Jadi Aplikasi Populer, CEO TikTok Justru Larang Anaknya Bermain TikTok
CEO TikTok, Shou Zi Chew tidak mengizinkan anak-anaknya untuk bermain TikTok, dalam sebuah wawancara publik.
Dia menilai, anak-anaknya yang masih berusia delapan dan enam tahun terlalu kecil untuk memiliki akun TikTok.
Jadi Aplikasi Populer, CEO TikTok Justru Larang Anaknya Bermain TikTok
TikTok Jadi Aplikasi Populer
TikTok kini menjadi aplikasi pencarian populer mengalahkan Google, Facebook, hingga Instagram sejak 2021 lalu, demikian menurut Badan Keamanan Internet Amerika Serikat (AS). Bahkan, TikTok mulai menempati posisi teratas hampir setiap hari pada bulan Agustus 2021. Sementara ada beberapa hari di mana Google memegang posisi pertama.
Namun, tak banyak yang tahu jika CEO TikTok, Shou Zi Chew tidak mengizinkan anak-anaknya untuk bermain TikTok dalam sebuah wawancara publik.
Dia menilai, anak-anaknya yang masih berusia delapan dan enam tahun terlalu kecil untuk memiliki akun TikTok.
Pun, katanya, tak sedikit negara yang juga melarang penggunaan TikTok untuk anak di bawah usia 13 tahun. Sementara, Di Amerika Serikat (AS) TikTok memiliki fitur terbatas untuk anak dengan usia tersebut.
"TikTok di sini (AS), jika Anda berusia di bawah 13 tahun mendapatkan versi TikTok yang sangat terbatas. Dan di banyak negara lain di seluruh dunia tidak mengizinkan pengguna yang berusia di bawah 13 tahun," tulis The New York Times, menirukan pernyataan Shou Zi Chew dikutip Jumat (10/4).
Shou menambahkan, TikTok merupakan platform yang mengedepankan keamanan anak. Adapun konten-konten yang dilarang TikTok meliputi pornografi, kekerasan, dan misinformasi.
"Kami memiliki 13 aturan yang kami sebut dengan Community Guidelines (pedoman pengguna). Ini adalah peraturan tentang konten-konten yang kami izinkan dan larang," kata Shou.
Ini Alasan Gen Z Pilih TikTok Dibanding Mbah Google
Sebelumnya, melansir dari Washington Post, seorang Pemasar berusia 26 tahun dari London, Clint Choi atau Gen Z menyatakan awalnya Google menjadi prioritas bagi mereka yang ingin mendapatkan informasi. Namun seiring berjalannya waktu, konsumen kini sudah beralih untuk jarang menggunakan pencarian Google.
"Perasaan saya tentang merek tersebut telah berubah cukup besar. Ketika saya baru mulai mengakses internet, Google adalah otoritas, tetapi perusahaan induk yang memiliki Google telah salah menempatkan kepercayaan konsumen. Kami tidak lagi melihat Google sebagai pusat otoritas pencarian," ujar Clint, dikutip dari Washington Post, Minggu (30/7).
Kendati begitu, menurut SimilarWeb, Google masih menjadi kekuatan dominan dalam pencarian. Platform tersebut masih memegang 90 persen pasar mesin pencari. Namun semakin banyak pengguna, terutama Gen Z mengeluh, dan tanda-tanda banyak penurunan.
Clint menyebut, menurut Cloudflare pada tahun 2021, TikTok secara singkat mencopot Google sebagai domain paling populer di dunia. Sekitar 40 persen Gen Z mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 lebih suka menemukan informasi di platform selain Google.