Pernikahan Anant Ambani Bikin Konglomerat Semakin Kaya, Begini Penjelasannya
Kelas menengah dan menengah ke bawah di India mengalami kontraksi setelah pandemi.
Pernikahan putra bungsu konglomerat India Mukesh Ambani, Anant Ambani mempertegas semakin hilangnya kelas menengah.
Melansir Al Jazeera, pernikahan Anant Ambani dengan Radhika Merchant yang digelar selama tiga hari berturut-turut menimbulkan sorotan tentang ketimpangan sosial di India.
Diperkirakan, biaya yang dihabiskan untuk menggelar serangkaian pesta pernikahan tersebut mencapai USD600 juta atau setara 0,5 persen dari kekayaan Mukesh Ambani.
-
Siapa yang menikah dengan Anant Ambani? Pasangan tersebut mengucapkan sumpah janji suci di Jio Center di BKC Mumbai, Jumat, 12 Juli 2024.
-
Apa yang istimewa di pernikahan Anant Ambani? Acara ini, yang disebut sebagai salah satu pernikahan termahal dalam sejarah, berubah menjadi acara global yang mengundang banyak selebriti dan tokoh terkenal dari seluruh dunia.
-
Kenapa Mukesh Ambani mengadakan pesta pernikahan yang mewah? Acara ini, yang disebut sebagai salah satu pernikahan termahal dalam sejarah, berubah menjadi acara global yang mengundang banyak selebriti dan tokoh terkenal dari seluruh dunia.
-
Apa biaya pernikahan Anant Ambani? Perhitungan yang dilakukan oleh The Guardian memperkirakan biaya pernikahan sekaligus pesta pra-pernikahan dan pembayaran untuk penampilan para bintang pop, yakni USD600 juta atau Rp9,7 triliun (kurs Rp16.290).
-
Mengapa pernikahan Anant Ambani menarik perhatian dunia? Acara ini diprediksi akan menarik perhatian dunia karena kemegahan dan gaya hidup mewah yang menjadi ciri khas keluarga Ambani.
-
Kapan Anant Ambani menikah? Pasangan tersebut mengucapkan sumpah janji suci di Jio Center di BKC Mumbai, Jumat, 12 Juli 2024.
Mukesh Ambani merupakan konglomerat Reliance Industries dengan kekayaan bersih sebesar USD120,3 miliar. Dan, menjadikan Mukesh sebagai orang terkaya urutan 11 di dunia menurut Forbes.
Meskipun pernikahan di India biasanya merupakan acara yang mewah, namun kemewahan perayaan keluarga Ambani telah menarik perhatian pada kesenjangan kekayaan yang makin besar di negara Asia Selatan itu.
Sementara orang-orang kaya India makin kaya, sebagian besar orang India, termasuk kelas menengah yang sering dianggap sebagai contoh keberhasilan ekonomi negara dalam beberapa tahun terakhir, justru terus berjuang.
Dibandingkan dengan negara ekonomi berkembang lainnya, Tiongkok, konsumen India memiliki daya beli yang jauh lebih sedikit, dengan kelas menengah negara tersebut terkonsentrasi di spektrum pendapatan bawah, menurut laporan yang dirilis oleh Oxford Economics pada bulan Mei.
Kelas menengah di India, yang jumlahnya sekitar 460 juta, telah tumbuh sepuluh kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
Namun, menurut Oxford Economics, jumlah tersebut masih kurang dari setengah jumlah kelas menengah di Tiongkok, meskipun kedua negara tersebut memiliki populasi yang sama, yaitu sekitar 1,4 miliar.
Pada tahun 2022, setidaknya 660 juta orang dewasa China memperoleh lebih dari $10.000 per tahun, sedangkan hanya sekitar seperempat orang India yang memperoleh jumlah yang sama, menurut laporan tersebut.
Ekonom Thomas Piketty pernah menggambarkan India sebagai negara yang “hilangnya kelas menengah”.
Pada tahun 2022, pendapatan kelas menengah rata-rata di India kurang dari sepertiga pendapatan di China, meskipun dimulai dari basis yang sama pada tahun 1990-an, menurut Oxford Economics.
40 persen kelas menengah di Tiongkok memperoleh penghasilan rata-rata sebelum pajak sebesar $30.400 pada tahun 2022, dibandingkan dengan $8.700 bagi rekan-rekan mereka di India, menurut Oxford Economics.
“Salah satu alasan di balik peningkatan kelas menengah yang relatif cepat di China kemungkinan adalah urbanisasi yang relatif cepat,” kata Alexandra Hermann, ekonom utama di Oxford Economics, kepada Al Jazeera.
Di China, kebijakan pemerintah telah berhasil mendorong migrasi dari pedesaan ke perkotaan, kata Hermann.
Namun, India menghadapi serangkaian tantangan yang membuat warga India kurang mampu atau kurang mau bermigrasi.
Jarak yang jauh, dipadukan dengan keterbatasan infrastruktur transportasi, dan perbedaan bahasa yang mencolok antarnegara bagian, mempersulit migrasi internal, kata Hermann.
Yang lainnya adalah kurangnya kesejahteraan sosial, yang membuat warga India miskin ingin tetap dekat dengan jaringan kasta yang menyediakan sebagian dukungan tersebut secara informal.
Kelas menengah dan menengah ke bawah di India mengalami kontraksi setelah pandemi COVID-19, meskipun ekonomi negara tersebut pulih dengan kuat, kata Michael Kugelman, direktur South Asia Institute di Wilson Center.