Jadi Daya Tarik Investor Asing, Jari Emak-Emak Indonesia Lebih Lentik untuk Jahit Pakaian Dalam Premium
Investasi dari negara seperti China, Korea, dan Taiwan menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap industri tekstil di Indonesia.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Adie Rochmanto Pandiangan menyebut bahwa industri sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia masih menarik bagi investor asing.
Menurutnya, meskipun terdapat beberapa kendala belakangan ini, keunggulan SDM dan kondisi perilaku pekerja menjadi daya tarik utama.
Adie menjelaskan, investasi dari negara seperti China, Korea, dan Taiwan menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap industri tekstil di Indonesia.
Para investor ini, selain menghindari dampak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), juga memperhatikan kualitas spesifik produk, misalnya seperti pakaian dalam dan aksesoris yang memerlukan keterampilan jahitan khusus.
"Misal di pakaian dalam itu kita punya keunikan sendiri, pekerja kita ibu-ibu itu mempunyai kelentikan jari tersendiri sehingga kalau brand pakaian dalam premium memerlukan jahitan khusus, buat mereka kalau mereka datang ke China, Vietnam beda atau kurang lentik," ujar Adie dalam Diskusi Indef Industri Tekstil Menjerit, PHK melejit, Kamis (8/8).
Adie menjelaskan investor asing menilai perilaku pekerja di Indonesia sebagai lebih fleksibel dibandingkan dengan negara lain.
Faktor ini, bersama dengan kebutuhan akan hak-hak dasar pekerja yang dipenuhi, menjadi pertimbangan utama bagi investor. Tetapi dia menegaskan pentingnya memastikan hak-hak pekerja seperti makan dan gaji sepadan, yang pada akhirnya menjadi daya tarik bagi investasi.
"Kedua masalah perilaku, jadi investor asing itu melihat pekerja kita tidak serewel tempat investasi lain, hanya persolan lain, saya minta hak-hak dasar pekerja dipenuhi seperti makan, gaji sepadan, kalah kita mereka di Vietnam pekerja lebih jauh menjual mahal dan tak begitu bagus makannya lari ke indonesia," terang dia.
Penanaman Modal Cenderung Lebih Hati-Hati
Selain itu, Adie menyebut potensi implementasi perjanjian Indonesia dan Uni Eropa Akan Terus Mendorong Percepatan Penyelesaian Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement (IEU CEPA) juga menjadi salah satu alasan investor asing memilih Indonesia.
Namun, dia juga mengakui penanam modal dalam negeri (PMDN) cenderung lebih berhati-hati dalam ekspansi, mengingat pasar domestik yang masih terganggu dan lebih memilih untuk menunggu perkembangan lebih lanjut.
"Selain tadi mungkin saja mereka dengar IU CEPA akan berlaku. Jadi ambil kesempatan ke kita indonesia. Ini kemudian kenapa di pmdn tak ekspansi di PMA ya karena teman-teman di penaman modal dalam negeri (PMDN) atau pasar dalam negeri atau domestik pesimis karena pasarnya masih terganggu jadi tak tertarik lebih wait and see," pungkas dia.