Faisal Basri: Impor Minyak Mentah & BBM Jadi Biang Kerok Defisit Transaksi Berjalan
Merdeka.com - Ketergantungan Indonesia pada impor minyak masih terus menghantui defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Impor minyak mentah dan BBM saja hingga November 2018 tercatat mencapai Rp 176 triliun.
Ekonom Faisal Basri menyebut, meski volume mulai terkurangi, namun volatilitas harga minyak di pasar global tidak dapat melepaskan kerentanan sektor ini. Konsumsi energi fossil di dalam negeri dan subsidi BBM yang sulit untuk dikurangi dalam tahun politik, dan menjadi jebakan ketergantungan fossil dan pembangunan ekonomi.
Kondisi ini juga memperparah pelemahan nilai tukar Rupiah yang juga terkena dampak dari kebijakan AS China dalam perang dagang.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Kenapa kerugian negara dibebankan ke PT Timah? 'Sehingga kewajiban ini melekat ada di PT Timah,' ujar Febri di Jakarta, Kamis, (30/5).
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Siapa yang membutuhkan Minyak Inti Sawit? Seseorang yang memiliki penyakit jantung dan kolestrol tinggi bisa menggunakan minyak inti sawit yang sehat ini tanpa rasa was-was.
-
Dimana Minyak Inti Sawit digunakan? Minyak inti sawit banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan margarin, cokelat, dan berbagai produk olahan lainnya.
"SDA kita sudah bukan merupakan berkah, tapi kutukan. Rupiah kan merosot terus, sumbangan sektor SDA tertinggi. Rupiah sudah terlemah sepanjang sejarah," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (21/12).
Meski upaya pengendalian melalui perluasan penggunaan bahan bakar nabati atau B20 untuk shifting dari bahan bakar fossil ke biodiesel, namun sejumlah tantangan dan kendala masih dihadapi. Termasuk upaya untuk mendorong penukaran Devisa Hasil Ekspor (DHE).
"Kita telusuri kenapa defisit yang terjadi di CAD? di sektor barangnya masih surplus, tapi oilnya defsitnya gila. Meningkat luar biasa. Syukur kita masih punya gas sehingga tidak terlalu besar," ujarnya.
Padahal, sektor non migas sudah mengalami surplus. Namun karena defisit di sektor migas terlalu besar sehingga tidak mampu tertutupi oleh surplus tersebut.
Dia menyebut bahwa Indonesia bahkan sengaja mengurangi ekspor agar impor migas tidak terlalu banyak. Namun upaya tersebut tidak diimbangi pengelolaan penggunaan migas di dalam negeri sehingga defisit masih terjadi dan cukup besar.
"Ini ke enam kalinya sejak RI merdeka. Jadi kita jarang defisit. Nah itu disumbang migas ada Rp 176 tirilun defisit minyak saja. Jadi ekspor dikurangi impor. Jadi kita ada impor, tapi ekspornya luar biasa besar. Abis pendapatan devisa dari sektor pariwisata, abis disedot migas," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution angkat suara terkait dengan neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit. Menurutnya, defisit ini terjadi dikarenakan kebutuhan impor masih mendominasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
"Iya memang pertumbuhannya relatif lebih baik impornya jalan terus. Coba kalau kamu lihat selalu dominasinya adalah bahan baku, baru barang modal, barang konsumsi juga tapi tidak banyak berubah," kata Menko Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/11).
Menko Darmin mengatakan, meski secara global pertumbuhan ekonomi masih menunjukkan tren positif, namun untuk menggenjot ekspor diakuinya masih sulit. Beberapa sentimen seperti perang dagang pun kerap membuat ekspor menjadi melemah.
"Sehingga dalam situasi global yang ada sekarang di dalam ekonominya berjalan dengan relatif baik, tetapi ekspornya dengan gejolak yang ada kita keliatannya kesulitan, karena sebagian perang dagang," katanya.
"jadi ekspornya malah hanya beberapa saja tidak bisa mengimbangi pertumbuhan impornya," tambahnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Said mencatat selama periode 2014-2023 defisit perdagangan internasional pada sektor pertanian sangat besar.
Baca SelengkapnyaSaid juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun
Baca SelengkapnyaProgram pendidikan, hingga kesehatan harus berbagi dengan impor BBM.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaTransaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah mengimpor BBM hingga Rp251 triliun sepanjang 2019-2023.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaSaid Abdullah, mengatakan setiap tahun Indonesia menghadapi masalah karena menurunnya lifting minyak dan gas bumi.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaid menilai perlu bagi pemerintah agar fokus terhadap program kemandirian pangan
Baca Selengkapnya