Meneropong Peluang Bisnis Industri Edutech Usai Pandemi Covid-19
Edutech perlu mendapatkan perhatian khusus guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Meski demikian, peluang Edutech tetap ada namun membutuhkan perhitungan bisnis cermat.
Meneropong Peluang Bisnis Industri Edutech Usai Pandemi Covid-19
Meneropong Peluang Bisnis Industri Edutech Usai Pandemi Covid-19
Education technology (Edutech) mengalami tantangan berat pasca berakhirnya Covid-19. Sebab, saat ini kegiatan tatap muka masih tetap lebih diminati.
Kepala CENTRIS (Center for Entrepreneurship, Tourism, Information and Strategy) Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Algooth Putranto mengatakan, meski demikian, peluang Edutech tetap ada namun membutuhkan perhitungan bisnis cermat.
Sebab, meski pasar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) terbuka luas, Edutech juga tidak luput dari fenomena tech winter yang turut melanda sektor digital di tanah air.
"Bagi perusahaan rintisan EduTech, kurikulum yang ditetapkan pemerintah sekarang, yaitu Kurikulum Merdeka adalah sebuah peluang. Sekarang mungkin belum (terasa efek positifnya) karena masih berproses di tingkat guru. Ketika nanti para guru sudah paham dan nyaman dengan Kurikulum Merdeka, EduTech justru sangat dibutuhkan untuk menunjang siswa lebih mandiri,” kata Algooth di Jakarta, Kamis (24/1).
Sampai saat ini, mayoritas tenaga didik di satuan pendidikan umumnya masih perlu lebih memahami tentang Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar terlebih dahulu.
"Ketika mereka sudah terbiasa, selanjutnya akan menjadi kesempatan Edutech untuk berkolaborasi dengan para guru dalam memenuhi kebutuhan dan memaksimalkan potensi siswa," katanya.
Algooth mengatakan, edutech perlu mendapatkan perhatian khusus guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebab, berdasarkan laporan situs Worldtop21.org pada awal tahun 2023, peringkat pendidikan Indonesia berada di posisi ke-67 dari total 209 negara di dunia, sehingga diperlukan aneka metode pengaran dalam menarik minat siswa.
Dia melihat masih banyak perusahaan Edutech yang tidak gulung tikar diterjang tech winter. Salah satunya Pijar Belajar, merupakan platform edutech dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom).
Pijar Belajar memiliki nafas panjang, sehingga mampu memanfaatkan momentum di tengah kebutuhan siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, tanpa terhalang ruang dan waktu.
EVP Digital Business and Technology Telkom, Komang Budi Aryasa menuturkan, terjangan tech winter juga turut menghantam pasar bimbingan belajar (bimbel) daring yang sempat menjamur di Indonesia.
Namun, Pijar Belajar tidak gugur diterjangnya dan tetap berkomitmen terus berperan aktif membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Pijar Belajar adalah salah satu produk digital unggulan di bawah payung Leap Telkom Digital. Pijar Belajar dirancang agar para siswa dari tingkat SD sampai SMA bisa mendapatkan suplemen pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja,” tuturnya.
Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhono Harso Supangkat mengatakan, tech winter semestinya tidak harus terjadi bagi edutech jika menerapkan konsep digital twin.
Digital twin adalah konsep berbasis data yang dapat membantu mengumpulkan dan mengolah data, kemudian data tersebut digunakan sebagai insight dalam pengambilan keputusan.
Dengan konsep digital learning seperti dari Pijar, maka pola penggunaan pelanggan yang berbasis daring bisa didekati digital twin.
“Digital twin itu lebih melampaui IoT dan big data. Bagaimana kondisi riil kita modelkan, simulasikan, dan kita bisa bertindak cepat terhadap kejadian-kejadian apa saja, sehingga saya rekomendasikan edutech di Indonesia kolaborasikan operasionalnya dengan digital twin," katanya.
Salah satu fitur unggulan Pijar Belajar adalah Tanya Pijar yang berbasis artificial intelligence (AI), sehingga fitur ini lebih cerdas dalam memberikan jawaban dalam mendampingi para siswa untuk menjawab pertanyaan seputar soal-soal, materi pelajaran, dan pembahasan lainnya. Tak hanya siswa, Tanya Pijar juga bisa mempermudah para guru dalam menyampaikan pelajaran yang optimal.
"Platform Pijar Belajar juga hadir untuk menyetarakan pengetahuan yang dimiliki oleh semua siswa-siswi di Indonesia, termasuk siswa-siswi yang tinggal di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sekalipun. Jadi, tidak ada lagi siswa-siswi yang merasa bahwa ilmu yang dimiliki berbeda dengan siswa-siswi dari sekolah yang ada di kota lain,” tambah Sri Safitri, Head of Education Ecosystem Telkom.