Ini Biang Kerok Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand dan Vietnam
Thailand dan Vietnam menjadi kompetitor berat bagi Indonesia di sektor pariwisata.
Thailand dan Vietnam menjadi kompetitor berat bagi Indonesia di sektor pariwisata.
Ini Biang Kerok Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand dan Vietnam
Ini Biang Kerok Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand dan Vietnam
Thailand dan Vietnam menjadi kompetitor berat bagi Indonesia di sektor pariwisata.
Dua negara itu jeli mengembangkan pariwisata sesuai dengan kebiasaan wisatawan. Sebaliknya, Indonesia dinilai 'gagap' beradaptasi.
"Sekarang, terjadi pergeseran paradigma wisatawan dunia, dengan bergesernya paradigma, kebiasaan turis juga bergeser. Nah ini yang sangat-sangat kurang dipahami oleh anak buahnya Mas Menteri (Sandiaga Uno)," kata Azril kepada merdeka.com, Rabu (27/12).
Azril menjelaskan, sebelum tahun 1980, paradigma pariwisata condong kepada pariwisata mass tourism, atau pariwisata secara massal. Artinya, pada periode ini jumlah kunjungan wisatawan menjadi standar utama.
Setelah tahun 1980 sampai tahun 2000, paradigma kembali bergeser yang mengarah ke wisata alternatif. Setelah tahun 2000 sampai 2020 bergeser ke pariwisata berkualitas.
"Tetapi sekarang sudah bergeser lagi, bukan lagi quality tourism tapi customize tourism," kata dia.
Pergeseran paradigma ini terjadi semenjak pandemi Covid-19 di tahun 2020 sampai saat ini.
Customize tourism paradigm yang dimaksud Azril yaitu pariwisata yang lebih mengedepankan kearifan lokal.
Turis atau wisatawan cenderung mencari sesuatu yang spesial.
Menurut Azril, sesuatu yang spesial merupakan kunci untuk menggaet wisatawan saat ini.
Sayangnya, imbuh dia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai Kementerian pengampu sektor pariwisata, salah kaprah menafsirkan makna attraction.
"Attraction di sini bukan atraksi sesuai KBBI, tapi to attract artinya bagaimana menggaet turis," ucapnya.
Setidaknya, menurut Azril, ada tiga komponen utama yang wajib dilakukan untuk mendongkrak sektor pariwisata.
1. Unik
Dia menjelaskan behavior atau perilaku turis saat ini yaitu berlibur ke satu tempat yang memiliki keunikan tersendiri.
Azril menyebutkan, dibandingkan dengan Bali, Thailand dan Vietnam lebih kuat dalam menampilkan keunikan negara mereka.
Dalam pandangan Azril, bisa dikatakan, Bali saat ini sudah berada di titik jenuh. Sulit sekali menemukan keunikan di tanah seribu pura tersebut.
"Mereka (pejabat terkait, instansi terkait), malah cenderung ke internationalized. Padahal, Bali bukan cuma alamnya, tapi budaya di sana yang juga ingin dicari oleh wisatawan,"
kata Azril.
2. Otentik
Thailand dan Vietnam membaca otentifikasi menjadi katalis pertumbuhan sekaligus popularitas wisata mereka.
Azril mengatakan, dua negara itu sangat jeli dalam beradaptasi di sektor pariwisata.
3. Eksotik
"Harus ada unsur WOW-nya. Dan di Indonesia itu banyak unsur WOW-nya tapi tidak terangkat," kata Azril.
Lebih dari itu, Azril menekankan saat ini orientasi jumlah kunjungan turis seharusnya bukan lagi satu tujuan prioritas. Melainkan seberapa lama turis menetap di Indonesia, dan seberapa banyak uang yang akan dihabiskan selama berlibur.
"Thailand itu mengejar ke sana, fokus kepada lebih lama length of time, jadi bukan jumlahnya yang dikejar," pungkasnya.