Pengusaha Puji 100 Hari Kerja Prabowo: Sudah Peka
Prabowo dianggap sudah mengerti bagaimana mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, mengapresiasi capaian Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari masa kerjanya. Prabowo diklaim sudah peka terhadap segala situasi yang ada, khususnya menyangkut soal ekonomi.
Shinta menilai Prabowo sebagai presiden yang mau bergerak cepat di masa awal jabatannya. Meskipun kondisi saat ini tidak baik-baik saja lantaran beberapa faktor.
Semisal dengan adanya ketegangan geopolitik yang masih berlanjut, hingga dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump yang baru saja dilantik.
"Tapi yang penting kita memang harus terus menguatkan pasar domestik kita. Oleh karenanya dalam 100 hari ini kita melihat bahwa Presiden Prabowo sudah peka," kata Shinta di Jakarta, Selasa (21/1).
Dia lantas mencontohkan pembatalan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen, sebagai salah satu kepekaan dari Prabowo. Seperti diketahui, Prabowo mengeluarkan instruksi agar PPN 12 persen di 2025 dibatalkan, hanya beberapa jam sebelum memasuki 1 Januari 2025.
"Bahwa kita memang melihat dari sisi kenaikan PPN kemarin, berhasil hanya difokuskan untuk ke produk-produk mewah. Berarti beliau kan memang mau memastikan daya beli masyarakat menengah ini bisa terjaga," tuturnya.
Peka terhadap Investasi
Selain itu, Shinta juga melihat Prabowo sudah sangat peka terhadap kebutuhan investasi sebagai modal pembangunan negara. Menurutnya, RI 1 tak kenal lelah terus mendorong kerjasama dengan banyak calon-calon investor agar bisa masuk ke Indonesia.
"Ini kita melihat, beliau diplomasinya sangat baik. Sudah berkeliling ke luar negeri, baru terpilih langsung ke luar negeri, tapi juga bisa membawa banyak sekali calon investor ke Indonesia," ungkap dia.
Menurut dia, Prabowo sudah mengerti bahwa investasi merupakan salah satu jawaban utama guna mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Namun secara praktik di lapangan, Shinta menilai masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Oleh karenanya, perbaikan iklim investasi kami harap terus dilanjutkan. Karena kami melihat masih banyak tantangan-tantangan implementasi di lapangan, dengan inkonsistensi kebijakan dan lain-lain," sebutnya.
"Ini yang saya rasa menjadi salah satu pekerjaan rumah untuk perbaikan daripada iklim investasi dan cost of doing business," tutur Shinta.