan Antar Negara, Begini Kelebihannya
Misalnya, Geosquare yang memvisualisasikan data geospasial dalam bentuk 'kotak' pada peta, sehingga data tersebut lebih mudah diakses.
Dua startup lokal Geosquare dan SPUN memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membuat dan mengembangkan aplikasi di bidang geospasial dan perjalanan antar-negara.
Misalnya, Geosquare yang memvisualisasikan data geospasial dalam bentuk "kotak" pada peta, sehingga data tersebut lebih mudah diakses, dipetakan, dan dianalisis untuk berbagai keperluan.
Sebagai contoh, seluruh wilayah Jakarta dapat divisualisasikan menjadi sekitar 264 ribu kotak yang masing-masing mewakili area seluas 50x50 meter. Setiap kotak dapat menyimpan informasi unik tentang area yang diwakilinya.
"Kami mengkompilasi data pemetaan terbaru dari berbagai sumber dan mengolahnya menjadi visual yang lebih kaya dan fleksibel," kata Benny Emor, Founder & CEO Geosquare di Jakarta, Sabtu (16/11).
"Data ini kami tawarkan kepada pemerintah maupun pelaku bisnis untuk melakukan pemetaan serta menemukan informasi penting, seperti kepadatan populasi, distribusi real estate, citra satelit, dan lainnya. Misi kami adalah menjadi ‘YouTube’ bagi data geospasial, sehingga semua pihak dapat dengan mudah memperoleh wawasan yang mereka butuhkan dan fokus pada area yang ingin mereka targetkan” kata Benny.
Adapun SPUN merupakan startup yang menggunakan teknologi AI untuk mempercepat proses pengajuan visa dan izin tinggal, baik untuk individu maupun perusahaan.
Saat ini, SPUN melayani 198 kewarganegaraan untuk pengajuan visa masuk ke Indonesia dan juga melayani pengajuan visa bagi warga Indonesia ke lebih dari 70 negara.
Dengan fitur-fitur seperti SPUN Chatbot Assistant, Commerce, dan Dashboard, pengguna dapat mengakses panduan visa, layanan pengajuan visa, serta verifikasi dokumen secara otomatis.
"Salah satu inovasi utama yang kami lakukan dengan teknologi SPUN adalah mempercepat proses verifikasi. Yang sebelumnya bisa memakan waktu rata-rata 40 menit kini hanya memerlukan 3-4 menit untuk beberapa tipe visa. Kami juga memberikan jaminan uang kembali bagi pengguna jika visa mereka ditolak,” jelas Dilla Anindita Purnawan, Co-founder & CPO SPUN.
Proses Pengurusan Visa
Co-Founder & CEO SPUN Christa Sabathaly menambahkan, proses pengurusan visa adalah sesuatu yang kompleks dan memerlukan ketelitian tinggi.
"Melalui SPUN, aplikan dapat melihat semua visa yang mereka butuhkan dalam satu tampilan. Kami juga menyediakan berbagai layanan tambahan seperti asuransi perjalanan, penerjemahan dokumen resmi, pendirian perusahaan, pengurusan pajak, dan lainnya," kata Christa.
Sejak website SPUN Commerce diluncurkan pada Maret 2024, SPUN berhasil mencatatkan pertumbuhan bisnis sebesar 100 persen selama empat bulan berturut-turut, dengan proyeksi annualized revenue sebesar USD 500.000 di akhir tahun 2024.
Dalam waktu dekat, SPUN berencana berekspansi ke negara lain di kawasan Asia Pasifik, yang nilai pasar biaya visa yang diperkirakan lebih dari USD 36 miliar dari jumlah 300 juta travellers setiap tahunnya.
Geosquare dan SPUN adalah dua alumni sukses dari program residensi Antler. Program intensif itu dirancang untuk membantu para founder startup dalam membangun pondasi bisnis yang solid dan produk digital yang matang dan berpotensi.
"Antler berkomitmen untuk mendukung para pendiri visioner seperti Geosquare dan SPUN yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengatasi tantangan nyata," ujar Agung Bezharie Hadinegoro, Partner di Antler Indonesia.
"Sebagai investor pertama dengan rencana untuk terus mendukung perjalanan mereka, kami bangga menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan mereka dalam menciptakan dampak positif serta menciptakan standar baru dalam data geospasial dan solusi lintas batas," kata dia.