Kementerian ESDM: Kelebihan Pasokan Listrik Jawa-Bali Ditargetkan Tuntas Tahun Depan
Permasalahan kelebihan pasokan listrik akan teratasi dengan adanya peningkatan konsumsi listrik.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu menargetkan masalah kelebihan pasokan atau oversupply listrik di Jawa-Bali bisa tuntas atau selesai pada 2025 mendatang.
"Tahun depan sudah selesai itu (oversupply listrik di Jawa-Bali)," ujar Jisman di Jakarta, Jumat (4/10).
Menurut dia, permasalahan kelebihan pasokan listrik akan teratasi dengan adanya peningkatan konsumsi listrik.
"Dengan adanya growth yang cukup tinggi ini saya kira akan teratasi dalam waktu dekat," ungkap dia.
Untuk itu, Kementerian ESDM berencana melakukan revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Sehingga konsumsi listrik di tengah masyarakat bisa melonjak.
Sejauh ini, penyusunan RUPTL untuk PT PLN (Persero) disiapkan dalam kurun waktu 10 tahun. Nantinya, pemerintah berencana mempersiapkannya untuk waktu lebih panjang.
Menurut Jisman, itu selaras dengan target Indonesia mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto. Dia menyebut permintaan listrik akan meningkat seiring dengan besarnya aktivitas ekonomi.
"Belum diputuskan ya, apakah nanti di 15 tahun apa 10 tahun. Tapi yang jelas kita kan mau mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen. Tentu listriknya juga didorong lebih besar lagi," kata Jisman.
Bukan Masalah Mega Proyek 35.000 Megawatt
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) buka suara terkait persoalan kelebihan pasokan listrik atau oversupply yang dialami oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyampaikan, persoalan kelebihan pasokan yang dialami oleh PLN bukan karena pemerintah terlalu optimis membangun mega proyek 35.000 megawatt. Sebaliknya, persoalan tersebut terjadi akibat pandemi Covid-19 yang berdampak langsung terhadap perekonomian nasional.
"Jadi, itu (oversupply) bukan berarti pemerintah terlalu optimis. Melainkan karena corona," kata Arya dalam acara Ngopi Bareng BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (29/9).
Arya mencontohkan, akibat pandemi Covid-19 yang kedatangan tak terduga tersebut membuat perekonomian nasional terdampak parah. Hal ini mengakibatkan permintaan akan listrik terganggu seiring melemahnya daya beli masyarakat.
"Sama kayak perang Rusia dan Ukraina kan yang datangnya tidak terduga. Kira-kira begitu," tutupnya.